Dream (12) : Little Hero

373 176 58
                                    

Perlahan, Aurel berusaha mengatur banyak cahaya yang masuk ke pupilnya. Matanya mengerjap-ngerjap sambil sesekali memicing. Sadar bahwa tubuhnya masih terlalu lelah, Aurel menyerah kemudian bergelung dan tidur lagi.

"Lo bisa telat sekolah." Aurel mendengar suara itu. Dengan kekuatan yang tersisa, Aurel bangun dan menatapnya nyalang.

"Kenapa?"

"Udah pagi," katanya lagi sambil berdecak sebal.

Aurel yang masih kehilangan nyawa itu tidak bergeming. Dia masih duduk dan tidak tahu harus apa.

"Kak Au! Banguuun!" akhirnya suara yang tenang tadi berubah jadi menyebalkan. "Mamaaaa! Kakak nggak mau bangun."

Aurel menutup bibir kemudian memandang Rani. "Jam berapa?"

"Setengah tujuh," ketus Rani menunjukkan jam tangan yang ada di pergelangan kirinya. "Ayooo! Buruan, hari ini Pak Ali yang piket."

Saat sedang berusaha mengumpulkan nyawanya, Aurel menerima ingatannya kembali. Seingatnya, kemarin dia sedang menunggu Frans yang sedang membeli minum. Karena kantuk menyerangnya, Aurel berniat memejamkan mata sebentar sembari menunggu Frans kembali.

Itu artinya, Aurel harus menanyakan pada Rani bersama siapa dia pulang semalam.

"Ran, gue kemaren pulang ke rumah sama siapa?" tanya Aurel, polos.

"Sama Kak Frans." Rani menyidekapkan tangannya. "Tau telat nggak, sih, Kak?"

"Sama Frans? Terus temen-temen gue?" Aurel panik, ekspresi itu bisa tergambar dari gerakannya yang sudah berdiri dari duduk.

"Temen-temen lo yang lain pake mobil sendiri. Kak Aviva sama sepupunya, Kak Deora sama Kak Kanissa naik mobil sendiri juga. Mereka sempat ke sini kok nanyain kabar lo. Mereka juga panik waktu tahu Kak Frans yang bawa lo pulang," jelas Rani panjang lebar. "Lo masih bisa memastikan diri kalau masih lo polos, kan?"

Aurel gagu. "Bisa." Aurel melihat Rani yang sekarang sudah berseragam. "Lo kok tau nama dia?"

"Gue awalnya cuma tau namanya. Temen-temen cewek di kelas gue sering ngerumpi--dan suara mereka keras banget. Jadi, gue nggak sengaja denger mereka sering nyeritain cogan-cogan sekolah. Mulai dari Kak David yang Ketos, Kak Daniel pacarnya Kak Deora, Kak Frans, Kak Zio, Kak Yos, dan akhir-akhir ini Rayyan, anak kelas sepuluh yang katanya naksir Kak Ananda."

"Dasar cewek, bahasnya cowok mulu," decak Aurel sebal.

"Mereka juga sering sebut-sebut nama lo. Mereka bilang, mereka pengen banget jadi elo, tiap hari di deket Kak Frans, tau tabiat Kak Frans, ah kayak gitulah. Gue yang denger aja bosen sama topik pembicaraan mereka yang cogan-cogan mulu." Rani menekuk wajah. Matanya memutar malas melihat belum ada pergerakan positif dari Kakaknya. "Buruan mandi!"

Aurel nyaris mengelus dada melihat kelakuan aneh adiknya pagi ini. Dia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri.

Doanya sederhana, semoga kepolosannya masih terjaga mengingat malam tadi Frans yang mengantarnya.

ೞೞೞ

Rani berteriak kesetanan karena senang mereka belum terlambat. Aurel mendengus melihat kelakuan adiknya itu. Mereka berpisah jalan kemudian menyusuri kelas masing-masing.

Aurel harus mengakui bahwa jika dia tadi tidak mempraktekkan jurus mandi bebeknya, mungkin sekarang mereka masih ada di rumah.

Sesampainya di kelas, Aurel melotot melihat teman-temannya yang ada di dalam kelasnya. Senyum mereka sumringah melihat Aurel berjalan memasuki kelas.

Same DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang