eighteen

304 11 0
                                    

✪ Taylor ✪

"Jadi, pagi itu aku lagi di kamar dan Austin tiba-tiba bilang kalau ada tamu di luar yang ternyata Zayn," kataku, lalu memberi jeda. Aku tidak terlalu kaget begitu melihat ekspresi Cara dan Jessie yang sama kagetnya denganku hari itu. "Kita jadi semacam liburan bareng di Nashville dan aku sempat bilang padanya kalau kalian berdua directioners. Setelah itu, dia langsung bilang kalau dia ingin segera bertemu kalian dan mengajak kalian untuk bertemu personel One Direction lainnya. Jadi, begitu ceritanya," lanjutku, lalu menutup telinga dan bersiap-siap akan apa yang terjadi setelah ini.

Benar sekali, Cara dan Jessie langsung berteriak sambil berdiri di atas sofa. Mereka pun berpegangan tangan dan meloncat bersama-sama sambil menyanyikan salah satu lagi One Direction yang mereka hafal di luar kepala, lalu menari-nari dan asyik dalam dunia mereka sendiri untuk merayakan impian mereka sejak lama yang sebentar lagi akan menjadi kenyataan.

Aku sudah menduga dari awal kalau memberitahu mereka akan berakhir begini. Itu yang jadi alasan kenapa aku baru bisa memberitahu mereka pagi ini setelah bangun tidur. Tidak terbayang betapa lelahnya kalau sehabis berlibur dan menghadapi wartawan yang sebanyak itu, aku juga harus menghadapi kehobohan Cara dan Jessie yang luar biasa.

"Tunggu," Cara berhenti dari aktivitasnya dan menatapku seperti ada sesuatu yang salah, "kalian sudah bersama? Kenapa kau tidak pernah cerita?" Cara merengek dan wajahnya berubah sedih seketika. Dia memegang tanganku sambil menggoyang-goyangkannya, menungguku menjawab.

"Tentu saja tidak," kataku sambil menggeleng cepat. "Kami hanya liburan bersama sebagai teman. Kau pasti tahu kalau kami berdua sudah berteman sejak SMP, kan?" tanyaku. "Lagipula aku tidak bisa bayangkan apa yang terjadi kalau kami pacaran. Maksudku, kami berteman saja sudah dikejar wartawan sebanyak itu. Apalagi kalau pac--"

"Kau dikejar wartawan lagi? Bersama Zayn? Untuk kedua kalinya?" Jessie memotong ucapanku.

Tanpa menunggu jawaban dariku, dia langsung berdiri dan menyalakan televisi. Kita pasti sudah sama-sama tahu kalau Jessie setelah ini akan mencari beritanya. Lucu juga ya, menyadari apapun yang kulakukan pasti terekam dan ditonton seluruh media massa. Terkadang aku hanya ingin tidur dalam waktu yang lama dan terbangun dengan kondisi lima tahun lalu. Waktu semua masih baik-baik saja. Waktu hidupku masih terekam jelas hanya untuk diriku sendiri, bukan untuk ditonton semua orang.

Sayangnya, keberuntungan tidak sedang berpihak padaku karena dengan sangat kebetulannya, berita tentang aku dan Zayn di bandara kemarin sedang ditayangkan di salah satu stasiun televisi.

"Morning, good people! Welcome to E! News. Wow! I'm so excited to tell you about this news. Well, Taylor Swift and Zayn Malik were back to back. They spotted together for the second time at the Los Angeles Inernational Airport yesterday. They looked very intimate. What's going on between these two? Let's check it out!" ucap sang pembawa acara dengan nada yang sangat berlebihan. Maksudku, apakah itu perlu? Dia terkesan sangat begitu memanas-manasi.

Aku tahu tugas mereka memang seperti itu dan mereka dituntut untuk antusias dan heboh terhadap berita apapun yang akan mereka sampaikan, tapi di saat kau yang jadi bahan pembicaraannya, percayalah rasanya tidak enak.

"Kalian sempurna!" pekik Jessie sambil meletakkan kedua tangannya di pipi dan dia seperti akan meneteskan air liurnya dalam waktu dekat. "Meskipun kau mengelak kalau kalian pacaran, tapi apa yang terlihat tidak seperti itu, Tay. Presenternya benar, kalian terlihat mesra sekali," kata Jessie sambil menatapku.

Aku hanya memutar mata dan tidak mau mendengar lebih lanjut lagi.

Jesaie mengangguk. "Oke, baiklah. Kalau kau tidak setuju tidak apa-apa, tapi bagaimana Zayn melindungimu dan menggenggam tanganmu erat mengatakan yang sebaliknya, sayangku," ujar Jessie lagi.

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang