6 : Bukan Orang Lain

68 19 2
                                    

Happy Reading Guys.. 😘

Ternyata Peter dan Charlie yang datang sambil mengumpat tak karuhan. Mereka ingin mengambil Maggie kembali dan mengancam akan menuntut Brian karena kasus penculikan. Mendengar itu, Maggie berusaha sekuat tenaga untuk bangun dan berjalan keluar padahal tubuhnya masih sangat lemah.

“Kenapa keluar? Istirahat saja di dalam..” Titah Brian. Maggie hanya menjawabnya dengan senyuman.

“Lihat, Maggie ingin pulang.” Kata Charlie.

Peter mencoba memegang tangan Maggie namun ditepis begitu saja.

“Aku..aku menunggumu...sampai di hari ketiga.. Aku..aku selalu berharap Kau datang dan memelukku. Aku pikir, jika itu terjadi..aku akan merasa lebih baik. Tapi..tubuhku tak bisa bertahan selama itu... Jika Brian tidak datang, mungkin aku sudah mati..aku kedinginan sepanjang hari...dan sulit menggerakkan tubuhku..tak ada siapapun yang bisa kupanggil, karena aku... Bernafas saja terasa sangat berat...” Jelas Maggie susah payah sambil menangis. Brian menopangnya dari belakang karena kakinya seperti tak mau menyangga tubuhnya.

“Aku sudah datang. Jadi, ayo kita pulang.”

“Tidak... Aku.. aku,,akan tetap tinggal.” Maggie membalik badan dan rebah di pelukan Brian karena terlalu lemas.

“Brian..jangan biarkan..jangan biarkan..aku pergi.” Maggie berusaha membisikkan kalimat terakhirnya sebelum akhirnya dia pingsan.

Mata Maggie terbuka lagi dan dia sudah berbaring di tempat yang berbeda. Di rumah Rose.

“Hai. Apa Kau merasa lebih baik? Ibu menyiapkan kamar untukmu. Ayah juga berjanji akan pulang cepat untuk melihatmu.” Sapa Peter. Maggie hanya menjawabnya dengan senyuman, menyadari bahwa sekarang dia nampak seperti bola yang dioper ke sana ke mari.

“Tinggal disini saja, oke? Setidaknya sampai Kau sembuh total. Aku setuju dengan mereka, Maggie. Brian mungkin orang yang baik, tapi masih terlalu tidak bagus bagimu tinggal di rumahnya. Ya, kan?” Tambah Rose.

“Betul. Terima kasih Rose.”

Di tempat lain, Charlie sedang bingung memikirkan pernyataan dokter bahwa keadaan Maggie jauh lebih baik setelah 'diculik' oleh Brian. Kerutan di keningnya bertambah karena memikirkan adiknya itu, dan beberapa hal yang berhubungan dengannya.

Beberapa hari kemudian Maggie sudah sembuh dan memutuskan untuk pulang. Mrs. Lott dan semua pelayan rumahnya menyambut dengan sangat baik.

“Apa yang Kau lakukan di rumah Si Tampan? Kau mempunyai watu yang bagus berdua?” Tanya Mrs. Lott.

“Sudah kubilang, Kami tidak ada hubungan semacam itu. Dia bekerja, Kami hanya bertemu saat makan malam. Mereka membiarkan aku pulang setelah aku kembali sehat.”

“Kau membuat pria di rumah itu tersenyum bahagia dan meninggalkan pria hampir gila di rumah. Jahat sekali.”

“Charlie? Apa yang terjadi padanya?”

“Pikirannya terganggu, jelas. Sering marah-marah, tak pernah makan di rumah. Dia bilang ada janji makan dengan beberapa orang. Tapi aku yakin hal seperti itu tidak akan terjadi setiap hari. Lihat saja, ini sudah malam dan Dia belum pulang juga.”

“Ini lebih terlihat seperti seorang pria yang sudah berkencan dengan wanita cantik daripada kakak yang mengkhawatirkan kebodohan adiknya.”

“Oh, jangan begitu. Dia itu kakakmu, bukan orang lain.”

“Tentu saja Dia kakakku. Tapi Dia seperti menjadi orang lain. Aku tak pernah merasa sejauh ini dengannya.”

Mereka berdua mendengar suara mobil datang. Tak lama kemudian terlihat Charlie bersama dua orang pria berjas dengan membawa beberapa dokumen masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah. Mrs. Lott segera turun ke dapur untuk membuatkan mereka minuman. Maggie bergegas turun ingin menemui kakaknya dan orang-orang yang juga dikenalinya. Dia mengurungkan niatnya dan berniat kembali ke atas, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar namanya disebut.

“Maggie sudah dewasa sekarang. Kau akan punya masalah besar ketika batas perwalianmu habis dan anak itu mulai menunjukkan taringnya. Jadi lakukan sesuatu sebelum posisimu menjadi sulit.” Kata seorang pria paruh baya yang dikenalnya sebagai sekretaris mendiang ayahnya.

“Aku dengar gadis itu memiliki hubungan khusus dengan Mr. Chandler. Keberpihakan dewan terhadapmu akan sangat kecil jika Maggie menikah dengannya.” Seorang pria botak yang tidak lain adalah pamannya angkat bicara.

“Aku sudah memiliki sebagian besar dari dewan. Apa itu masih kurang? Akan sangat aneh jika aku meminta peralihan perusahaan kepadanya. Dia bahkan tidak pernah tahu apa yang dimilikinya.”

Akhirnya kita berjumpa di bagian 6 teman-teman… 😁😁😂😂

Maaf banget ya hiatus tanpa pamit.. 😢😢

Ga disangka banget hpku jatuh tak tertolong, jadi musti nunggu hp bener dulu baru update lagi.. 😢😢😢😭😭

Sekali lagi author minta maaf yang sebesar-besarnya untuk readers.. 😯

Sekarang gak akan telat-telatan lagi..
😊😊😊

See you… Hope you always stay with me guys.. 😄😄

Don’t forget to vote n comment.. 😆😆

I love you all.. 😘😘😘

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang