Labu-labu kecil berlilin, kelelawar karet, laba-laba karet, dan miniatur tengkorak mini bergantungan di seluruh penjuru Britania. Sudah beberapa hari ini hawa kelam nan mencekam menyelimuti sekolah kami dikarenakan... halloween akan segera tiba. Hore!!! Kami semua tengah mempersiapkan kostum yang akan kami kenakan di acara pesta halloween besok lusa, ini benar-benar menyenangkan!
“Aku bingung harus memakai apa?” Smith menelungkupkan kepalanya di meja sambil menggertakkan kedua kakinya.
“Kenapa harus bingung? Kau bisa jadi drakula... drakula androgini.” Aku mengulum senyum ketika Smith menatapku tajam.
“Awas kau!!!” Smith memukul kepalaku dengan cukup keras. Sakit sekali!
“Kami bisa membantu.” Tiba-tiba primadona Britania duduk disebelah kami dengan senyum yang merekah.
“Kalian adalah murid-murid yang akan menjadi pasangan kami untuk pesta halloween tahun ini.” Ujar Narsha menjelaskan. Mungkin bagi yang lain ini adalah hari keberuntungan mereka karena bisa menjadi pasangan primadona Britania, tapi untukku tidak sama sekali. Aku harus menjalani hari dengan monster cantik itu hingga hari H tiba, huuft!
“Ayo, kita ke ruang siswa sekarang!” Kami menuju ruang siswa yang sebenarnya hanya primadona saja yang boleh masuk.
Sungguh... Kami benar-benar terkejut dengan keadaan ruang siswa itu. Pantas saja tidak sembarang orang bisa masuk, ruangan ini penuh dengan seni. Benar-benar seperti museum saja, kupikir tidak akan ada ruangan seperti ini di sekolah.
“Ini ruang siswa atau museum?” sama sepertiku, Lussy juga menatap ruang siswa dengan mulut menganga.
“Berdirilah berurutan, agar aku bisa mengukur kalian.” Debby dan Juliet mulai mengukur tubuh kami. Selesai mengukur, kami semua memasukkan tangan kami dalam akuarium penuh bola untuk menentukan tema apa yang akan kami kenakan nanti.
“Wow! Ada video game juga.” Setelah mengukur pakaian, Matt langsung menuju tempat favoritnya itu. Dia mulai menekan berbagai tombol untuk memilih permainan apa yang akan dimainkan. Setelah berpikir, akhirnya laki-laki itu memilih permainan bandit. Gelak tawaku pun pecah setelahnya.
“Hahahaha... dasar bayi raksasa.” Ledekku, bahkan aku sampai memegangi perutku karena terlalu lelah.
“Jangan meledekku! Kemari, kita bermain bersama.” Aku mengangguk. Jangan salah, aku dan Matt sering bertanding bermain game. Kadang kami juga taruhan.
Kami mulai memainkan karakter pilihan kami masing-masing, sesekali kudengar Matt menggerutu ketika mobilnya mengenai jebakan yang kuberikan.
“Kau harus lebih teliti lagi, Tuan Hans.” Ujarku sambil terkekeh namun pandanganku tetap fokus pada layar di depan.
“Sudah waktunya makan siang.” Ujar Debby. Benarkah? Pantas saja perutku sudah mengadakan festival meminta makan, cacing-cacing dalam perutku tidak bisa menunggu sebentar saja.
“Benar juga, perutku sudah keroncongan. Bagaimana kalau kita makan siang di rumahku?” ajak Steve. Makan siang di rumah Steve adalah impian para murid disini, aku juga tidak tahu hal apa yang membuat mereka semua ingin sekali ke rumah Steve.
“Bagaimana kalau kita menginap saja di rumah Steve untuk bekerja sama membuat kostum?” makan siang di rumah Steve saja masih membuatku tak percaya, sekarang ada acara menginap juga.
“Ide yang bagus, ayo kita bersiap!” mereka mulai berkemas.
“Kenapa kalian masih disana? Kalian tidak berkemas?” tanya Daniel.
“Kami juga?” tanyaku memastikan.
“Iya, ayo!” aku masih tak percaya akan hal ini, kami akan menghabiskan malam di rumah Steve!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories At School
HumorSemuanya terjadi di sekolah yang pada awalnya tidak kuinginkan. Banyak hal yang terjadi di sekolah itu. Aku dan sahabat-sahabatku menemukan berbagai macam cerita berbeda setiap hari, dan inilah ceritaku tentang sekolahku.