Dream (7) : Accept

473 198 83
                                    

Hari ini adalah hari pertama suasana paling menjengkelkan untuk enam berteman ini. Pasalnya, selain Aviva--merasa tidur mereka tidak cukup. Bayangkan saja, mereka baru tidur saat jam sebelas malam, lalu dengan menyebalkannya Aviva membangunkan mereka untuk shalat shubuh.

Tetapi, tetap saja ajakan Aviva itu diterima dengan mata berbinar. Tadinya, karena melihat tidak ada respon cepat yang diberikan teman-temannya, Aviva langsung mengiming-iming mereka hal menakjubkan. Seperti, mereka akan shalat shubuh berjamaah dengan imam Abang Aviva.

Oke, mendengar tawaran Aviva mereka semua langsung duduk dari posisi baring. Kecuali, Ananda. Karena cewek berambut sepinggang itu sudah bangun sejak tadi. Yah, Ananda memang orang paling normal diantara keempat Alayers lain.

Aurel menutup bibir karena baru saja dia menguap. "Va."

Aviva yang sibuk mengoleskan selai cokelat pada roti lantas menoleh. "Kenapa, Rel?"

"Ganti rok deh, sana," suruh Aurel melirik bawahan Aviva yang berwarna abu-abu.

"Kenapa, Rel?" pertanyaan yang sama itu terulang dua kali.

"Udah jadi korban roknya," kata Aurel.

Aviva meletakkan roti buatannya kemudian melirik rok bagian belakangnya. Matanya langsung melotot melihat coretan-coretan yang ada di sana. Demi apapun, Aviva belum lulus. Lalu, mengapa ada banyak coretan di roknya?

"Siapa yang mau bertanggungjawab soal ini?" tanya Aviva pada temannya yang lain.

Sontak, semuanya--kecuali Ananda nyengir tidak bersalah.

Di rok Aviva itu ada tulisan, "Happy Birthday Pipa, Sayang."

Oke, Aviva senang teman-temannya setidaknya mengingat hari ini ulang tahunnya. Tapi, apa mereka tidak punya kertas untuk dicoret-coret? Kenapa mereka menggunakan rok sekolah Aviva yang sama sekali tidak bersalah.

"Terus gue mau pake apa ke sekolah?" rengek Aviva sambil menunjukkan wajah nelangsa.
Kanissa mengerling. Dia berjalan menuju tasnya yang sudah tergeletak di sofa ruangan keluarga.

"Nih, hadiah dari kita berlima." Kanissa menyodorkan sebuah rok abu-abu bersih. "Baru kita beli, nggak bekas, kok."

"Ini bukan hadiah, ini bahan ganti rugi!" Aviva merebut rok yang ada di tangan Kanissa kemudian berjalan menuju kamarnya.

"Sya? Lo kenapa?" Aurel baru menyadari tatapan Nasya yang kosong pada roti tawar di depannya. "Roti buatan Aviva nggak enak, ya?"

"GUE DENGER YA, REL!" Oh jangan, singa sudah merasa terganggu.

"Bukan." Nasya menggeleng lemah.

"Keinget Rangga?" tebak Deora, tangannya menoel-noel bahu Nasya supaya cewek yang suka menyanyi itu cepat-cepat memberikan respon.

"Kalo kangen Rangga, nonton AADC aja," celetuk Kanissa sambil berjalan menuju tasnya lagi untuk mengambil laptop.

"Gue ... gue bakalan keluar dari Sekolah."

Dan peristiwa yang selanjutnya terjadi adalah, Deora tersedak roti yang sedang ia makan. Ananda biasa saja. Kanissa yang lagi-lagi berjalan menuju tasnya untuk mengambil laptop--hampir terpeleset. Sementara Aurel, dia mencoba bersikap biasa saja, padahal rasa keterkejutannya melebihi suara ledakan meteor yang baru saja menembus atmosfer Bumi.

"Alasannya?" untungnya masih ada Ananda yang mau buka suara soal kalimat Nasya.

"Seminggu lagi album perdana Eagle bakalan keluar, bersamaan dengan itu, Eagle bakalan ngadain tur-tur keliling Indonesia. Kesimpulannya, anak-anak Eagle pasti nggak punya waktu banyak buat sekolah." Nasya membuang napas kasar.

Same DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang