Beberapa pohon cemara berukuran kecil tampak berdiri kokoh di setiap sudut ruangan di Britania, tidak lupa dengan pernak-pernik berwarna merah, hijau, dan putih yang menjadi ciri khas natal.
Seminggu lagi natal akan tiba dan semua murid tengah membuat berbagai macam pernak-pernik yang akan digantungkan dipohon natal terbesar di sekolah kami yang terletak di aula.
“All the single ladies, all the single ladies, all the single ladies. Ooo... Oo... Ooo... Oo...” Sony dan Smith mengalungkan pernak-pernik bulu di leher mereka dan menggoyangkan tubuh mereka bak Beyonce, sedangkan yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah kocak sahabat kami. Aku lupa bilang ya? Walaupun suka membolos, tapi Sony memiliki prestasi di bidang tari. Semua jenis tari mampu dikuasainya bahkan sampai tari tango sekali pun.
“Hai! Ini aku bawakan kalian camilan.” Boy meletakkan beberapa camilan di meja kami dan laki-laki itu meletakkan sepotong kue blackforest di atas piring Candy.
“Terima kasih, Boy.” Gadis itu tersenyum hingga membuat kedua matanya hilang. Banyak yang menyangkanya orang Asia jika Candy tersenyum padahal dia tidak memiliki darah Asia. Dan itu membuat kecantikannya terlihat unik, menurutku.
“Hei, Boy!!! Candy kau beri kue, lalu mana kue untuk kami?” Protesku iri. Aku tahu kalau Boy menyimpan ketertarikan pada Candy, tapi tidak adil bukan kalau yang diberi kue hanya Candy padahal kami juga temannya?
“Tenang, kalian juga dapat. Tunggu sebentar.” Boy pergi ke kantin dan kembali dengan senampan berisi potongan kue. Laki-laki itu meletakkan setiap kue di atas masing-masing piring kami dan aku mendapat kue cokelat dengan isian vanila.
“Matt, jika kau makan banyak kacang maka wajahmu akan seperti bulan purnama.” Ejekku karena Matt mendapatkan kue kacang. Aku tidak berani membayangkan kalau wajah Matt yang memiliki noda bekas jerawat samar akan ditumbuhi jerawat. Mungkin panggilannya akan menjadi iblis berjerawat yang tersesat di bulan purnama?
“Diam kau! Lihat saja nanti.” Aku kembali tertawa ketika Matt menyuapkan kuenya dengan potongan cukup besar.
“Boy, apa ini gratis?” Tanya Sony sebelum memakannya. Oh iya, benar juga pertanyaan Sony. Kalau ternyata kue-kue ini tidak gratis, bagaimana nasib tabunganku?
“Tentu saja gratis karena kalian teman-temanku. Jangan lupa untuk datang ke pesta natal sekolah karena aku dan ibuku akan membuat kue raksasa yang manis dan lezat seperti Candy.” Boy menatap Candy dengan berbinar yang dibalas senyum oleh gadis penyuka lolipop itu.
“Boy, ingat! Candy tidak bisa dimakan.” Ujar Matt sambil memakan kuenya. Kalau itu sampai terjadi, bisa menjadi bencana untuk Britania. Pasti topik Boy yang memakan Candy akan menjadi judul utama di surat kabar, itu mengerikan.
“Aku tahu, tapi pada kenyataannya Candy memang manis.”
“Terserahlah.” Kami kembali membuat pernak-pernik yang tertunda, Boy juga ikut membantu.
“Matt, apa yang kau gambar?” Tanya Ken, aku yang penasaran pun ikut melihat apa yang digambar iblis berjerawat itu.
Aku belum pernah melihat teknik menggambar seperti yang dilakukan Matt sebelumnya, objek yang digambarnya terlihat seperti nyata. Mungkin ini yang dinamakan gambar tiga dimensi. Berbeda denganku yang menggambar untuk desain pakaian.
“Aku sedang membuat bintang untuk ditancapkan di pucuk pohon cemara.”
“Ide yang bagus.”
“Itu belum seberapa, aku akan membuatnya lebih spesial tapi aku butuh beberapa bahan.”
“Bagaimana kalau kita bagi tugas saja? Agar mempermudah pekerjaan ini.”
“Baiklah, ini tugasnya.” Kami semua saling berdekatan untuk menjelaskan tentang benda yang Matt buat. Untuk urusan seperti ini, Matt memang ahlinya dalam mengatur pasukan. Tak ayal kalau kami sedang kerja kelompok, kami pasti akan memilih Matt menjadi ketuanya.
-ooo-
Aku dan Lussy baru saja keluar dari sebuah toko barang-barang bekas, sebuah kardus berada ditangan kami. “Aku tidak tahu kalau Matt pandai dalam bidang elektronik.” Lussy tampak memeriksa lagi barang-barangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories At School
HumorSemuanya terjadi di sekolah yang pada awalnya tidak kuinginkan. Banyak hal yang terjadi di sekolah itu. Aku dan sahabat-sahabatku menemukan berbagai macam cerita berbeda setiap hari, dan inilah ceritaku tentang sekolahku.