Setiap satu tahun sekali, sekolahku selalu mengadakan perlombaan tahunan yang diikuti oleh dua kelompok dari kelas romawi dan alfabet. Kini, tiba saatnya kelasku melawan XII-A. Akan kami buktikan kalau murid-murid aneh dari kelas XII-II mampu mengalahkan primadona Britania.
“Baiklah semuanya, kita sambut Ketua Siswa kita... Charles D’Machiato!” Mrs. Parker–selaku wasit–memanggil Charles yang akan menjadi ketua di kelompok primadona.
“Charles akan menjadi ketua di kelompok primadona. Sekarang kita panggil ketua dari kelompok romawi, Bobby Smith!” Smith datang dengan menggunakan seragam olahraga berwarna oranye dan tentu saja bando telinga kucing.
Mrs. Parker pun menghampiri masing-masing grup, sepertinya ingin mewawancarai sebentar grup kami sebelum bertanding. “Apa kalian, kelompok primadona siap untuk melawan kelompok romawi?”
“Ya, kami siap!” Kelompok primadona memakai ikat kepala berwarna merah yang tertera nama mereka masing-masing. Hanya dari ikat kepala itu, aku melihat semangat membara di mata mereka. Ini baru yang namanya pertandingan.
“Baiklah, bagaimana dengan kelompok romawi? Apa kalian siap melawan kelompok primadona?”
“Ya, kami siap!” Seperti instruksi Smith, kami WAJIB memakai bando telinga kucing. Ini memalukan!! Kami ingin bertanding, bukan pentas di atas panggung! Lagi pula, kenapa harus dia yang menjadi ketuanya?! Uh, menyebalkan!
“Baiklah, sekarang kita menuju arena perlombaan pertama. Ayo!” Kedua kelompok mengikuti Mrs. Parker menuju arena perlombaan pertama, disana sudah banyak murid lain yang memberi semangat.
Lomba pertama adalah lomba balap kuda, mereka menyuruhku untuk menjadi perwakilan lomba pertama ini. Karena apa?? Karena aku satu-satunya orang yang memiliki seekor kuda, lebih tepatnya kuda poni.
“Marshmallow!! Rambut merah!! Marshmallow!! Rambut merah!!” kudengar berbagai macam teriakan penyemangat, tapi tunggu... mereka menyebutku rambut merah? Hei! Memiliki rambut merah alami adalah berkah tersendiri.
“Kau yakin ingin menunggangi kuda poni? Jika kau mau, aku membawa Speed. Kau boleh menungganginya.” Tawar gadis itu padaku.
“Tidak perlu. Aku yakin, Marshmallow pasti akan melakukan yang terbaik. Bukankah begitu, Marshmallow?” kuusap kepala Marshmallow penuh kelembutan.
“Apa kalian siap!!” Teriak Mrs. Parker yang berada ditengah-tengah kami, kami berdua mulai menggenggam erat tali kuda kami masing-masing.
“Satu... dua... tiga!” Mrs. Parker membunyikan peluit pertanda perlombaan dimulai.
Gadis itu langsung memacu kudanya lebih cepat dan meninggalkanku beberapa meter dibelakangnya. “Tidak apa-apa, kau pasti bisa.” Aku mengelus kepala kuda Marshmallow agar Marshmallow bisa menambah kecepatan larinya.
Narsha sudah melintasi putaran kedua tetapi aku masih setengah putaran. Ketika mendekatiku, Narsha merendahkan laju kudanya. “Kau yakin tidak ingin memakai Speed? Speed merupakan kuda tercepat di London, kudaku sudah pernah membuatku merasakan balapan di New Zealand dan mendapatkan juara pertama. Apa kau masih tidak mau?” Sebenarnya hatiku mulai goyah mendengar penawaran Narsha, ini kesempatan bagus bisa menaiki kuda tercepat di seluruh London tanpa harus melakukan ini dan itu. Tapi, aku dan Marshmallow bagaikan jiwa yang tak terpisahkan. Marshmallow pasti akan sedih jika aku meninggalkannya.
“Tidak apa-apa, aku akan setia dengan kuda poniku.”
“Baiklah, itu terserah padamu. Kalau begitu, aku akan menunggumu di garis finis.” Gadis itu menambah kecepatan kudanya dan meninggalkanku.
Setelah beberapa menit aku memutari lapangan bersama Marshmallow, Narsha yang akhirnya memenangkan perlombaan pertama. Semua mendekati Narsha, hampir sebagian yang mendekati gadis itu adalah para penggemarnya yang ingin berfoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories At School
HumorSemuanya terjadi di sekolah yang pada awalnya tidak kuinginkan. Banyak hal yang terjadi di sekolah itu. Aku dan sahabat-sahabatku menemukan berbagai macam cerita berbeda setiap hari, dan inilah ceritaku tentang sekolahku.