six

516 17 2
                                    

✪ Taylor ✪

"Apa lagi yang ingin kau beli?" tanya Kyle sambil memutar-mutar buah jeruk di tangannya. Kami sedang berada di lorong tempat buah berada. Untung saja sore itu supermarket tidak terlalu ramai. Jadi, kami dapat bebas berbelanja.

"Hmm... ada banyak sebenarnya," jawabku sambil menatap Kyle, lalu kembali fokus memilih jeruk yang ingin kubeli. "Aku masih harus membeli ayam, tepung terigu, juga beberapa bumbu dapur untuk memasak besok," tambahnya.

"Kalau begitu, ayo cepat. Kita bisa pulang terlalu malam," katanya sembari menarik tanganku menuju tempat penimbangan buah. Setelah itu, dia mengajakku menuju cooler tempat ayam berada.

"Sabar, Kyle!" protesku sambl tergesa-gesa memilih ayam. "Sekarang aku sudah dapat ayamnya. Kita langsung ke rak tepung terigu, ya," ajakku sambil menarik tangan Kyle.

"Bisakah kau berjalan dengan pelan?"

"Kau bilang tadi aku harus cepat agar kita tidak pulang kemalam dan sekarang kau malah secara tidak langsung melawan gagasanmu sendiri. Sudah ya, sekarang aku mau ambil tepung terigu dulu." Aku berjalan meninggalkan Kyle dengan trolley yang berada di dekatnya.

Aku berdiri di depan rak yang memuat banyak tepung terigu sambil berpikir mana yang harus aku ambil. Setelah memutuskan untuk mengambil dua kemasan tepung terigu juga beberapa bumbu dapur, aku kembali ke dekat Kyle dan meletakkan seluruh belanjaan yang kubawa ke dalam trolley. "Sekarang kau mau beli apa? Aku sudah selesai," beritahuku.

"Aku hanya ingin membeli bebarapa makanan ringan yang tidak dijual di mini market biasa. Kau mau ikut juga atau masih ada lagi yang harus kau beli?" tanyanya.

Aku menepuk dahiku. "Hampir saja lupa. Aku juga harus membeli beberapa makanan ringan dan susu. Terima kasih sudah mengingatkanku. Meskipun secara tidak langsung," tuturku.

"Sama-sama," balas Kyle sambil tersenyum. Aku baru sadar kalau senyuman Kyle sangatlah manis. Aku hampir saja kecanduan. "Kau ini ada-ada saja, ya." Kyle terkekeh sambil mengacak-acak rambutku gemas.

"Hey!" protesku tidak terima. "Jangan mengacak-acak rambutku, Kay." Aku menatapnya sebal sambil mencoba merapikan rambutku kembali dengan jemariku.

"Kay? Apa kau bilang? Aku bukan Kay," katanya.

"Iya, Kay. Kenapa memangnya? Aku tidak boleh memanggilmu Kay?" tanyaku sembari menjulurkan lidah.

"Oke, terserah. Ayo, cepat!" Kyle menarik tanganku lagi. Sepertinya kegiatan kami dari tadi bukanlah berbelanja, melainkan berlomba tentang siapa yang dapat menarik tangan lawannya terlebih dahulu.

"Sabar, hey!" pekikku. Setelah menemukan rak khusus makanan ringan, aku langsung mengambil banyak sekali. Kalau tidak ada pekerjaan dan tidak ada Chloe dan Jess di rumah, makanan adalah satu-satunya temanku.

"Banyak sekali yang kau ambil," komentarnya. Kulihat Kyle hanya mengambil beberapa makanan ringan di tangannya.

"Oh, ini?" tanyaku berpura-pura bodoh. "Ini kebutuhan, bukan keinginan. Jadi, aku harus mengambil banyak. Lagipula, aku kan, tidak tinggal sendiri," paparku. Kyle hanya mengangguk-angguk. "Oh ya, Kay. Satu lagi! Aku harus beli susu." Aku berjalan menuju rak tempat susu ditempatkan, sementara Kyle mengikuti dari belakang. Aku mengambil lima botol susu. Karena aku tahu, susu adalah kebutuhan terpenting.

"Kau mau beli susu juga?" tanyaku sambil meletakkan botol susu tersebut ke trolley. Kyle mengangguk. Aku memerhatikannya yang sedang mengambil salah susu botol susu, memerhatikannya, lalu mengembalikannya lagi ke rak. Tidak hanya satu kali, tapi Kyle mengulanginya beberapa kali. So, what's the point? "Kengapa kau memilihnya lama sekali, sih?" tanyaku tidak sabaran sambil melihat tingkahnya.

It Just Happens ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang