Turun dari motor Frans, Aurel langsung bertanya banyak hal. Semua yang ada di pikirannya tentang rumah mewah yang diapit oleh pepohonan itu ditanyakan pada Frans.
"Rumah Tante gue," jawab Frans saat pertama kali Aurel bertanya tentang rumah. "Yuk, keburu sore."
Aurel mengikuti jalan Frans yang sebentar lagi menyampai pintu. Matanya sesekali menyapu pemandangan di sekitar. Ternyata, saran Frans untuk mengajaknya kerja kelompok di rumah Frans, tidak begitu buruk.
"Hai, Frans." Seorang wanita cantik langsung menyapa Frans ketika mereka masuk rumah. Aurel langsung menduga kalau orang itu adalah Tante yang dimaksud Frans. Sekaligus, Mama kandung yang tidak Frans ketahui. Frans menyalami tangan perempuan itu. "Wah, kamu bawa siapa, nih?"
"Kak Frans!" teriak perempuan lain dari lantai atas. Frans yang tadi fokus pada Tantenya langsung tersenyum semringah.
"Dih, udah kayak nggak ketemu Kakak setahun aja," ucap Frans bercanda, tangannya mengelus puncak kepala perempuan yang Aurel yakini adalah adiknya.
"Oh iya, ini Aurel, Tan. Teman sebangku Frans. Kami ada tugas kelompok," jelas Frans menjawab pertanyaan Tantenya tadi.
"Hai, Tan," sapa Aurel ramah, dia bergerak untuk mencium punggung tangan wanita di depannya.
"Hai, Aurel," balas wanita itu hangat. "Rasanya Frans udah jarang ngajak temennya ke sini. Apalagi cewek. Cowok aja jarang."
"Kak Frans kuper kali di sekolah, Tan," celetuk adik Frans.
"Enak aja," bantah Frans. "Rel, ini adek gue. Panggil aja Zizi."
"Hai, Kak Aurel!" perempuan kecil itu mendekat kemudian memberi senyum hangat.
"Hai," sahut Aurel bersahabat.
"Frans kamu ganti baju aja dulu. Aurel, kita ke belakang bentar, yuk? Baru pulang sekolah banget pasti? Tante Yakin udah pada laper," ajak Ulva semangat. "Tante tadi dibawain kue."
"Sama siapa, Tan?" tanya Frans.
"Aviva. Beberapa hari lalu dia 'kan ulang tahun. Yaudah gitu, katanya dia mau belajar masak. Terus, kuenya berhasil. Dia kasih ke Tante tadi," jawab Ulva tanpa sungkan. "Udah buruan ganti baju."
Frans menoleh ke arah Aurel. "Gue ganti baju dulu. Lo di sini dulu nggak pa-pa, kan?"
Aurel mengangguk. "Cepetan, bau keringet."
Frans langsung berjalan menaiki tangga. Aurel meletakkan tasnya di salah satu sofa kemudian mengikuti arah jalan Ulva dan Zizi. Saat sampai di depan meja, Aurel langsung disuruh duduk.
"Coba deh, Rel. Ini kue rasa mangga gitu," Ulva menyodorkan beberapa potongan kue. "Oh, iya. Asal kamu tau, si Aviva itu mantan Frans."
Aurel terkekeh. "Wah, Tante tau ya masalah itu?"
"Tante Ulva 'kan suka kepo sama Kak Frans yang sok misterius," kata Zizi mencomot sebuah potongan kue. "Kak Au kenal juga?"
"Kenal, dia sahabat Kakak." Aurel menggigit bibir sebentar. "Kak Au? Zizi kok manggil Kakak pake panggilan itu?"
"Kenapa? 'Kan panggilan kayak gitu lucu," balas Zizi seraya terkekeh. "Kak Au nggak mau ya?"
"Mau kok." Aurel menepuk pundak Zizi. Dia jadi teringat Rani. Adiknya itu pasti sedang di rumah dengan beberapa permainan di PS, juga lagu dari album Eagle yang baru mereka beli tadi. Kebetulan, hari ini Rani tidak ke kafe.
"Eh, Izi lupa nanya. Kak Au sama Kak Frans temenan?" tanya Zizi, polos.
"Bukannya Kak Frans udah bilang itu ke kamu tadi, Zi?" Ulva yang sedang membereskan beberapa piring kotor bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Dream
Teen FictionThe Alayers Series (2) : Aurellia Devindra Ariadana. Keinginan dan mimpi mereka itu sama. Aurel ingin melupakan Frans. Frans ingin melupakan Aviva. Mereka tahu melupakan itu memang sulit. Karena melupakan bukan salah satu rencana ketika hend...