Dream (18) : Reply

310 161 34
                                    

Frans terkejut begitu sampai di rumah, yang menyambutnya adalah David. Dia menoleh ke arah adiknya yang ada di samping cowok bermata hitam legam itu.

"Dav? Tumben lo main ke sini, malem-malem lagi," kata Frans sambil masuk ke dalam rumah. "Ada perlu apa lo sama gue?"

"Ngomong."

"Mau ngomong? Soal apa?" tanya Frans. "Dav? Gue lupa kalau lo cenayang. Gue lupa kalau lo bisa tau gue tadi ketemu sama Aviva. Sumpah, Dav. Gue ngobrol sama Aviva, nggak lebih-lebih. Nggak berharap lagi bakalan balikan. Beneran, deh."

Zizi menoleh. "Kak Frans udah kayak maling yang ketangkap basah."

"Basah apanya, baju Kakak kering kok," kata Frans lalu mengusap-usap puncak kepala adik perempuannya. "Jadi lo mau ngomongin apa? Yang tadi beneran lho, ya. Gue sama Aviva cuma nggak sengaja ketemu."

"Tentang lo." David menoleh pada ZIzi dan mengirimkan isyarat pada cewek itu.

"Oh oke. Zizi ke kamar aja, dadah Kakak-Kakak ganteng," pamit Zizi melenggang menuju kamarnya.

Dan kini, tinggal Frans dan David yang ada di dalam ruangan tamu. Frans menduga kalau Tante Ulva, sedang di kamarnya.

"Jadi, ada apa sampai-sampai lo mau ngomong?" Frans duduk bersama David di sofa. "Sumpah, kita udah kayak maho."

"Ini tentang lo."

"Tentang gue?" Frans masih banyak bicara. "Kenapa sama gue?"

"Juga tentang Aurel."

"Gue dan Aurel?" Frans kebingungan. "Eh, tiba-tiba. Kata itu cocok banget ya."

"Serius," peringat David.

"Oke, lo mau ngomong soal apa."

"Berdasarkan yang gue liat ..."

Frans tidak bisa menceritakan apa yang didengarnya dari David.

ೞೞೞ

Aurel terkejut begitu sampai di rumah, yang menyambutnya adalah Aviva. Dia menoleh ke arah adiknya yang ada di samping cewek cantik itu.

"Va? Kok lo tumben main ke rumah gue malem-malem gini?" tanya Aurel kebingungan. "Perlu sesuatu?"

Hari ini, Rani memang di rumah, dan Aurel yang di kafe.

Oke, sebenarnya itu tidak terlalu penting.

"Lo abis darimana?" tanya Aviva penuh selidik ketika sudah duduk berdua dengan Aurel di sofa rumah.

"Dari kafe," jawab Aurel cuek. "Rani nggak bilang?"

"Di kafe lo ketemu siapa?"

"Kenapa lo kepo, dih?" Aurel malah keheranan. "Lo sendiri ngapain malam-malam ke rumah gue terus nanyain hal nggak penting gitu? Gue ketemu banyak orang kali di kafe."

Aviva mendengus. "Lo abis ketemu Jasva, ya?"

"Tau darimana lo?"

Aviva mengambil ponselnya kemudian menunjukkan sebuah kiriman foto murid Wizard High. Foto seseorang yang tidak Aurel kenal, tapi wajahnya pernah Aurel lihat di sekolah. Di foto itu ada caption, "Apa daya kalau doi selalu diembat dia."

"Maksudnya?" Aurel menautkan alis lalu menatap Aviva lagi.

"Liat ini lagi." Aviva menunjukkan sebuah foto dengan caption lagi.

Iya, gue tau kalau lo temennya cewek populer di sekolah. Iya, gue tau kalau lo satu ekskul sama doi. Iya, gue tau kalau lo mantannya doi. Iya, gue tau kalau mantan juga boleh deket lagi. Setelah lo ngedeketin Frans sekarang lo mau ngedeketin Kak Jasva lagi?

Same DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang