seventeen

299 11 2
                                    

Have you guys heard I Don't Wanna Live Forever? GUYS, it gave me goosebumps I can't even handle it. The thing's that my two favo finally had a song together was beyond my expectation. It's Taylor and Zayn that we're talking about and they're LIT af. If you haven't, hear it now or you're going to regret it. And by the way, enjoy this chapter! :)

✪ Taylor ✪

"Kau mau?" tanyaku sambil menyodorkan sepiring spaghetti ke hadapan Zayn. Dia langsung menggeleng tanpa menatapku sedikitpun. Menyebalkan memang. Omong-omong, kami sudah berada di bandara, tapi karena aku belum sarapan pagi, kami singgah dulu di salah satu restoran cepat saji yang ada. "Ya, sudah." Aku pun melahap kembali spaghetti-nya. Tiba-tiba, layar ponselku menyala dan menunjukkan notifikasi pesan baru dari Jessie.

Jessie: where r u?

Me: KFC, have u arrived?

Jessie: yes, LAXs KFC or what?

Me: No, Nashville's.

Jessie: Gosh, I thought it was LAX. Take care then, safe flight x

Me: Thank you, luv x.

"Ayo, sepuluh menit lagi pesawat kita lepas landas." Aku memutar mata, meletakkan ponselku kembali ke atas meja, lalu kembali melahap spaghetti-nya. "Taylor Alison Swift, berhenti makan atau kau kutinggal." Aku tetap menghiraukannya. Entahlah, Zayn berubah semakin dingin dan galak. Itu benar-benar membuatku jengkel setengah hidup. "Jadi kau masih ingin di sini? Ya sudah, aku berangkat duluan," katanya lagi sambil berdiri perlahan, tapi aku berhasil meraih tangannya.

"Tunggu dulu! Kau ini kenapa, sih? Kau tidak lihat aku masih makan?" tanyaku kesal. Dia balas menatapku dengan tatapan datarnya. "Memangnya kau sudah sarapan pagi?" Aku melepas tanganku dari tangannya, lalu menyeruput soda yang tadi kupesan.

"Kalau aku belum sarapan, aku pasti ikut makan bersamamu." Dia berbalik pergi dan mulai berjalan keluar dari sana. Mengapa dia sangat menyebalkan, Tuhan? Aku segera meraih tasku dan berlari mengejarnya.

Untungnya acara sarapan pagiku tadi tidak membuat kami benar-benar tertinggal pesawat. Kalau ya, aku yakin Zayn akan meledak. Kamipun segera menuju pesawat dan mencari kursi kami. "Berhenti!" tahanku begitu kami sudah sampai. "Aku duluan. Aku mau duduk dekat jendela." Dengan sangat tumbennya, Zayn mundur dan memberiku jalan agar bisa duduk di dekat jendela.

Tak lama setelah kami duduk, pesawat lepas landas menuju LAX. Aku membuka jendela saat kami benar-benar sudah di atas. Cuaca yang sudah lumayan buruk saat itu membuat langit benar-benar terlihat keren. Pemandangan seperti inilah yang tidak akan pernah terbayar. Aku tahu seharusnya aku takut ketika pesawat hendak lepas landas, tapi entahlah. Kali ini aku benar-benar menikmatinya.

Setelah mengabadikan beberapa gambar, aku menutup jendela dan kembali bersandar di kursi. Hampir saja lupa kalau sedari tadi ada Zayn di sampingku. Matanya sudah tertutup entah sejak kapan dengan earphone yang menyumpal telinganya. Aku memerhatikan wajahnya yang sedang tertidur. Entah berapa lama sampai akhirnya aku tertidur juga.

.

.

"Bangun, hey! Tayzie, bangun." Aku tersentak kaget dan langsung terbangun, lalu menyesal satu detik kemudian. Senyuman miring yang tercetak di wajah Zayn benar-benar membuatku kesal. Dia pasti sedang mengerjaiku.

"Ternyata kau masih seperti itu ya, kalau bangun tidur," katanya. "Padahal aku membangunkanmu pelan-pelan dan tidak mengagetkan sama sekali."

Aku cuma memutar mata. "Sekarang mau apa? Cuma mau lihat apa aku masih kaget atau tidak kalau dibangunkan?" tanyaku sambil memutar mata. "Buang-buang waktu saja."

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang