twenty two

198 10 4
                                    

✪ Taylor ✪

"Biarkan aku mengobatimu kali ini saja, kumohon." Zayn pun mulai mengobati kakiku sembari sesekali menatapku. "Maaf, aku baru bisa ke sini. Aku benar-benar minta maaf. Kemarin-kemarin aku sibuk sekali dan baru tahu kalau kau terluka seperti ini," lanjutnya.

"Sibuk? Kalau sibuk kenapa kau malah pergi bersama seorang gadis di taman dan terlihat bermesraan di sana? Apa kau yakin sekarang kau tidak berbohong? Oh, kau juga perlu tahu satu hal. Gara-gara semua itu, aku terluka sekarang. Puas?" Ya, aku hanya mengucapkannya dalam hati. Jadi, Zayn tidak bisa mendengarnya kecuali aku.

Please, somebody help me.

Sekarang aku tidak tahu harus membalas apa. Aku hanya diam terpaku dan menghindari tatapan dari Zayn. Aku memang kecewa, tapi aku tidak bisa mengatakan itu semua padanya. Tuhan, tolong kirimkan seseorang untuk menyelamatkanku. Aku tidak suka berada di posisi ini. Aku mau pergi. Tolong aku.

"Tay, kakimu sud--"

Yes! Thanks God. Jessie, you're my life saver.

"Oh, ada Zayn rupanya. Kalau begitu, aku permi--"

"Tunggu, Jessie! Aku butuh bantuan. Tolong bantu aku berdiri. Aku haus. Aku butuh air mineral. Aku mau keluar," kataku memohon. Aku sudah memikirkan bagaimana caranya keluar dari sini. Pokoknya, apapun yang terjadi aku harus terbebas dari Zayn. Aku harus keluar dari kamar ini.

"Sini, biar aku bantu berdi--"

"Tidak usah. Jessie, tolong bantu aku," mohonku pada Jessie. Aku sudah mengisyaratkannya dengan mata dan segala macamnya. Semoga Jessie mengerti.

Aku menghela napas lega begitu Jessie mengangguk. "Baiklah," jawabnya, lalu berjalan menghampiriku dan membantuku berdiri.

Begitu sampai di luar kamar, aku langsung menoleh ke belakang untuk memastikan kalau Zayn tidak mengikuti kami. Begitu tidak ada tanda-tanda kalau dia akan menyusul dalam waktu dekat, aku langsung membisikkan sesuatu pada Jessie. "Tolong bawa aku ke kamarmu atau ke tempat lainnya. Aku tidak mau kembali ke sana. Tolong lindungi aku, Jessie."

"Sebenarnya ada apa, sih? Kenapa jadi begini?"

Aku mengisyaratkan Jessie untuk membantuku saja dan aku akan menceritakan semuanya nanti. Jessie pun terpaksa mengangguk dan memutuskan untuk membawaku ke kamarnya. Setelah aku berbaring di atas tempat tidurnya, aku menitipkan pesan.

"Jessie, tolong bantu aku sekali lagi. Katakan pada Zayn kalau aku dalam masa pemulihan dan benar-benar butuh istirahat meski sebenarnya tidak. Jadi, tidak ada yang boleh menggangguku. Kau mau titipkan pesan itu padanya, kan?"

Jessie mengangguk sekali lagi meskipun ekspresinya berkata sebaliknya. "Sejujurnya aku bingung karena kalian benar-benar aneh, tapi baiklah. Selamat beristirahat," kata Jessie, lalu meninggalkanku sendirian.

Aku sudah berjanji pada diriku sendiri kalau aku akan akan menceritakan apa yang sebenarnya membuatku terluka pada mereka. Tepatnya setelah Cara kembali dari kuliah. Bagaimanapun juga mereka sahabatku dan mereka harus tahu meski berat rasanya karena cerita itu sangatlah memalukan.

(^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/ (^-^*)/

Hari ini aku harus pergi ke kantor untuk sesi wawancara dengan sebuah majalah dan kabar baiknya, kakiku sudah benar-benar pulih. Aku sangat berterimakasih pada dokter waktu itu yang dengan sepenuh hati telah mengobatiku hingga aku berhasil sembuh sekarang.

Beberapa hari terakhir, aku sempat bolak-balik ke rumah sakit karena obat yang dokter itu sarankan tidak bekerja dengan cepat, sementara aku ingin kakiku cepat-cepat sembuh. Berdiam di rumah terlalu lama bisa membuatku gila. Alhasil, aku sudah sembuh sekarang dan aku sudah bisa pergi ke tempat manapun yang aku suka tanpa larangan dari Cara maupun Jessie.

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang