Happy Reading Guys...😘
"Aku tak paham betul apa yang dipikirkannya. Memang terlihat bodoh, tapi Dia pemikir yang baik. Dia sangat pandai menyembunyikan apa yang dipikirkannya. Berhadapan dengan seseorang yang memiliki banyak saham memang sulit, tapi lebih sulit lagi menghadapi seseorang yang sudah tahu segalanya dan tinggal diam untuk melihat apa yang dilakukan musuhnya." Kata Charlie yang membuat lebih banyak kerutan di kening Paman. Maggie kembali turun dan bersembunyi di balik pilar. Masih belum paham dengan apa yang dibicarakan pria-pria ini.
"Ayahmu sudah melakukan kesalahan besar. Kenapa Dia tidak melakukan pengalihan saat wanita sialan itu masih hidup? Sekarang keadaannya makin menyulitkan kita saja." Keluh Paman.
"Apa lagi yang dimilikinya? Aku harus tahu semua, jadi aku bisa mengambil dari sisi lain, jika itu memungkinkan." Tanya Charlie.
"Maggie memiliki lebih dari 70% saham yang saat ini dikelola oleh 4 orang kepercayaan keluarga Ibunya. Tak ada yang bisa menyentuh kesetiaan mereka. Kemungkinan masih ada banyak lagi aset dalam berbagai bentuk, yang dikelola keempat orang itu atau bisa juga ada dalam tanggung jawab orang lain. Kemungkinan untuk sesuatu yang sangat besar selalu ada, mengingat Kakek Maggie adalah orang yang sangat teliti. Orang seperti Dia tidak akan mengatakan apapun yang ada di pikirannya bahkan pada keluarganya sendiri. Terlebih untuk putri semata wayangnya. Semua yang kuketahui saat ini, adalah yang Ayahmu ketahui juga." Jelas tuan sekretaris yang namanya baru diingat Maggie, Mr. Smith.
"Intinya Kau ingin mengatakan bahwa Aku tak bisa melakukan apapun untuk memiliki perusahaan Ayah seorang diri?" Tanya Charlie meninggikan suaranya. Maggie masih diam di persembunyiannya dengan raut wajah yang sudah berbeda.
"Untuk sekarang, ya. Dan lagi, itu bukan perusahaan Ayahmu. Ayahmu hanya mengelolanya setelah menjadi seorang menantu di sebuah keluarga. Keluarga Ibu Maggie. Saat ini pun, perusahaan itu bukan milikmu atau Ayahmu. Itu milik Maggie. Ayahmu memilikinya sesaat sebagai wali Maggie dan demikian juga denganmu sampai beberapa bulan mendatang."
Maggie melihat rahang Charlie mengeras, hendak membentak dua pria di hadapannya, tapi urung.
"Bagaimana kalau anak itu mati?" Tanya Charlie dengan seringaiannya. Maggie menutup mulutnya tak percaya. Matanya mulai merah, namun pandangannya tidak menjadi lemah.
Maggie teringat sesuatu dan berjalan pelan menuju dapur. Sesampainya di sana, dia langsung mendekati Mrs. Lott yang sedang mengawasi para pelayan menyiapkan hidangan untuk Charlie dan kedua tamunya.
"Mrs. Lott. Tinggalkan semua kepada para pelayan dan ayo ke kamarku."
Mrs. Lott berjalan tergopoh-gopoh mengikuti Maggie ke atas, dia sempat membungkukkan badannya begitu melewati ruang tengah untuk menyapa para tamu Charlie. Tapi tidak dengan Maggie. Dia berjalan santai seakan tak ada orang lain di rumahnya. Charlie terlihat sangat terkejut dan berlari menyusul Maggie, meninggalkan kedua tamunya.
"Hei, Kau sudah pulang? Kemarin Peter meneleponku, Dia bilang Kau akan pulang akhir pekan. Seharusnya aku menyiapkan sesuatu sebelum Kau pulang." Sapa Charlie sambil memperhatikan Maggie, memastikan apa adiknya itu sudah mendengar sesuatu.
"Hai, Kak! Aku pikir Kau sedang sibuk membahas sesuatu yang penting, jadi aku tidak menyapa Kalian. Benar, aku akan pulang akhir pekan nanti. Aku hanya datang untuk menyapa Mrs. Lott dan mengambil beberapa pakaian. Aku sudah sembuh, dan aku ingin mengajak Rose berlibur ke suatu tempat. Kembalilah turun, jangan biarkan tamu sendirian. Aku akan bersiap, dibantu Mrs. Lott." Jawab Maggie dengan sangat ceria. Charlie yang terlihat lega segera turun.
Mrs. Lott masih bingung dengan yang dikatakan Maggie. Dia baru saja pulang dan tak pernah membicarakan tentang liburan sebelumnya. Ditambah lagi dengan sikap Maggie yang berubah begitu pintu kamarnya ditutup. Maggie menata pakaian dan barang-barang berharganya ke sebuah ransel dan kopor dengan sangat terburu-dan terkesan emosional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
RomanceMaggie, gadis yang bermimpi menjadi pelari. Dia hanya ingin berlari tanpa memikirkan apa itu penghargaan dan pengakuan. Baginya, hidup adalah berlari. Tapi rute hidupnya sungguh rumit, tanpa satupun yang tahu bahwa sebuah bintang menyertai setiap la...