18 : Waktu itu (2)

22 3 0
                                    


Happy Reading Guys…

Sudah empat hari sejak Maggie sadar tapi tak seorangpun dari keluarganya atau dokter mengatakan keadaan anggota gerak bawahnya karena pertimbangan terhadap faktor psikologisnya.

Brian selalu ada di sampingnya selama ia terjaga dan dapat memastikan dengan baik Maggie tidak berusaha bangun atau ingin menggunakan kedua kakinya. Siang itu Maggie sedang istirahat dan dokter memanggil Brian untuk berbicara di ruangannya.

“Apa? Ini baru empat hari, Dok. Sangat tidak adil. Hari ini dia baru bisa membuka matanya dengan lebar dan mulai tertawa. Ini gila.” Runtuk Brian.

“Memang terdengar kejam. Tapi semuanya memang harus dilakukan dengan segera supaya penanganannya juga tepat dan pemulihannya dapat segera dirasakan. Kami tidak bisa melakukan terapi atau latihan lain untuk kedua kakinya dan menjaga rahasia soal itu kepadanya di saat yang bersamaan.”

“Tapi bisakah kita tunda sedikit lebih lama? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya setelah mendengar ini.”

“Kita akan lakukan besok, karena  besok semua psikolog yang akan bekerja sama dengan kami dapat saling menyesuaikan jadwal. Kami juga sudah membuat jadwal terapi fisik maupun psikisnya sesuai dengan jadwal para dokter. Akan sangat sulit menjadwalkan ulang semuanya jika kita tidak melakukannya besok. Kami sangat berharap Anda pun dapat bekerja sama dengan kami.”

“Tunggu. Apa ini maksudnya Anda menyuruhku mengungkapkannya? Tidak! Aku tidak akan melakukannya. Aku tidak bisa.”

“Anda suaminya, yang adalah orang paling dekat dengan pasien dibandingkan orang lain. Sebenarnya tidak harus Anda jika orang tuanya bisa mendampinginya. Tapi seperti yang kita tahu bersama, itu tidak mungkin. Jadi kami hanya bisa melakukan ini bersama Anda.

Kami akan berada di luar dan mengawasi, kemudian akan segera masuk dan memberikan penanganan shocknya dengan cepat jika keterkejutannya menunjukkan gejala munculnya periode.

Pemulihan dari tekanan mental semacam ini akan berlangsung dengan sangat cepat karena suasana lingkungan yang hangat dan memotivasi. Saya lihat Nyonya Maggie memiliki banyak orang yang seperti itu. Dia akan melewati ini semua dengan baik.”

Kemudian esok hadir dengan sangat cepat. Brian sudah sangat tegang sejak pagi buta dan menghubungi semua kerabat dekat untuk membantu dukungan moril kepada Maggie jika dia mengalami keterkejutan yang berlebihan nanti. Tapi hatinya masih tidak tenang.


Ruang perawatan Maggie dikosongkan sejak satu jam lalu. Beberapa dokter menunggu di luar dan sebagian lagi mengajari Brian berbicara dengan baik dan menyarankan berbagai metode untuk membuat reaksi Maggie lebih tenang.

Brian meninggalkan ponselnya pada Rose dan segera masuk ke ruangan itu. Para dokter mulai mengamati dan mencatat.

Rose memaksa dirinya bersabar. Dia ingin masuk bersama dengan Brian tapi dokter melarangnya. Dia mencoba berdiri, ingin melihat reaksi Maggie melalui jendela kaca, tapi orang-orang berjas dokter itu menutupi semua tempat.

Kemudian Rose kembali duduk dan menata perasaannya. Tempat itu sunyi, tapi Mrs. Dew mengejutkannya tiba-tiba.

“Nampaknya ponsel Brian dalam mode diam. Mungkin karena itulah kau tak menyadarinya. Ponsel yang kau genggam itu, hidup berkali-kali. Kurasa seseorang menelepon.”

Rose segera melangkah menjauh dan menjawab telepon itu setelah membaca nama Peter di layar.

“Hei, Brian. Aku menemukannya. Pergilah ke tempat itu setelah aku mengirimkan alamatnya padamu. Aku akan datang ke sana bersama polisi nanti, jadi kurasa kau tidak akan bisa menghantam wajahnya jika kau datang bersamaku.”

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang