"Bahan gosipan anak satu sekolah juga lagi bergosip yak!" Goda Yogi masam saat masuk kelas melihat Jane duduk di kursinya dan ngobrol sama Mila.
Jane dan Mila mencibir sebentar, tidak terpengaruh dengan godaan Yogi. Mereka lanjut ngobrol lagi.
Cowok itu duduk di kursi Jane, sebelah Bagas. Kalau Jane sama Mila lagi semangat banget buat ngobrol, terpaksa Yogi harus menyingkir ke bangku depan. Pasalnya, Bagas mana mau meninggalkan tempatnya, kecuali saat istirahat, jadi kursi Yogi yang selalu jadi sasaran empuk konferensi meja bundar ala Mila dan Jane.
"Halo pagi, Bro Bagas!!" Yogi memandangi Bagas yang lagi asyik membaca koran Kompas. Dahi Yogi mengkerut, lalu dia beralih ke Nanda yang duduk di kursi sebelah. "Emang kita disuruh bawa koran ya?"
Nanda menoleh dengan handsfree tersumpal di telinga. "Hah? Kagak kok."
Yogi mendecak kesal. Dia memandangi Bagas dari atas sampai bawah. Risih dipandangi seperti itu Bagas menoleh dengan raut wajah terganggu.
"Lo kenapa sendirian mulu dah? Nggak kesepian?" tanya Yogi iseng. Dia juga memberi sebatang permen kojek pada Bagas, tidak seperti dulu pertemuan awal mereka Yogi menawarkan permen yang sudah bekas. Kini dia memberi Bagas permen baru.
Bagas menerimanya dengan tatapan bingung. "Nggak. Enak lagi begini, tenang." Bagas menjawab. Jawabannya basi banget. Lalu cowok itu menyimpan permen di sakunya.
"Lain kali lo harus ikut gue yok, kita nonton bareng pertandingan bola. Lo suka klub apa? Kali aja kita se-fandom atau lo suka K-pop?"
Alis Bagas bertautan. "Boleh. Liverpool," dan ternyata dia bukan fans K-pop. Semenjak K-pop terkenal di Indonesia mulai menjamur para fanboy. Kali saja diem-diem ternyata Bagas adalah fans lagu Korea.
"SAMA!! Besok sore ada pertandingan, nonton bareng, Bro!" Yogi tersenyum ceria dan menepuk pundak Bagas, sampai cowok itu meringis.
Risih.
Punggung Yogi terasa ditusuk sesuatu yang runcing dan kecil. Ujung pulpen. Yogi menoleh saat kebahagiaannya dirusak oleh seseorang, di belakangnya Jane mengernyit heran.
"Tugas! Ngerjain tugas Bahasa Inggris gimana?" tanya Jane merusak keinginan Yogi untuk nonton bareng Bagas.
Yogi mendecak kesal, cewek-cewek memang sama saja di mana-mana. Makanya Yogi malas punya pacar, apalagi pacar yang sering mengatakan lebih pilih nemenin aku ke mal atau menonton bola? Saat keinginan mereka harus dipenuhi. Dan, pertanyaan Jane kurang lebih seperti itu. Mila menahan tawa, berhasil membungkam euforia Yogi yang heboh sendiri sementara Bagas hanya memandang cowok itu tanpa ekspresi.
"Oh iya, emang masih berlaku itu tugasnya? Si Mam kemarin kan nggak masuk, kali aja besok nggak masuk lagi. Bisa jadi, kan?" sahut Yogi, dia mengacak rambutnya.
Jane dan Mila mengangkat dagu tinggi-tinggi mendengar ucapan konyol Yogi.
"Ya, daripada menduga hal yang mustahil jadi lebih baik kita kerjain saja, oke? Mau di mana? Sore ini setelah pulang sekolah pokoknya," jawab Mila.
Yogi memutar tubuhnya sampai melihat kedua teman ceweknya itu. "Kita ke rumah Bagas, yuk?"
Uhuk...
Jane dan Mila tersedak ludahnya sendiri. Punggung Bagas bergerak, tidak lagi menelengkan kepalanya pada Yogi, dia sampai memutar tubuhnya mengamati Yogi yang cengengesan. Dia menghela napas.
Jane dan Mila berebutan minum dari botol air mineral. Setelah mereka berhasil mengendalikan tersedaknya, mata Jane melebar dan Mila batuk-batuk sampai pucat pasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisdom
Teen FictionSelama belasan tahun, Jane tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarganya. Tentang mengapa dulu kedua orangtuanya berakhir memilih pada kata berpisah. Jane pernah ditinggalkan sendiri dan kesepian. Dia sudah tidak mau lagi mengenal or...