Summer Holiday

444 18 0
                                    

Hujan deras mengguyur kota London hari ini, cuaca sangat dingin dan sekarang aku terjebak di sekolah. Bukan hanya aku saja yang terjebak, beberapa murid lain juga masih ada disini. Entah itu menunggu jemputan atau pun sengaja menunggu hingga hujan reda.
Sebenarnya ini musim panas, tapi kenapa hujan turun ketika matahari begitu menyilaukan pagi tadi? Bosan karena hujan tak kunjung reda, aku memutuskan menonton drama Korea favoritku.

Demam Korea sudah melanda seluruh penjuru dunia, aku juga terkena dampaknya. Beberapa bulan ini, aku selalu mencari lagu-lagu grup Korea favoritku. Sejujurnya aku sudah lama menjadi penggemar mereka, hanya saja aku kembali menjadi gadis gila yang selalu berada di depan laptop untuk menonton acara-acara mereka, memberi suara untuk mereka, dan lain sebagainya.

“Summer, ayo kita lanjutkan drama yang semalam.” Ajak Smith menggebu-gebu. Semalam, aku dan Smith menonton drama tersebut sampai tengah malam dan kami akan melanjutkannya.
Sedikit menunggu, lanjutan drama favorit kami pun tayang bebas di layar monitor laptopku. Tak peduli dengan kegaduhan kelas, aku dan Smith tetap fokus menyaksikan drama yang diperankan oleh Lee Min Ho dan Goo Hye Sun itu.

“Aku iri dengan kecantikan kulit Goo Hye Sun.” Gumamku. Bagaimana tidak? Goo Hye Sun dinobatkan sebagai artis Korea dengan kulit tersehat tahun 2010 lalu. Memiliki kulit putih berseri seperti itu merupakan impian semua wanita, dan untuk mendapatkan kulit seperti itu pasti membutuhkan perawatan yang banyak.

“Jika kau ingin memiliki kulit sepertinya, kau harus teliti dalam memilih makanan. Jangan semuanya kau makan.” Aku tersenyum ketika Smith menceramahiku. Memang benar, aku sangat suka sekali makan. Bahkan di malam hari, aku selalu makan puding dan stoples biskuit kacang, kedua makanan itu selalu menggodaku.

“Jika aku sudah menikah nanti, aku ingin berbulan madu ke New Caledonia dan melihat langsung pulau  berbentuk hati itu.”

“Aku akan mengajakmu ke sana.” Entah sejak kapan, Patrick dan primadona Britania yang lain sudah menggerombol di mejaku.

“Tapi, tiket ke New Caledonia itu mahal. Apa kau ak–” Lussy begitu perhitungan jika sudah menyangkut poundsterling.

“Tenang saja, kita ke New Caledonia menggunakan pesawat pribadi milikku.” Potong Charles.

“Sudah tampan, kaya, baik hati pula.” Celetuk Eli.

“Elizabeth Valza!” Desis Smith dengan mata memicing tajam.

“Kenapa?” Mereka berdua saling menatap tajam satu sama lain. Huh, tak tahukah Eli kalau Smith telah jatuh cinta padanya?! Bukan hanya laki-laki saja yang harus peka, perempuan pun juga harus demikian.

-ooo-

Sesuai rencana, kami semua sudah berada di dalam pesawat pribadi milik Charles yang hanya memiliki kapasitas sebanyak 20 orang, belum ditambah dengan pilot dan pramugari. Kami duduk berpasangan  dan mungkin inilah awal kami untuk memulai suatu hubungan kecuali Charles dan aku tentunya karena kami sudah memiliki kekasih, dan mungkin Smith yang menganggap Eli adalah kekasihnya.

“Ken, kenapa wajahmu murung seperti itu?” Tanyaku melihat Ken yang tampak tak bersemangat.

“Kau ingin berbulan madu ke New Caledonia, sekarang sudah terwujud tapi....”

“Tapi...?”

“Tidak apa-apa.” Aku membalas senyuman Ken dan detik kemudian menghembuskan napas.

“Ken, jika kita memang ditakdirkan menjadi sepasang suami-istri suatu saat nanti, aku yakin... kau akan memberiku kenangan yang tak terlupakan.”

“Terima kasih karena kau mau mengerti.” Aku mengangguk, menyandarkan kepalaku di bahunya.

Pandanganku tertuju pada Patrick dan monster cantik itu yang sepertinya sibuk sendiri. Dari awal aku perhatikan, tak sekalipun mereka mengobrol atau pun sekadar menanyakan kabar. Apakah mereka berdua mengalami hubungan yang rumit hingga harus berakhir? Aku akui, Patrick dan monster cantik itu sangatlah serasi. Dan sepertinya, tidak ada yang tahu tentang masa lalu mereka kecuali primadona Britania dan aku tentunya.

Stories At SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang