Tawuran itu semakin menyeramkan saat mereka mulai memukul lawannya dengan balok kayu penemuan salah satu murid, sehingga terdengar suara gedebak-gedebuk nyaring. Serangan membabibuta terus berlanjut dengan aksi saling menonjok dengan tangan kosong.
"STOOOOOP! BERHENTI WOYYY! BRENGSEK!!!"
Seorang cowok memakai celana jeans biru tua, atasan kaos abu-abu dibalut jaket kulit hitam, wajahnya dipenuhi luka lebam menerobos dan berdiri di tengah arena pertarungan tersebut tanpa memikirkan akibatnya.
"STOP!!! GUE BILANG STOP!!!!" Kali ini suaranya menggelegar kencang sekali sampai semua pelaku tawuran itu menoleh dan menjauhkan diri dari lawan duelnya.
Dino dan Gustav berbatuk-batuk hebat, mulutnya sudah dipenuhi darah segar.
Dadan berdiri di belakang mereka dan berbisik, "Kata lo pada si Dilan nggak masuk? Itu apaan, benga??!"
"Berisik! Mana gue tau, bacot!" bentak Dino pada Dadan kesal.
Sungguh rencana ini sama sekali tidak melibatkan Dilan, mengira senior tua itu nggak masuk karena babak belur dihajar Rino, mereka berencana menyerang SMA Taruna Bakti untuk balas dendam atas dasar 'solid'. Tapi ternyata manusia yang dibela sama sekali tidak tersanjung atau senang sedikit pun. Dia malah marah dan memandang bengis para juniornya.
"Siapa yang nyuruh, hah??" seru Dilan pada gerombolan kelompok Mercu Buana.
Di belakang Dilan para murid Persada segera melarikan diri takut terkena sasaran amukan Dilan. Sebagian sudah kabur sejak Dilan muncul dengan wajah penuh luka masih berteriak bak manusia kesetanan, pasti tenaganya pasti masih besar sekali.
"Lo, hah??" Dilan menarik kerah kemeja Dino, yang tidak berani memandang wajah Dilan.
"Lo???" Dilan melempar Dino ke belakang kemudian ganti menarik kerah kemeja Gustav. Tidak ada jawaban berarti, semua bungkam.
"Atau looo?" Dilan melewatkan tangannya di atas bahu Gustav dan menarik kemeja Dadan sampai kancingnya copot memperlihatkan dada milik Dadan dibalut kaos putih.
"Eng, bukan bos!" sahut Dadan takut-takut.
Dilan mengangkat pandangannya menyapu dengan tatapan seperti bidik.
"Siapa yang nyuruh kalian ikutan, hah? Ngaku!" Dilan menubruk tubuh Gustav, Dadan dan Dino tidak peduli, baginya para kacung itu yang harus minggir tidak boleh menghalangi jalannya. Jika tidak mau minggir ya resikonya ditabrak bahkan Dilan akan sengaja menginjak kakiknya kencang sekali, super pedas.
"Bilang sama gue kalian diajakin sama siapa???" tanya Dilan lagi suaranya keras dan tajam, penuh ancaman dan penekanan.
Tidak ada yang menjawab, semuanya menundukkan kepala takut. Dilan mengepalkan tangan menggertakan gigi keras, urat-urat kasar di tangannya keluar.
Dia melangkah mendekati anak yang posisinya paling depan lalu melayangkan pukulan ringan ke bahunya. Anak itu meringis kesakitan dan terpental ke belakang, sampai tubuhnya ditangkap oleh anak yang ada di belakangnya.
Dilan menarik anak lainnya, melayangkan tinjunya yang sama. Secepat kilat tanpa jeda Dilan memberi satu pukulan telak di bahu-bahu anak sekolahnya tersebut.
Dino, Gustav, Dadan saling melirik dan mengangguk paham. Dilan lagi emosi.
"Bos, jangan, Bos! Lo bisa dikasih SP terakhir karena gebukin anak sekolah!" seru Dadan tapi tidak mempan. Ucapannya diabaikan oleh Dilan.
Dilan masih saja memukuli bahu anak sekolahannya tanpa henti dan semakin keras. Ekspresinya seperti ingin meledakkan mereka satu per satu dengan geranat. Murka dan seram banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisdom
Teen FictionSelama belasan tahun, Jane tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarganya. Tentang mengapa dulu kedua orangtuanya berakhir memilih pada kata berpisah. Jane pernah ditinggalkan sendiri dan kesepian. Dia sudah tidak mau lagi mengenal or...