Rencana Aurel dan teman-temannya malam ini adalah menginap di rumahnya sebagai penutup pekan sekolah sekaligus menghabiskan waktu bersama Aurel. Terjadinya penginapan dadakan yang diusulkan oleh Aviva ini karena minggu depan Aurel harus menjadi panitia sekaligus pengawas ujian penggantian sabuk.
Masalahnya, ujian itu diadakan di luar kota. Usul ini datang dari Jasva yang tidak ingin ujian selalu jadi hal monoton yang biasa dilakukan setiap tahun. Uji nyali, mungkin memang ada, tetapi Jasva menolak keras ide untuk mendatangi kuburan lalu menemukan beberapa benda yang disembunyikan panitia. Jasva selaku wakil ketua ekskul memberikan pendapatnya dengan mengadakan ujian di luar kota, setelah itu menyaksikan beramai-ramai kejuaraan taekwondo yang ada di kota yang akan di datangi.
Dan, kota itu jatuh ke Bandung. Selain akses jalan yang cukup terjamin, Jasva mengatakan ada beberapa villa atau penginapan milik keluarganya yang bisa dipinjamkan setengah harga kepada anak-anak taekwondo.
Ide itu diterima dengan baik oleh anak-anak yang lain. Terlebih setelah melihat kondisi villa lalu halaman yang bisa dijadikan tempat ujian terakhir; satu lawan satu. Semuanya setuju dan Dedi dengan leluasa bisa meminta izin kepada kepala sekolah, lalu meminta proposal dana segala macam.Aurel tidak mengerti soal seperti itu.
"David baru aja bilang ke gue kalau bus buat ke Bandung udah dipesan pihak sekolah. Jadi besok lo semua bisa langsung dateng ke sekolah," kata Aviva bersikap layaknya Sekretaris OSIS yang penuh bijaksana.
"Ya, makasih infonya." Aurel balas tersenyum lalu lanjut memasak popcorn yang nanti akan dinikmati bersama. Dia menoleh ke arah temannya yang lain. "Niss? Lo cari apa?"Kanissa yang sedang mencelinguk ke bawah kolong meja makan nyengir tak berdosa. "Bibble mana, Rel?"
"Gue suruh mutasi, gue suruh hibernasi, gue suruh meditasi, gue suruh ngungsi," jawab Aurel bak paket lengkap. "Terakhir kali kalian ke sini dia stress ngeliat kelakuan kalian ke dia."
"Emang waktu itu kita ngapain Bibble?" tanya Deora.
"Sok-sok lupa," gerutu Aurel.
"Cuma kita kasih liptint di bulunya, nggak ada hal aneh," celetuk Aviva.
"Nggak aneh gimana? Gue sampe beli sabun banyak-banyak buat ngilangin bekas merah di bulunya Bibble!" cerocos Aurel tidak terima nada datar Aviva tadi. "Lagian kucing jantan dipakein liptint. Apa nggak aneh lo semua?"
"Itu kan idenya Nasya," ringis Deora.
"Yaudah sih, yang penting bekasnya bisa hilang, kan?" Kanissa mendekat ke Aurel lalu membantu temannya itu meletakkan popcorn itu ke dalam toples. "Lo semenjak Frans ngegebet Diana suka sensi."
"Suka baper," tambah Deora.
"Tingkat ke alay-annya meningkat." Aviva tidak mau kalah.
"Tambah berisik," sahut Ananda.
Aurel mendelik. "Kalian kalau masih nerusin, gue sebagai teman yang baik nggak segan-segan ngusir kalian keluar."
"Keluar mana?" Deora melahap popcorn yang baru saja Aurel letakkan di atas meja. "Kalo keluar dari hati doi, gue nggak mau, ya. Masih betah."
Tidak bisakah mereka membahas hal lain yang lebih berbobot dibanding membahas hati? Tolong, Aurel bisa iri jika mereka membahas hati terus-terusan.
"Udah ah." Aurel berjalan menuju mejanya untuk mengambil laptop dan berniat menghubungi Nasya melalu Skype.
Teman-temannya yang lain memperhatikan Aurel selama dia masih sibuk menyambung koneksi, baru ketika wajah cerah Nasya terlihat di layar semuanya mendekat dan menyempit di dekat Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Dream
Teen FictionThe Alayers Series (2) : Aurellia Devindra Ariadana. Keinginan dan mimpi mereka itu sama. Aurel ingin melupakan Frans. Frans ingin melupakan Aviva. Mereka tahu melupakan itu memang sulit. Karena melupakan bukan salah satu rencana ketika hend...