17. Teru-teru Bozu

11.7K 901 17
                                    

Akhir-akhir ini hujan jadi sering turun. Sudah setengah jam menunggu hujan tidak kunjung reda. Kalau begini terus sampai semakin sore, rencana mereka untuk ke rumah Bagas terpaksa dibatalkan.

Jane menarik napas pelan-pelan menghirup aroma saat hujan turun, dia sangat suka suasana sejuk seperti ini. Seperti rasanya sudah lama bumi pertiwi ini tidak diguyur oleh hujan. Menyejukkan dan menenangkan.

Jane dan Mila duduk di depan deretan kelas lantai bawah menunggu hujan reda. Namun, hujan seperti tidak menunjukkan tanda akan berhenti dalam kurun waktu 30 menit lagi, bahkan hujan semakin deras.

Mata Jane menangkap bayangan Rino, Bianca dan Gizkha keluar dari ruang detensi. Ruangan itu sejenis ruang sidang untuk murid Taruna Bakti, siapa pun yang masuk ke sana anak yang bermasalah dan butuh pencerahan. Cowok itu terlihat berjalan duluan meninggalkan Bianca dan Gizkha menuju cabang koridor, sementara Gizkha langsung di sambut geng-nya dan dipeluk khas cewek manja. Jane mendesis tidak suka mengingat kejadian tadi ditampar oleh cewek kurus itu.

Masih tertinggal di belakang, Bianca celingukan mencari seseorang. Saat pandangannya terkunci ke deretan kelas 10 lalu menyipitkan matanya penuh kilatan api. Siapa lagi yang dia tatap seperti itu, kecuali Jane. Sebuah amplop panjang putih yang dipegang oleh Bianca segera dia masukkan ke dalam tas.

SP? Cewek itu dapat SP?

Apa-apaan ada persidangan kok sang korban tidak dihadirkan? Jadi, tidak tahu ada keseruan apa di dalam ruang detensi tadi.

Sebuah mobil Alphard silver masuk ke dalam lapangan memutar dan berhenti tepat di depan Bianca sehingga tidak bisa terlihat lagi karena terhalangi oleh mobil tersebut. Setelah itu mobil melaju keluar gerbang dengan Bianca sudah tidak berada di koridor lagi. Pasti sudah masuk ke dalam mobil tersebut dan pulang.

"Kayaknya cerita lo baru setengah deh, Jane," kata Mila yang sedari tadi juga melihat Rino, Gizkha dan Bianca keluar dari ruang detensi. Dia menatap cemas Jane.

Tadi sekembalinya Jane ke kelas langsung mendapat perhatian penuh dari seantero kelas. Bagaimana tidak, sebuah semburat merah tercetak jelas di pipi Jane.

Di bawah tangga dipenuhi anak kelas 12 yang tidak berani naik lantaran di atas karena ada dua cewek berantem. Jane dan Gizkha. Nama itu langsung merebak luas. Ya, anak cewek kelas 12 cepat atau lambat memang akan mencari Jane. Dia sudah menjadi public enemy para fansnya Rino.

Jane menceritakan pada Mila perihal kelakuan Gizkha terhadapnya. Mila menganga tidak percaya. Sesuatu yang membuat Mila semakin syok adalah kemunculan Rino di antara mereka untuk membela Jane.

"Gitu doang kok. Pas Rino datang, gue minta maaf sama Kak Gizkha dan langsung turun. Manfaatin waktu yang ada buat kabur, gue nggak tau lagi apa yang terjadi di atas," jawab Jane bernada lesu. Dia jadi khawatir sesuatu yang buruk terjadi setelah dia pergi, apalagi tadi ada Bianca memegang surat SP juga.

Ponsel Jane bergetar di saku, mengira itu telepon dari Yogi--yang tadi pamit mau ke perpustakaan bersama Bagas, untuk mencari referensi. Ternyata nama yang muncul di layar adalah Rino.

"Kak Rino nelepon," ucap Jane menatap ragu pada layar ponselnya.

"Angkaat!!" pekik Mila.

Jane menjilat bibirnya yang kering.

"Halo, Kak?" Suara Jane jadi kaku. Di seberang sana Rino terkekeh pelan.

"Kok suaranya tegang banget? Masih syok karena Gizkha? Kok belum pulang?"

Jane menatap Mila dengan sorot mata bingung. "Nggak apa. Soal Kak Gizkha udah lewat, gue biasa aja kok. Mau ngerjain tugas dulu nih, karena hujan belum bisa keluar."

WisdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang