10 : Rumah Sakit

57 15 0
                                    


Happy Reading Guys..

😊😊

Pernikahan dengan pesta yang sederhana digelar beberapa bulan setelah malam pesta kelulusan Maggie. Mereka memang tidak membuat pesta yang mewah, tetapi tamu yang hadir tidak bisa diremehkan jumlahnya. Brian dan Maggie tampak sangat bahagia, begitu juga Charlie yang juga turut 'merayakan' pelepasan masa lajang adiknya itu. Rose yang datang bersama James, tak henti-hentinya mengucapkan selamat dengan bahasa mereka.

"Apa kubilang, mereka sudah menikah sekarang. Berapa usianya?" Tanya Rose.

"Usia apa?" Tanya Maggie kembali.

"Brian kecil yang tinggal di situ. Saat di hotel itu, aku yakin bukan hanya rambut yang disentuhnya. Ya, kan? Tidak akan jadi seburu-buru ini jika memang di situ tidak ada apa-apanya, kan?" Tanya Rose lagi, sambil menunjuk perut Maggie, membuat James dan Brian tertawa mendengarnya.

Rose dan James berlalu, selanjutnya Peter juga datang menghampiri mereka.

"Selamat untuk kalian." Kata Peter dengan raut wajah yang sama sekali tidak mendukung ucapannya.

"Terima kasih, Peter." Jawab Maggie kemudian memeluknya. Peter membalas pelukan singkat itu dengan sangat erat kemudian menoleh ke arah Brian.

"Bahagiakan Dia, Bung. Bersyukurlah karena Dia memilihmu." Kata Peter sambil menepuk bahu Brian.

"Tentu saja. Selamanya. Terima kasih sudah ikut menjaganya selama ini. Tetaplah menjadi teman baik dan segera temukan wanita cantik dan baik hati untukmu. Di masa depan, aku akan senang jika Kau membiarkan anak kita bertemu." Jawab Brian.

"Ya, gagasan yang bagus. Tentu saja kita akan menjadi teman selamanya. Hubungi aku jika kalian memerlukan sesuatu yang di dalamnya aku bisa turut andil."

Peter berlalu, dan Charlie terlihat mendekat. Wajah kedua mempelai berubah begitu Charlie sampai di hadapan mereka. Charlie memeluk mereka berdua, memposisikan kepalanya di antara telinga kiri Brian dan telinga kanan Maggie.

"Selamat menempuh hidup baru. Berbahagialah selagi kalian masih kubiarkan." Bisik Charlie sambil menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.

"Bermain terbuka, huh?" Tanya Brian yang dijawab dengan seringaian.

"Kalian tidak boleh lupa, masa perwalian masih belum berakhir."

"Dan kurasa Kau juga tahu, bahwa aku sudah menikah dan dewasa, tak memerlukan wali sialan sepertimu. Lagi pula, anjing akan tahu mana tuan dan mana pesuruh yang hanya memberi mereka makan." Jawab Maggie sambil menatapnya tajam.





Kehidupan menjadi seorang istri terasa begitu menyenangkan bagi Maggie. Bangun pagi, menyiapkan air untuk suaminya mandi, menyiapkan sarapan, baju dan tas kantor, membantu mengenakan dasi dan merapikan jas, sarapan bersama, memperoleh ciuman dahi yang penuh cinta saat sang suami pergi kerja dan menunggu hal yang sama saat waktunya pulang. Setelah belajar banyak dengan para pelayan, dia juga mampu membuat banyak makanan enak yang disukai suaminya. Rumah mereka terasa sangat damai dan menyenangkan. Mereka berharap anggota keluarga baru akan segera datang di tengah mereka berdua.


Maggie sudah mengambil hak perwaliannya dan menyerahkan pengelolaannya pada Brian, Mr. Dew dan beberapa orang kepercayaan kakeknya yang lain. Charlie mulai menunjukkan taringnya dan menancapkannya di perusahaan, tak bisa ditendang keluar karena memiliki beberapa hal yang penting dan dibutuhkan.

Peter kini bekerja sebagai pengacara pribadi Maggie dan Brian, dan juga membantu Brian mengurus beberapa pekerjaan.

Rose dan James tetap menjalani hubungan mereka yang kekanak-kanakan itu dan tiba-tiba James melamar Rose saat menghadiri perayaan satu tahun pernikahan Brian dan Maggie kemudian menikah beberapa bulan kemudian.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang