twenty one

236 11 2
                                    

✪ Taylor ✪

"Aku pergi belanja sebentar, ya. Jangan jalan ke mana-mana, tapi kalau memang terpaksa, hati-hati. Aku tidak akan lama," pesan Jessie sambil mencium kedua pipiku, lalu beranjak pergi.

"Jessie, tunggu!" teriakku begitu Jessie sudah hampir sampai di pintu depan. Dia pun berhenti sambil menungguku yang sedang berusaha berjalan ke arahnya dengan sedikit pincang.

Kakiku malah berubah semakin parah dan bukannya malah pulih sejak dua hari yang lalu. Aku sampai kesulitan berjalan, tapi Cara dan Jessie bilang kalau kakiku akan sembuh sebentar lagi dan aku mencoba untuk bersabar. Aku sampai bosan setengah mati karena mereka berdua tidak memperbolehkanku untuk pergi ke mana-mana atau berjalan terlalu lama selama kakiku sakit dan aku sudah tidak bisa berdiam di rumah lebih lama lagi.

"Aku ikut, ya," pintaku sambil menggenggam tangannya.

"Ikut? Bukannya kakimu masih sakit?" tanya Jessie dengan alis yang menyatu. Aku menggeleng untuk memastikan meskipun sebenarnya masih. "Kau pasti bercanda. Kau masih pincang begitu dan tolong jangan mengada-ada. Aku tidak mau kau kenapa-kenapa."

"Kumohon, Jessie. Aku bosan berada di rumah terus. Aku janji akan bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang terjadi pada diriku nantinya. Aku boleh ikut, ya? Oke, Jessie?" rayuku dengan pandangan memohon.

"Hmm, tapi kau harus ekstra hati-hati."

Aku langsung berteriak dalam hati setelah Jessie memperbolehkanku untuk ikut. Aku mengangguk, lalu berjalan menuju kamarku untuk mengganti pakaian. Setelah selesai, aku langsung kembali menghampiri Jessie.

"Ayo, Jessie!" ajakku.

Jessie mengangguk, lalu berdiri di sampingku dan menuntunku untuk berjalan. Aku sudah bilang kalau aku bakal baik-baik saja, tapi Jessie memaksa. Dia pun menuntunku sampai masuk ke dalam mobil. Jangan tanya siapa yang menyetir karena sudah pasti supir. Jessie masih belum lancar menyetir, sementara aku tidak bisa mengandalkan kakiku yang sakit.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di pusat perbelanjaan yang Jessie maksud. Kawasan Beverly Hills terbilang cukup sepi dan tidak dipadati kendaraan, kecuali apabila ada perayaan tertentu. Jadi, tidak membutuhkan banyak waktu untuk tiba di sana.

"Aku mau ke Topshop sekarang. Kalau kau mau berkunjung ke tempat lain bilang padaku, ya. Kalau kakimu sakit juga bilang, ya," ucap Jessie sambil menuntunku menuju Topshop. "Intinya, apapun yang terjadi bilang, ya. Jangan simpan semuanya sendirian."

Aku mengangguk dan merasa seperti seorang anak yang sedang dinasihati ibunya karena Jessie benar-benar bertingkah seperti itu. Dari ujung mataku, aku bisa melihat pandangan pengunjung lain yang tertuju padaku. Aku seharusnya sudah terbiasa dengan segala jenis perhatian ke manapun aku pergi, tapi ditatap lebih intens dari biasanya malah membuatku tidak nyaman. Apa itu akibat perban di kaki dan plester luka di lenganku?

"Tay, kau duduk di sini, ya," kata Jessie sambil menuntunku untuk duduk di salah satu kursi panjang yang tersedia. "Aku mau pilih beberapa baju sebentar. Nanti aku akan kembali dan kau harus membantuku memilih."

Lagi-lagi aku cuma mengangguk, lalu menunggu Jessie dengan bermain ponsel. Sepertinya Jessie membutuhkan waktu lama untuk kembali dan seseorang--bukan, maksudku beberapa orang mulai menghampiriku dan meminta foto. Menjadi gadis ramah, aku pun memperbolehkannya dan meminta mereka untuk duduk di sampingku.

Sebagai manusia pada umumnya yang selalu memiliki rasa ingin tahu, mereka pun sempat bertanya apa yang terjadi padaku dan aku hanya bisa menjawab kalau aku kurang hati-hati. Aku sampai mendapat beberapa ucapan lekas sembuh yang kubalas dengan terima kasih dan senyuman, lalu mereka pun pergi.

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang