14 : Yang Berubah Juga

29 6 2
                                    


Happy Reading Guys… 😙😙

Bulan-bulan indah berlalu, dimana keluarga kecil Maggie kembali seperti sedia kala, setidaknya setelah pertengkaran itu. Rumah mereka kembali menjadi tempat tujuan ternyaman untuk Brian dan bagian yang tidak pernah membosankan dalam hidup Maggie.

Kebahagiaan itu mengembalikan banyak daging yang dulu pernah hilang dari tubuh Maggie. Brian pun  mendapatkan hal yang paling disukainya karena itu.

Keindahan itu tak lagi singgah di rumah itu sekarang. Bukan lagi Brian yang emosional dan pertengkaran yang terjadi setiap hari, tetapi Maggie yang bersikap seolah kehilangan dirinya yang dulu.

Dia menjadi sangat sensitif dan tidak memiliki toleransi terhadap apapun. Akhir-akhir ini dia sering sekali membentak pelayan yang dinilainya tak becus membuat makanan enak.

Kecintaannya terhadap teh hilang begitu saja dan justru sangat jijik setiap kali melihat orang lain minum teh.

Secara mengejutkan, Maggie juga sangat membenci semua jenis olahan daging.

Maggie lebih semangat melakukan pekerjaan rumah dan banyak minum air putih setelahnya, tapi marah-marah ketika dia merasa terlalu sering buang air kecil, karena kedua pahanya mulai lelah menopang tubuhnya yang sudah tidak bisa dibilang kurus lagi ini.

Brian menganggap ini semua seperti hukuman atas sikap buruknya beberapa waktu lalu. Dengan sabar dia menuruti apa saja keinginan istrinya yang selalu berubah-ubah, lengkap dengan omelan yang tidak pernah berhenti terdengar oleh kedua telinganya ketika dia sedang ada di rumah.

Satu hal yang menjadi tugas besar tak terlupakan untuknya, adalah memastikan stoples di ruang tengahnya penuh dengan kacang mede. Maggie akan mengamuk jika tidak ada kacang di dalam stoples saat dia begitu ingin makan.

Rose yang mendengar ini dari Brian segera datang sendiri ke rumah mereka untuk mengecek kegilaan sahabatnya itu. Kali ini dia tidak membawa Joe, karena suatu rencana yang sudah dipikirkannya sejak pertama mendengar tentang perubahan Maggie, untuk di lakukan hari ini.

Rose sangat terkejut begitu melihat Maggie secara langsung. Brian hanya tertawa dibuatnya.

“Apa Kau Maggie yang kukenal?” Sapa Rose dengan heran, membuat Maggie menatapnya tajam.

“Apa? Kau juga, ada apa? Apa yang mau kau katakan?” Tanya Maggie geram. Brian terus tertawa terbahak-bahak melihat mereka.

“Kau menjadi segemuk ini dalam waktu singkat, siapa yang tidak akan terkejut? Bagaimana dengan dua besimu? Apa perlu diganti atau semacamnya?”

“Aku sudah menyuruh sekretarisku menjadwalkan pertemuan dengan dokternya besok, Rose. Kurasa benda itu memang sedikit bermasalah sekarang. Maggie menjadi mudah lelah dan sakit di bagian paha belakangan ini.” Akhirnya Brian angkat bicara.

“Jika benda itu hidup, aku bertaruh dia sedang berteriak minta tolong sekarang. Bagaimana mungkin menggantikan kaki babi dengan tusuk gigi?” Celetuk Rose, membuat Brian dan beberapa pelayan menahan tawa.

“Apa kau merasa kurus saat mengatai orang begitu?” Tanya Maggie yang sudah mulai marah.

“Aku sudah mengeluarkan kepala manusia dari perutku, jadi wajar saja kalau aku jadi gemuk. Lagi pula aku memang harus sehat dan punya banyak tabungan nutrisi untuk Joe. Yang paling penting pada kasusku adalah, babi yang menggunakan kaki babi. Jadi itu bukan masalah.”

Brian mengantar Rose sampai ke depan pintu setelah wanita cerewet itu menanyakan banyak hal yang tidak dipahaminys kepada istrinya, kemudian di usir dari sana karena Maggie kesal. Mereka tak berhenti tertawa bahkan setelah mencapai daun pintu.

“Ketika kalian memeriksakan diri ke dokter tulang, ada baiknya kalian juga ke dokter kandungan.” Saran Rose.

“Maksudmu ada kemungkinan dia berubah begini karena hamil?” Tanya Brian.

“Istrimu tidak mandul, bodoh. Dia mengalami banyak tanda. Aku tahu darinya saat kuinterogasi tadi, meskipun dia sangat kesal. Lagi pula tidak ada orang yang berubah sedemikian jauhnya dalam waktu beberapa bulan saja. Ngomong-ngomong, kau punya banyak pelayan wanita, kenapa tidak ada yang mengingatkanmu tentang ini?”

“Maggie jadi lebih buruk saat melihat aku mengobrol dengan mereka. Kami hanya tidak mau cari masalah.”

“Wah, kurasa ini memang benar-benar hukuman untukmu, Brian. Tapi, benarkah Maggie pernah  muntah sebelum ini? Maksudku bukan karena gangguan penceraan, tapi lebih kepada perasaan mual saja setiap pagi, atau banyak  mengeluh tentang itu."

“Ya, dia sering muntah karena dia bilang bau ikan atau daging mentah yang sangat menyengat dari dapur. Padahal aku tidak pernah merasa daging atau ikan yang mereka beli sebau itu sampai ke kamar. Tapi aku diam saja karena dia akan sangat marah jika aku tidak setuju dengan perkatannya. Ketika muntah, suara yang kudengar dari luar kamar mandi sangat luar biasa. Tapi Rose, itu tidak terjadi setiap hari.”

“Memang gejalanya tidak selalu sama untuk setiap wanita. Oh iya, apa ada satu atau beberapa jenis makanan yang sangat disukainya belakangan ini?"

"Ya. Kacang mede. Aku akan dapat masalah jika membiarkan stoples kesayangannya kosong."

"Itu dia. Mungkin aku tidak tahu dengan baik karena akupun tidak terlalu memikirkannya saat aku hamil dulu, tapi aku cukup yakin kalau dia hamil. Segera periksakan untuk mengetahui pastinya. Jangan lupa menghubungi kami saat hasil pemeriksaannya sudah kau terima.  Selamat untuk kalian. Aku pulang.”

Esoknya, Brian sudah bersiap sejak pagi. Dia menyerahkan urusan pekerjaan hari ini kepada sekretarisnya dan membawa istrinya ke dokter kandungan terlebih dahulu, tak seperti yang direncanakan sebelumnya.

Maggie terus bertanya kenapa mereka datang ke Rumah Sakit yang berbeda dari daftar kegiatannya hari ini. Brian hanya tersenyum bahagia dan membiarkan istrinya terus saja mengomel tak karuan.

Hohoho… jumpa lagi dengan aku.. 😘😙

Maaf ya teman-teman, update kali ini lama lagi jaraknya karena keadaan kesehatan author yang sedang terganggu..(akibat perubahan cuaca mungkin..hehe)

Sampai jumpa di chapter berikutnyaa… 😉😄

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang