eight

507 23 0
                                    

✪ Taylor ✪

Aku tidak berhenti memanjatkan doa dalam hati. Dua jam lagi acara akan dimulai, tapi rasa gugup sudah menghantuiku sedari tadi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya kalau sekarang saja sudah gugup. Jalan keluar yang terbaik memang hanya menghubungi Mom. Beliaulah penawar gugupku.

"Halo?" Suara mom terdengar dari ujung sana setelah nada dering ketiga. Mendengar suaranya langsung membuatku ingin segera pulang ke Nashville. Aku merindukan Mom. Aku merindukan keluargaku.

"Mom!" seruku antusias. "Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?"

"Ya, aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu, honey?" tanya Mom balik.

"I'm good," jawabku.

"Oh ya, ada apa? Apa ada masalah di sana?" tanya Mom. "Omong-omong, happy early new year, sayang."

"Happy early new year to you too, Mom," balasku tersenyum. "Kau tahu, sebenarnya tidak ada yang salah di sini. Aku hanya gugup dan aku butuh bantuanmu."

"Kau sudah berdoa?" tanya Mom lagi.

"Sudah, tapi aku masih tetap gugup."

"Kalau begitu, sebelum naik ke atas panggung nanti, cobalah tarik nafas yang dalam. Kemudian, hembuskan perlahan. Jangan pikirkan hal yang aneh-aneh. Positive thinking, Tay. Kalau kau selalu berpikir positif, semua akan baik-baik saja," nasihat Mom panjang lebar.

"Baiklah, aku akan mencobanya nanti. Doakan aku, ya."

"Pasti, Sayang, pasti. Aku akan selalu mendoakanmu."

"Oh, di mana Dad dan Austin? Apa mereka ada di sana bersamamu? Aku juga ingin meminta doa dari mereka."

"Sayang sekali, mereka berdua sedang pergi keluar," jawabnya. "Baru saja pergi. Sekitar sepuluh menit yang lalu."

"Kalau begitu, biar aku yang menghubungi mereka nanti," ujarku.

"Sekarang kau di mana? Sudah ada di lokasi? Atau masih di jalan?"

"Aku sudah sampai di lokasi, Mom, bersama Ellie juga di sini," jawabku.

"Oh, sukses untukmu, Tay, dan untuk Ellie juga. Sampaikan salamku padanya, ya. Hati-hati di sana. Think positive and you'll be okay," pesan Mom.

"Siap! Love you, Mom. Dah."

"Love you too, Tay! Dah," balas Mom mengakhiri telepon.

Acaranya akan dimulai tepat jam delapan malam. Sekarang masih jam enam sore, tapi kami sudah bersiap-siap dengan kostum dan segala macamnya. Orang-orang juga sudah mulai berdatangan dan memenuhi jalanan utama Times Square. Malam ini aku memutuskan untuk memakai jaket merah ber-glitter, celana kulit berwarna hitam, dan ankle boots hitam. Well, aku memang tidak berencana untuk memakai pakaian yang terlalu rumit karena aku memang ingin terlihat santai dan bersenang-senang saja.

Setelah selesai menyisir dan memastikan rambutku yang tergerai terlihat rapi, aku teringat harus menghubungi Dad dan Austin. Aku pun mengeluarkan ponsel yang berada di saku celanaku dan mencoba menghubungi Dad terlebih dahulu.

"Hello, Tay!" sapa Dad mengawali telepon. Aku bisa bilang kalau Dad benar-benar terdengar sangat senang. Suasana hatinya pasti sedang baik sekali.

"Halo, Dad! Bagaimana kabarmu? Kau masih ada dirumah temanmu?" tanyaku hati-hati, berharap Dad menjawab tidak karena aku ingin mengobrol dengannya selama mungkin.

"Aku baik, Tay," jawabnya, "dan ya, aku masih berada dirumah temanku sekarang. Dari mana kau tahu? Atau kau sudah menghubungi Mom, lalu dia memberitahumu?" tanyanya.

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang