twenty five

393 14 10
                                    

✪ Taylor ✪

Perjalanan menuju entah ke mana itu hanya dipenuhi dengan suara alunan musik dari radio. Zayn fokus menyetir dan aku fokus memerhatikan Zayn. Eh, bercanda. Maksudku, fokus memerhatikan jalan. Butuh waktu sekitar setengah jam sampai akhirnya Zayn memarkir mobilnya yang artinya kami sudah sampai.

Aku langsung mendekatkan wajahku ke kaca jendela mobil untuk memerhatikan tempat yang Zayn sok rahasiakan ini, tapi sepertinya aku pernah ke sini sebelumnya. Pemandangan di hadapanku sekarang terlihat begitu familier dan aku tambah yakin kalau aku pernah ke sini sebelumnya. Aku baru sadar di mana ini begitu melihat bola dunia besar yang dikelilingi air mancur di gerbang depannya.

"Astaga, Universal Studios Hollywood!" Aku memekik cukup keras sampai-sampai Zayn perlu menutup kedua telinganya. Oke, terserah dia mau apa, tapi sudah lama sekali sejak aku terakhir berkunjung ke sini dan aku tidak bisa menahan rasa antusiasku. Aku senang sekali bisa kembali ke sini.

Zayn tiba-tiba mengeluarkan dua tiket dari dalam saku celananya, sementara tangan yang satunya lagi masih setia menutupi telinganya. Aku lagi-lagi dibuat terkejut dan mendadak teriak lagi. Zayn pun melakukan hal yang sama lagi, tapi aku langsung buru-buru memeluknya. "Terima kasih banyak!" kataku sambil tersenyum lebar, lalu mengajak Zayn berlari masuk ke dalam.

"Ya, Tuhan. Kau seperti anak kecil. Pelan-pelan saja. Jangan lari-lari. Nanti kalau jatuh, kau tidak jadi masuk ke dalam," omel Zayn yang dengan relanya kutarik tangannya ke sana ke mari. "Uh, merepotkan saja!" gerutu Zayn dan membuatku seketika berhenti berlari.

"Kau berisik sekali, sih!" balasku yang hanya Zayn balas dengan dengusan. Dia memang kurang ajar.

Berhubung tiket yang Zayn beli VIP, kami tidak perlu ikut mengantre dalam antrean panjang yang tentu saja sangat aku syukuri. Aku bukan tipe-tipe orang yang sabar menunggu dalam antrean. Kalau aku harus beli sesuatu dan antreannya panjang, aku lebih memilih untuk tidak jadi beli sama sekali daripada harus menunggu lama.

Baru saja masuk lewat gerbang utama, aku dan Zayn sudah mendapat banyak tawaran untuk foto bersama. Jadi, aku pun berpisah dengan Zayn dan menuruti mereka untuk foto bersama. Beberapa juga sempat meminta tanda tangan yang tentu saja aku turuti. Aku melihat Zayn juga sibuk dimintai foto oleh beberapa orang. Sampai akhirnya Zayn menarik tanganku yang menandakan kalau sesi perjumpaanku dengan mereka sudah selesai. Aku pun melambai, lalu membiarkan tanganku ditarik Zayn ke manapun itu yang dia mau.

"Kita ke mana sekarang?" tanya Zayn sambil menoleh ke sekeliling. Aku pikir dia menarik tanganku tadi karena sudah tahu tujuan selanjutnya. Sadar kalau aku marah-marah sekarang tidak akan membuahkan hasil apapun, aku pun mengeluarkan peta yang kuminta dari loket tiket tadi.

"Kita ke sini saja," kataku sambil menatap Zayn dengan senyum sumringah, sementara telunjukku menunjuk wahana Despicable Me Minion Mayhem. "Ya? Oke, Zayzie? Kau setuju, kan?"

"Kau mau apa ke sana?" tanya Zayn sambil meremas wajahnya seolah apa yang baru saja aku sarankan benar-benar tidak masuk akal. "Itu tidak seru. Hanya boneka kuning. Lebih baik kita ke sini saja," saran Zayn sambil menunjuk Transformers The Ride 3D yang tentu saja tidak aku setujui. Aku pun menggeleng dan menunjuk yang lain.

Zayn menaikkan kedua alisnya bingung. "Kau yakin mau ke situ?"

Aku menatapnya sambil mengangguk penuh keyakinan. Daripada nonton Transformers, lebih baik aku pergi ke--"Astaga!" kataku panik. Aku baru sadar kalau aku salah tunjuk. "Maksudku bukan House of Horrors, tapi yang di atasnya, The Blues Brothers. Aku salah tunjuk, Zayn."

Zayn yang senang melihatku menderita tentu saja langsung tersenyum jahil. "Oh, tidak bisa, Tayzie. Itu bukan salahku kalau kau malah menunjuk House of Horrors. Jadi, kita ke sana sekarang. Ayo!" Zayn langsung menarik tanganku. Aku sudah mencoba untuk menahannya dengan seluruh kekuatanku, tapi Zayn tentu saja lebih kuat.

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang