Kerlingan mata teman-temannya membuat Aurel mendengus panjang. Dia baru saja keluar dari ruangan makan bersama teman-temannya yang tiba-tiba datang ke rumahnya entah untuk apa. Frans memang belum datang. Tetapi, sejak tadi temannya sudah mulai menggodanya.
Mungkin harus ditambahkan, teman-temannya itu tidak seperti biasa. Ananda tidak datang kali ini. Menurut berita dari Deora, cewek irit bicara itu ada acara bersama keluarganya di luar kota. Kabar itu tentu makin membuat hati Aurel carut marut. Aviva juga bersama sepupunya, Aurel sempat berkenalan dan tahu bahwa sepupu Aviva itu bernama; Farrah.
"Kenapa Kakak nggak ngajakin pergi juga, sih?" tanya Rani ketika dia dan teman-teman kakaknya ada di ruang keluarga. "Sedih."
"Kejam lo, Rel. ini adek lo, ya ampun. Gue tahu lo lagi deg-degan karena bakalan berduaan sama Frans selama beberapa jam perjalanan. Tapi, apa lo nggak nginget adek lo ini, Rel?" tanya Kanissa dengan wajah dramatis.
"Sabar, ya, Syel. Mungkin Aurel ngira bunga-bunga cinta nggak bakalan bermekaran kalau lo ikut dia," ujar Deora.
"Eh, tapi serius. Syel, lo mau ikut?" Ambigu. Entah itu pertanyaan atau ajakan.
"Nggak, Kak. Gue mau bantuin Mama aja sekalian nanti mau ketemu temen," jawab Rani sopan.
"Giliran gue yang nanya." Aurel mengangkat dagu. "Kenapa lo semua ada di rumah gue? Kenapa nggak pada langsung berangkat?"
"Nggak bisa dong!" seru Farrah.
"Bener kata, Farrah. Masa mau melewatkan pemandangan menyenangkan? Masa mau melewatkan momen masuknya Aurel ke mobil Frans?" goda Kanissa jahil.
"Belum tentu Frans sendiri. Gue bilang, dia boleh bawa Diana. Boleh bawa siapapun. Gue takut aja nanti kalian di PHP-in dia." Aurel meneguk air putihnya.
"Ooh, gue ngerti ...," Aviva mengangguk-angguk sok pengertian. "Lo khawatir, ya, kalau Frans nggak datang sendiri? Takut dianya bareng cewek lain?"
"Lo bete dan masang muka kesel kayak gitu karena khawatir?" Deora ikut-ikutan. "Tanya sama mantannya gih, Frans mau nggak bikin orang yang dia sayang kesel, Va?"
"Nggaklah. Dia itu tipikal cowok penyuka suasana berduaan," bisik Aviva di telinga Aurel. "Tenang aja, Rel. Dia pasti datang sendiri."
"Ya, tapi, 'kan gue bukan orang yang Frans sayang!" seru Aurel setengah berteriak. Untungnya, Rani dengan sigap membekap mulut Kakaknya itu.
"Kalau Mama denger gimana?" Rani mulai cerewet. "Ngaku cuman temen, taunya? Nah, kebanyakan orang kayak gitu. Basi."
"Emang cuma temen," koreksi Aurel. Dia merapikan rambutnya ke belakang.
Merasa terbaikan karena teman-temannya sudah mulai berkumpul untuk membicarakan newsfeed terbaru band Eagle, Aurel langsung membuka ponselnya.
Frans : Gue udah di depan rumah. Masih ngapain lo? Pake baju? Nyisir rambut?
Senyum Aurel terukir sedikit. Dia menyerbu tasnya yang ada di atas meja tanpa sepengetahuan teman-temannya, dimasukkannya ponsel itu ke dalam tas kemudian baru Aurel membuka pintu. Ternyata benar, mobil Bugatti putih Frans sudah terparkir di halaman rumah Aurel.
Aurel memberikan kode untuk menunggu. Dia belum pamit ke Mamanya.
Ini hal sulit, mengingat belakangan hubungan Aurel dan Mamanya terkesan canggung.
"Ma, aku pergi dulu. Nggak pa-pa kan kalo kepagian gini? Takutnya nggak ngejar waktu. Maaf, aku nggak bisa ke kafe lagi." Aurel menyalami tangan Mamanya yang sedang membereskan halaman belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Same Dream
Teen FictionThe Alayers Series (2) : Aurellia Devindra Ariadana. Keinginan dan mimpi mereka itu sama. Aurel ingin melupakan Frans. Frans ingin melupakan Aviva. Mereka tahu melupakan itu memang sulit. Karena melupakan bukan salah satu rencana ketika hend...