4 : Brian Chandler

90 27 0
                                    

Happy reading guys...😊😊

Maggie masih terisak. Mobil terasa begitu sunyi dan tak bergerak sejak tadi.

"Maaf. Aku hanya tidak suka Kau bersamanya. Jangan temui orang itu lagi. Kau harus memperhatikan pergaulanmu dan berhati-hatilah pada orang asing."

Maggie tak menjawab, hanya menghapus air matanya dan melihat keluar. Charlie juga tak terlihat tertarik melanjutkan kalimatnya, kemudian menyalakan mesin dan meluncurkan mobilnya ke rumah.


Satu tahun berlalu, hubungan Maggie dan Charlie tidak membaik. Tapi Maggie menuruti keinginan kakaknya itu untuk tidak menemui Peter. Dia tak pernah meninggalkan asrama saat liburan. Dia memilih tinggal dan melakukan hal-hal yang membosankan. Kehidupan Maggie sedikit berubah, lebih kesepian lagi, sedikit. Yang lain masih sama saja, termasuk persahabatannya dengan Miss Sweden. Hanya saja, gadis mulut besar itu terlihat lebih cantik dengan gaya rambut barunya. Ia memotong rambutnya sebahu dan mengganti warna pirangnya menjadi hitam legam.

"Apa yang terjadi dengan rambutmu? Si bokong indah menendangmu?"

"Tidak. Aku yang menendangnya. Maggie, apa kita boleh keluar malam ini? Kurasa kita harus pergi merayakan ini."

"Apa orang di salon juga melakukan sesuatu terhadap kepalamu?"

"Hei, aku serius. Aku baru saja selamat. Aku baru saja berhasil lolos dari kematian. Jika aku terus bersama Max, kurasa aku juga akan menjadi potongan daging. Bukankah mereka yang muda lebih kuat dan cepat mengerjakan sesuatu?"

"Kurasa Kau benar-benar gila sekarang. Apa yang terjadi? Apa Max mengancam akan mencincangmu jika Kau tak mau tidur dengannya?"

"Kakaknya. Dia adalah musuh Peter di pengadilan. Peter membela keluarga istrinya."

"Bukankah mereka baru saja menikah? Mereka akan bercerai?"

"Dengarkan aku dulu, Tolol. Kakaknya adalah psikopat yang punya banyak koneksi dan kekuasannya tak diragukan. Salah satu dari jutaan rahasianya akhirnya terkuak oleh istrinya. Kau tahu apa yang dilakukannya selanjutnya? Dia mencincang tubuh istrinya, Maggie!! Bukankah itu sangat gila? Ibu bilang mereka baru menemukan beberapa bagian tubuh dan bisakah Kau menebak di mana mereka menemukannya? Di dapur hotelnya, Maggie!!! Ditengah tumpukan daging sapi!!! Dia dikuliti!!!!"

"Ya Tuhan.." Maggie tak bisa berkata-kata lagi.

"Aku takut, Maggie. Bahkan awak media tak berani memberitakannya, tapi keluargaku tahu. Apa aku bisa saja jadi incarannya? Ini sungguh mengerikan. Apa yang harus aku lakukan?"

"Kau sudah benar. Setelah putus dengannya, Kau hanya perlu tinggal di sini dan bersembunyi. Kenapa Dia tidak ditahan? Pagi ini aku melihat Max kemari diantar mobil kakaknya, tak ada ekspresi untuk keluarga semacam itu di wajahnya."

"Kau tak akan pernah paham bagaimana hubungan antara orang kaya dan apa yang bisa mereka lakukan, Maggie. Akupun tak pernah paham, sekeras apapun aku berusaha."

"Ya Tuhan, kurasa bukan hanya Kau yang akan dicincang. Aku yakin akupun masuk daftar hitamnya." Kata Maggie sambil menatap arah belakang Rose.

"Apa yang Kau lihat?"

"Max dan kakak gilanya. Mereka menuju kemari, Rose. Mereka benar-benar berjalan kemari. Tunggu, sejak kapan tempat ini jadi sepi? Di mana anak-anak bodoh yang berkeliaran tadi?" Maggie mulai panik.

Sibuk dengan pikiran gilanya, Maggie melupakan satu fakta penting. Dia dan Rose sedang duduk di tepi jalan menuju tempat parkir. Max dan kakaknya berhenti begitu bertemu mereka berdua.

"Bukankah Kau Rose? Senang berjumpa denganmu." Sapa Kakak Max membuat bulu kuduk berdiri.

"Ah,ya.. Saya juga.. Ada sesuatu yang sedang Anda urus sampai Anda sendiri datang kemari? Mhh.. Saya tidak sering melihat Anda datang sebelumnya." Jawab Rose berusaha menyembunyikan rasa takutnya.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang