TITIK TERANG

10.1K 463 11
                                    

Aku mengalah demi kebahagianmu, jadi tetaplah bahagia.

Zedria

*****

"Oh tuhan bantulah aku." ujar Zedria meluapkan kebingungannya.

Zedria pun melangkah pergi meninggalkan bagian administrasi setelah berterimakasih kepada suster tadi.

Zedria memutuskan untuk melihat Zico sebentar sebelum dia pulang kerumah untuk mandi dan membersihkan tubuhnya.

"Oh sayang, aku sangat kebingungan saat ini, aku ingin segera membawamu pulang, tapi aku tak bisa, maafkan aku, bersabarlah sebentar lagi Zico," ujar Zedria di depan box bayi Zico. Sementara bayi tampan yang juga tengah melihat ke arah Zedria hanya menunjukan wajah polos seorang bayi. Tak tau wanita yang di tatapnya itu tengah kebingungan.

"Sepertinya aku sudah mulai gila, bagaimana mungkin aku menceritakan masalahku pada seorang bayi, sadar Zedria, jangan sampai kau menjadi gila dan berujung di rumah sakit jiwa, itu sangat memalukan." Zedria begidik sendiri ketika membayangkan apa yang ada di pikirannya itu benar-benar terjadi.

"Sudahlah sebaiknya aku cepat-cepat pulang dan mandi." Zedria pun melangkah menyusuri lorong rumah sakit untuk pergi meninggalkan rumah sakit.

*****

"Aku lelah sekali tuhan," ujar Zedria setibanya dia di depan pintu rumah kontrakan sederhananya. Ketika Zedria hendak membuka pintu ada seseorang yang tiba-tiba menepuk bahunya sampai Zedria terkejut dan otomatis menghadapkan wajah ke belakang.

"Hey, tenang ze ini aku Paras." ucap pria berperawakan wajah India dengan hidung mancungnya yang khas itu.

"Kau Paras, membuatku terkejut saja, untung jantungku tak sampai copot." ujar Zedria dengan helaan nafas leganya.

"Hahaha tenang saja itu tak akan mungkin terjadi zeze," tawa Paras mendengar ucapan tak logis dari Zedria.

Zedria pun kembali memfokuskan dirinya untuk membuka pintu rumahnya.
"Masuklah lebih baik kita bicara didalam saja, dan kau, tak kasihankah kau melihatku yang sudah kelelahan ini,"ucap Zedria dengan wajah lelahnya.

Mereka pun masuk kerumah dan Zedria langsung mendudukan dirinya, kakinya seperti tak kuat lagi untuk berdiri.

"Ada apa kau kesini? Mau menumpang makan? Oh maaf Paras aku baru saja pulang, jadi tak ada makanan yang bisa kau makan sekarang," ucap Zedria pada Paras dengan wajah yang memang benar-benar menyiratkan permintaan maaf.

"Hey, aku datang kesini bukan selalu untuk menumpang makan padamu ze, aku kesini hanya ingin menemuimu, karna kemarin aku ke rumahmu tidak ada orang," Paras berucap panjang lebar menjelaskan maksud kedatangannya kerumah Zedria.

"Memang aku sudah tiga hari tidak pulang ke rumah Paras, aku berada di rumah sakit kemarin." jelas Zedria pada paras dengan padangan lelahnya.

"Kau sakit, atau sahabatmu itu yang sakit?" Paras berucap dengan nada khawatir di dalamnya.

"Hey tenanglah, aku tau kau sangat takut kalau aku sakit kan, seandainya jika aku sakit siapa yang akan kau cari jika kau lapar, iya kan," ucap Zedria dengan nada humor, dia sengaja ingin membuat Paras kesal.

"Zedria sudah ku katakan aku dekat denganmu dan peduli padamu bukan cuma karna aku selalu meminta makan padamu,aku benar-benar mengkhawatirkanmu selayaknya seorang teman." ujar Paras tak terima dengan tuduhan Zedria dengan wajah yang kesal dan dengan sorotan matanya yang terlihat marah.

"Hahaha paras sayang, kau jangan terlalu serius aku hanya bercanda, aku suka melihat wajah kesalmu itu." Zedria tertawa tanpa merasa bersalah karna telah membuat Paras kesal.

"Kau itu teman yang menyebalkan, kau tau itu ze." ucap Paras masih dilingkupi kekesalan pada Zedria.

"Tapi kau tetap sayang padaku kan," balas Zedria masih dengan gelak tawanya.

"Tentu saja, sudahlah sekarang jawab pertanyaanku tadi, kenapa kau bisa berada di rumah sakit?" Paras kembali ke topik awal, menagih jawaban kepada Zedria.

"Aku ada di rumah sakit karna Vanesa melahirkan dan aku ha...,"
"Apa!! Sahabatmu itu melahirkan, kapan dia hamilnya, dia hamil anak siapa? Apa anak dari pacar brengseknya itu?" Paras malah langsung memotong kalimat zedria dan menbanjiri Zedria dengan pertanyaan-pertanyaannya.

"Ayo ze jelaskan padaku aku bingung dan penasaran," lanjut Paras mendesak Zedria. Sementara Zedria malah menatap paras dengan pandangan kesal.

"Jika kau ingin tau semuanya,jangan kau potong kalimatku, kau itu membuatku semakin kesal Paras." ujar Zedria dengan kekesalannya pada sifat Paras yang selalu seperti ini.

"Oke oke, maafkan aku sekarang coba jelaskan semuanya." Paras menunjukan ekspresi tidak enaknya dengan merendahkan suaranya.

"Vanesa hamil, dan kau benar dia hamil anak dari pria brensek itu, dan dia membuatku semakin marah padanya, dia dengan bodohnya lebih memilih pergi dengan pacarnya itu dan meninggalkan anaknya, Vanesa benar-benar bodoh, aku kesal dan marah padanya," ucap Zedria menjelaskan semuanya pada Paras dan dia tidak dapat menutupi kekesalan yang dia rasakan.

"Lalu dimana anaknya itu sekarang?" Paras kembali bertanya kepada Zedria setelah dia mencoba menenangkan Zedria yang dipenuhi dengan rasa kesal.

"Anaknya masih di rumah sakit. Sebenarnya sudah bisa dibawa pulang, tapi tidak di izinkan oleh pihak rumah sakit karna aku belum bisa melunasi pembayarannya." ucap Zedria yang sekarang terlihat lesu dan bingung.

"Jadi kau yang akan merawat anak Vanesa? Memang berapa uang yang harus kau bayar?" Ucap Paras masih dengan pertanyan-pertanyaannya.

"Itu lah, aku tak tega meninggalkannya, aku langsung sayang padanya, dan sekarang aku bingung dari mana aku bisa mendapatkan uang itu, biayanya tak sedikit, tiga juta empat ratus ribu rupiah, itu jumlah yang besar bagiku, kau kan tau aku tak punya pekerjaan tetap." ucap Zedria mejelaskannya pada Paras dengan wajah yang sangat terlihat bingung.

"Aku mengerti ze, aku ingin sekali membantumu, tapi kau kan tau, aku juga bukan orang yang punya uang sebanyak itu,makan saja aku sering menumpang padamu," ujar Paras tak enak hati dan dengan pandangan kasihan pada Zedria karna dia merasa tak berguna sebagai teman Zedria.

"Aku mengerti Paras, aku juga tak tega untuk meminjam uang padamu, tapi terimakasih kau sudah mengkhawatirkanku." ujar Zedria tulus pada Paras dengan senyum tulusnya juga.

"Terimakasih kau sudah mau mengerti akan keadaanku ze, tapi kalau masalah pekerjaan aku bisa membantumu, kemarin aku ke rumahmu karna aku ingin menawarkanmu pekerjaan," ujar Paras yang langsung membuat Zedria tertarik dengan yang di katakan Paras.

"Pekerjaan? Pekerjaan apa katakan padaku Paras, aku sudah mulai gila tiga hari belakangan ini karna pusing harus mencari uang kemana, cepat katakan!" ucap Zedria dengan semangatnya seolah-olah rasa lelahnya tadi hilang entah kemana.

"Beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan temanku dan kami mengobrol, dia memberitahuku bahwa tempat dia bekerja sedang membutuhkan seorang...... pelayan," Paras memelankan suaranya ketika mengucapkan kata pelayan karna takut Zedria akan merasa tersinggung karna dia menawari Zedria perkerjaan sebagai pelayan.

"Menajadi pelayan, dimana itu aku mau, di cafe atau di restoran?" Ucap Zedria masih dengan semangatnya.

"Bukan, tetapi pelayan di sebuah rumah, rumah tempat temanku itu bekerja, bagaimana apa kau mau menerima pekerjaan itu?" Paras langsung menanyakan jawabannya kepada Zedria.

"Baikalah aku mau menjadi pelayan, dimana temanmu itu bekerja? Besok antarkan aku ke tempat temanmu itu bekerja." ucap Zedria tegas,tekatnya sudah bulat untuk menerima tawaran menjadi seorang pelayan, walaupun harga dirinya berontak menolak, tapi dia bisa apa, yang terpenting sekarang adalah bagaimana dia bisa mendapatkan uang segera, itu yang terpenting.

*****

Hallo

Selamat malam kakak

Olan minta respon dan tanggapannya ya kak

Terimakasih

Olan (^•^)/

PERFECT MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang