eleven

433 12 2
                                    


✪ Taylor ✪

"Bagaimana penampilanmu kemarin?" tanya Jessie. Dia terlihat sangat antusias, seolah itu adalah hal yang sudah ia tunggu-tunggu untuk ditanyakan padaku sejak aku sampai di rumah. Sekarang sudah pagi dan kami sedang berkumpul sambil meminum susu.

"Kami menontonmu kemarin," tutur Cara. "Dari televisi saja kau benar-benar terlihat keren! Bagaimana secara langsung?"

"Semua berjalan dengan baik. Meskipun awalnya aku gugup sekali, tapi untungnya setelah menyanyikan lagunya aku mulai bisa menikmati dan perlahan rasa gugupku menghilang. Yang paling mengesankan adalah ketika Zayn tiba-tiba datang dan kami menonton pesta kembang api bersama. Aku tidak ingat kapan terakhir kali kami merayakan tahun baru bersama," jelasku tak kalah antusias.

"Oh, ya? Dia datang ke New York? Demi kau? Bukannya dia tinggal di Los Angeles?" tanya Cara. "Zayn benar-benar manis."

"Ini kebetulan yang lumayan bagus karena Zayn ternyata memang sedang ada di New York dan bukan karenaku," jelasku. "Kalau boleh jujur, dia manis kadang-kadang. Sungguh, tapi hanya kadang-kadang dan kemarin adalah salah satunya." Jessie dan Cara langsung tertawa mendengarnya.

"Omong-omong, mana fotonya? Aku mau lihat hasil dokumentasinya," pinta Cara dengan ekspresi memohon. Aku mengingat-ingat apakah di ponselku ada fotonya atau tidak, tapi sepertinya tidak ada.

"Sayangnya aku tidak punya fotonya, Cara. Semua fotonya ada di Kyle. Aku harus minta padanya dulu," ujarku.

"Kyle? Siapa dia?" tanya Jessie. Aku hampir lupa kalau mereka semua belum tahu apapun tentang fotograferku yang baru.

"Oh, aku minta maaf belum cerita pada kalian sebelumnya," mohonku sambil memelas. "Sebenarnya aku punya kru baru, kru dokumentasi. Namanya Kyle," jelasku.

"Namanya keren. Kau harus mengenalkannya pada kami!" pinta Cara diikuti anggukan dari Jessie.

Aku langsung menggeleng. Ada-ada saja, aku tidak mungkin mengenalkannya pada mereka. "Tidak bisa, kalian tidak boleh berkenalan dengan Kyle. Bagaimana nasib pacar kalian nanti? Aku bisa didemo kalau mereka sampai tahu. Pokoknya tidak!" kataku tegas. Cara dan Jessie memang sudah punya pacar. Di sini hanya aku yang single.

"Oh, ayolah, Tay," mohon Cara sambil menggenggam tanganku. "Kami hanya ingin berkenalan. Ayolah, hanya sekali saja," mohonnya lagi.

"Baiklah, tapi aku tidak mau menanggung jika pacar kalian marah. Deal?"

"Deal!"

(^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/

Aku tidur lagi pagi itu karena kelelahan, sampai aku terbangun karena suara ponselku berdering nyaring. Kulihat jam di ponselku sudah menunjukkan pukul 13.45 siang dan ada satu pesan baru dari Lauren.

Lauren: I found one of your favorite.

Me: What's that?

Me: Don't you dare to make me curious!

Lauren: Meet me at the office and you'll find out :)

Lauren: I'll be waiting till 5 pm

Me: -_-

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang