seven

384 14 0
                                    

✪ Taylor ✪

Benar-benar tidak terduga. Waktu terasa berjalan dengan sangat cepat. Aku masih tidak percaya kalau kita sudah berada di penghujung tahun 2012 saja. Omong-omong, pagi ini aku akan berangkat ke New York. Setelah memakai celana jeans marun, kemeja putih yang lengannya digulung sampai ke siku, sepatu Keds hitam, dan tas selempang cokelat, aku keluar dari kamar. Cara dan Jessie yang mengantarku ke pintu depan.

Jangan tanya soal kenapa mereka tidak ikut saja. Aku sudah melakukan berbagai cara--sebenarnya hanya satu cara, yaitu memaksa. Aku ingin sekali mengakhiri tahun 2013 dengan mereka, tapi mereka tidak bisa. Jessie dan Cara punya kesibukan masing-masing. Aku pun menghargai itu. Jadi, aku tetap akan berangkat ke New York tanpa mereka, bahkan tanpa keluargaku. Aku harus menghubungi keluargaku secepatnya.

"Terima kasih atas bantuannya tadi malam. Tanpa kalian, aku pasti tidak tahu berapa lama mengemas pakaian membutuhkan waktu." Aku tersenyum lebar sambil merangkul kedua pundak mereka. Ya, aku berdiri di antara keduanya. Cara dan Jessie mengangguk kompak.

"Sama-sama," sahut Jessie sambil tersenyum manis.

"Oh, ya. Kalian benar-benar tidak ingin ikut aku?" tanyaku penuh harap. "Pasti akan lebih seru jika kalian ikut."

"Aku ingin sekali ikut denganmu, tapi kau tahu sendiri kalau pekerjaan dan jadwal kuliahku semakin padat. Aku benar-benar tidak bisa ikut kali ini," tuturnya sedih. Sebesar apapun aku ingin Cara ikut, aku tidak mungkin memaksanya terus-menerus hingga membuat pekerjaan dan kuliahnya berantakan.

"Kurasa akupun begitu." Aku beralih pada Jessie. "Di kantor sedang ada suatu masalah dan semua harus membantu menyelesaikannya. Maaf, Tay," jelas Jessie ikut sedih. Aku juga tidak boleh memaksa Jessie. Kami harus saling mengerti, kan?

"Tidak apa-apa," jawabku. "Kalau begitu, aku pergi dulu, ya," kataku sambil memeluk Cara dan Jessie satu-persatu.

"Happy early new year, Tay," ujar Cara dan Jessie bersamaan.

Aku tersenyum. "Happy early new year to you, too."

"Hati-hati," pesan Jessie. Aku mengangguk. "Semoga semuanya berjalan lancar. Sukses untukmu, Tay!"

"Terima kasih banyak, Jessie. Semoga masalah kantormu juga cepat selesai." Aku memeluk mereka lagi untuk yang terakhir kalinya. Bukan bermaksud yang seperti itu, ya. Maksudnya memeluk mereka terakhir kalinya sebelum berangkat. "Aku berangkat, ya."

"Take care, baby. Have a safe flight."

Aku mengangguk, lalu melambai ke arah mereka berdua. "Dah." Aku masuk ke dalam mobil, sementara koperku sudah dibawa masuk oleh penjagaku sebelumnya. Di dalam sudah ada Luke yang duduk di balik kemudi. Aku menyapanya, lalu mobil pun melaju.

Omong-omong, aku sudah menghubungi Ellie sebelumnya agar kita bisa berangkat bersama. Kebetulan dia masih ada di Los Angeles, tapi karena ada beberapa hal yang masih harus diurusnya, kami tidak bisa berangkat bersama. Ellie dan aku memutuskan untuk langsung bertemu di bandara.

(^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/

"Hai, Lauren!" sapaku setelah turun dari mobil. Aku sudah sampai di bandara dan Lauren sedang berdiri sendirian dengan koper di sampingnya. Dia tidak membalas sapaanku, melainkan mengisyaratkanku untuk segera mendekat. "Ada apa, sih?" tanyaku heran. Aku berhenti berjalan ketika ponselku bergetar, memperlihatkan satu pesan masuk dari Ellie.

Ellie: Already in the waiting room, where r u?

Me: Just arrived. I'm on my way there.

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang