Jane memeriksa sepatu, dasi, name tag, dan badge sekolah semuanya sudah rapi dan lengkap. Name tag dan badge sekolah di lengan kanannya mana bisa terlepas karena sudah dijahit. Dia merapatkan barisan di belakang Mila, Jane memasang topi agak mendalam agar matanya bisa tertutup dari sinar matahari pagi yang sangat terik saat merasa tiba-tiba pandangannya memudar berbayang. Upacara sebentar lagi akan di mulai.
Belum sempat upacara dimulai, pandangan Jane keburu gelap dan ambruk di tengah lapangan upacara.
Saat Jane membuka matanya, wajah cemas milik Mila, Yogi dan Bagas yang pertama dilihatnya, mereka berjejer mengerubungi kasur UKS di mana Jane terbaring. Seperti biasa keningnya terasa berat sekali dan pusing.
Sial, makin parah saja anemia-nya ini. Jane menggerutu dalam hati.
Mila mengambil teh manis hangat dari meja UKS dan membimbing Jane agar minum dahulu. Jane minum teh tersebut sampai setengah gelas dan menunduk lesu.
"Lo kecapekan?" tanya Yogi perhatian.
Jane menggelengkan kepala. Sungguh, dia tidak menyangka tiba-tiba langsung jatuh pingsan padahal upacara belum dimulai. Dia sampat melihat sesuatu yang berbayang. Dia juga tidak merasakan ada gejala yang aneh, kecuali perutnya sakit.
Ah, Jane mendesah panjang. PMS.
Sepertinya hari ini dia akan mengalami hari pertama mens. Semoga saja besok deh. Dia tidak mau hari pertamanya menjadi buruk, lantaran memakai seragam putih-putih. Dia tidak mau kejadian tidak diinginkan terulang lagi.
"Biasa."
"Biasa?" Kening Yogi mengerut.
Mila mendecak kesal pada cowok itu, "Kan udah pernah dijelasin."
"Oh," Yogi terperanjat, "Mau pulang aja? Biasanya sih sakit banget. Kakak gue loh ya, bukan gue yang rasain." Dia menegaskan.
"Nggak ada yang nuduh lo lagi," Mila memutar bola matanya gemas.
"Ke kelas aja yuk. Gue nggak apa-apa kok," kata Jane.
Mereka kembali ke kelas dengan Mila dan Yogi yang menjaga sisi Jane jika terjadi tubuh tumbang lagi sudah memiliki tameng, di belakang Bagas mengekor mereka dengan diam saja.
Sejak Jane melontarkan ucapan itu dia menghindari tatapan Bagas. Dia sedikit kesal, ucapannya tidak membawa efek apa pun. Cowok itu masih sedingin es dan se-kaku robot.
Es akan selalu tetap dingin selama dia masih jadi es.
Jane berhasil melalui dua jam pelajaran pertama dengan lancar bahkan tadi sempat pamit ke toilet saat pergantian jam pelajaran bersama Mila, untuk memakai pembalut mendadak deras sekali keluarnya. Dia sudah siap jika siang nanti akan tumbang lagi.
Saat bel istirahat berbunyi dia tersenyum lega, bisa istirahat sejenak. Mila dan Yogi segera berlari keluar pamit mau membelikan sesuatu untuk Jane, jadi cewek itu tidak perlu pergi keluar kelas lagi. Mereka masih khawatir sama kondisi Jane. Abis Mila yang panik banget juga membuat Yogi khawatir.
"Nggak istirahat?" tanya Jane pada Bagas.
Kali ini cowok itu lagi asyik menggambar manga. Jane dibuat terpesona dengan hasil buatan Bagas.
Keren dan mirip banget sih sama sosok aslinya si Kaneki, tokoh dalam anime Tokyo Ghoul. Kalau diliat-liat sih Bagas emang gayanya mirip Kaneki. Semoga saja mereka cuma sekedar mirip. Kalau iya, Jane harus segera kabur sebelum dimakan oleh monster pemakan manusia yang disebut dengan Ghoul.
"Di sini aja."
Jane sudah lupa tujuan awalnya ingin mogok bicara sama Bagas, tapi dia tidak bisa lama-lama mendiami. Jane tidak mau memberikan ruang untuk Bagas menyendiri. Ruang kesepian dan sendiri itu menyakitkan. Mungkin hanya dia saja yang merasakan sedangkan itu adalah zona nyaman Bagas yang sebaiknya Jane tidak usik. Bagas nyaman dengan aktivitas sendiriannya, tapi Jane juga akan bersikap sebagai dirinya sendiri. Tetap berusaha ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisdom
Teen FictionSelama belasan tahun, Jane tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarganya. Tentang mengapa dulu kedua orangtuanya berakhir memilih pada kata berpisah. Jane pernah ditinggalkan sendiri dan kesepian. Dia sudah tidak mau lagi mengenal or...