A/n: mulai chap ini gue pake bahasa baku. Ga pake gue-lo lagi. Gue ngerasa aneh mereka ngomong gue-lo -_-
Vomments! xx
Mata mereka saling bertatapan. Tatapan tajam yang sebenarnya tanpa makna. Namun perlahan tatapan itu melemah. Bryana mengendurkan cengkraman tangannya dari Lauren.
"I miss you, Lauren," ucapnya lirih. Dan kali ini tatapannya begitu sendu. Membuat Lauren mulai terbawa suasana.
"I miss you too, Bryana," balas Lauren juga. Kali ini Lauren memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
"Lauren please, come back to us?" Pinta Bryana.
Lauren menggeleng,"No, i can't."
"But you need to let your daughter know who is her father," ucap Bryana.
"I don't want her to know. Aku tak mau dia tau bahwa Ia memiliki saudara tiri dari selingkuhan ayahnya. Itu lebih menyakitkan daripada tidak bertemu dengan ayahnya selama 17 tahun,"
"At least kau harus mempertemukan Luke dengan anakmu, dia harus tau, Lauren!"
"Tidak Bry. I won't let my daughter hurt.." Lauren melepaskan tangannya dari Bryana. "Nice to see you Bryana."
Lauren pun berjalan menjauh dan menghilang di balik ruangan khusus staff. Bryana hanya diam menatap pintu staff tertutup. Ia memijit pelipisnya pelan lalu berbalik. Sialnya, ternyata Ashton sudah berada tepat dibelakanngnya. Dan tentu saja, Ashton menguping pembicaraan Lauren dan Bryana.
Skye mencoret-coret bagian belakang buku catatannya. Ia kini sendirian di kelas. Tidak berniat untuk pergi ke kantin meskipun sudah waktunya istirahat. Satu tangannya bertumpu pada dagu. Ia begitu tidak bersemangat hari ini. Tentu saja karena pertengkarannya dengan Madelyn. Menyebabkan Skye selalu sendirian sedangkan Madelyn berjalan bersama teman-temannya yang lain. Skye memang bukan remaja yang punya banyak teman. Entah mungkin karena terlalu banyak teman-teman yang dekat dengannya hanya karena uang. Saat pulang sekolah pun, Skye berjalan sendirian. Kebetulan Skye memang lebih suka berjalan kaki atau terkadang bersepeda untuk ke sekolah. Hari yang tidak bersahabat karena cuaca yang begitu panas dan matahari menyengat dengan sangat terik. Keringat terus bercucuran dari atas kepala hingga ke baju kaos Skye. Beberapa teman sekelas Skye yang mengendarai mobil melewati Skye dan menyapanya. Daripada bosan, Ia mengambil handphone nya dan mendengarkan musik lewat headsetnya. Entah kenapa Ia teringat Carl. Entah perasaan apa yang Skye rasakan saat ini namun, Ia mengakui bahwa Ia sangat menyesal dengan apa yang sudah Ia lakukan terhadap Carl. Tapi sesungguhnya Skye sendiri tidak tau apa Ia benar-benar menyukai Carl sebagai lebih dari idola dan teman atau lebih. Skye berpikir untuk menelepon Carl dan meminta maaf. Syukurlah Ia sempat bertukar nomor telepon. Skye menelepon Carl namun sayang tidak diangkat.
Apa Ia sengaja tidak mengangkatnya? Apa Ia membenciku?
"Hai Carl, it's Skye. Remember me? It's okay if you don't remember me. I'm really sorry about everything I've done. Benar kata Madelyn, tidak semua orang mendapatkan kesempatan kedua. Begitu juga terjadi padaku. Tapi aku berharap kita bisa bertemu lagi. Memulai dari awal. Terima kasih atas semua kebaikanmu. Terima kasih, Carl," Skye meninggalkan pesan suara kepada Carl. Berharap Carl mendengarkan semua permintaan maafnya. Sedikit demi sedikit Skye mulai merasa lega.
Skye terus berjalan dan melewati rumah Madelyn. Ia berpikir untuk mampir dan meminta maaf kepada Madelyn. Meski sedikit ragu, Skye memantapkan langkahnya memasuki pekarangan rumah Madelyn. Ia yakin Madelyn sudah ada di rumah.
Skye membunyikan bel rumah Madelyn dan menunggu hingga Madelyn keluar dan membukakan pintu. Pada awalnya Madelyn menatap Skye sinis dan menyuruh Skye segera pulang. Namun setelah berpuluh-puluh permintaan maaf, akhirnya mereka berdua berbaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
iPhone 4 • lh
Fanfic[Book four of iPhone] I don't wanna live like this -Skye Copyright©2016 • -gasolinee