Jangan terluka lagi, kau membuatku takut.
Argatha
*****
"Mau pergi kemana dia?" Arga melirik lewat jendela kamarnya yang besar, merasa ganjil melihat Zedria yang di pagi hari libur ini sudah pergi keluar dari rumah.
"Sudahlah itu bukan urusanku, selama dia tidak membahayakan dirinya, itu tak masalah." Arga memilih tak acuh, tapi sejujurnya di dalam relung hatinya, ada secuil rasa penasaran yang mengusiknya.
*****
"Syukurlah Zico terlihat sehat dan dia semakin gemuk," senyum lega dan tulus terpancar dari wajah cantik Zedria.
"Hei apa maksud dari kata-katamu itu, kau pikir aku tidak bisa merawat seorang bayi," Paras menjawab sengit merasa sedikit tersinggung dari apa yang dikatakan Zedria.
"Yaa...... siapa yang tau karna kau asik dengan wanita-wanitamu sampai kau lupa pada Zico, tapi kalau sampai itu terjadi awas saja, aku sendiri yang akan menyiksamu dengan sangat sadis." Zedria berucap serius, seolah-olah apa yang di ucapkannya itu, benar-benar akan dilakukannya.
"Kau membuatku merinding saja Ze, kau itu seperti seorang psikopat yang tengah merancang rencana untuk mendapatkan mangsanya saja," tatapan ngeri di pancarkan Paras dari sorot matanya.
"Hei kau mengataiku psikopat," nada kesal Zedria pun keluar, "sudahlah aku selain ingin melihat keadaan Zico, aku juga ingin memberikan ini padamu," Zedria menyodorkan sebuah map yang sedari tadi ada di dekapannya.
"Apa ini?" kebingungan melanda Paras melihat map abu-abu yang sekarang ada di tangannya .
"Itu catatan riwayat kesehatanku, aku seharusnya tak membawanya ke tempatku bekerja, lebih baik kau saja yang menyimpannya disini." Ucap Zedria menjawab sorot kebingungan yng ditunjukan Paras.
Paras menatap Zedria sendu, seolah-olah dia sudah tau apa yang mendasari Zedria sangat takut orang lain mengetahui masa lalunya.
"Baiklah, jika kau memerlukannya kau taukan dimana pastinya aku menyimpannya," ucap Paras seperti sebuah kode rahasia.
"Ya, aku tau."
*****
Zedria mengusap dada merasa lega karna dia pulang tepat waktu, tepat sebelum jam sembilan jadwal sarapan tuannya. Zedria mulai mengetahui apa saja kebiasaan di rumah ini, setelah dia bekerja satu minggu disini.
"Zedria!! kenapa kau berdiri dengan santainya disini, sementara pelayan lainnya tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk tuan Arga, dan pakaian apa yang kau pakai ini, mana pakaian pelayanmu?" Zedria terlonjak kaget, karna tiba-tiba mendapat bentakan dari Madam Diana yang entah darimana datangnya.
"Maaf Madam, saya akan segera ke dapur." Zedria menundukkan kepalanya.
Madam Diana pergi tanpa menjawab permintaan maaf dari Zedria, dan entah sudah yang ke berapa kali Zedria mendengus dan menggerutu karna sikap Madam Diana yang baginya itu sangat menyebalkan.
*****
"Zedria antarkan makanan ini ke kamar tuan Arga." Perintah Madam Diana ketika Zedria tengah sibuk menyiapkan meja makan.
"Apa tuan tidak akan makan di sini?" Zedria kebingungan, jika memang tuannya yang aneh dan menyebalkan itu tak makan di meja makan, berarti percuma saja dari tadi Zedria sibuk menyiapkan meja makan yang sangat besar ini.
"Kau tak ada hak untuk bertanya, sekarang antarkan saja makanan ini!" ucap Madam Diana tegas, sambil menyerahkan troli berbentuk persegi yang di atasnya sudah tersedia semua makanan untuk sang tuan yang pongah itu.
Zedria pun mengangguk tak berminat lagi mengeluarkan satu kata pun pada Madam Diana yang selalu membuatnya jengkel ini.
*****
Zedria telah sampai di depan pintu besar yang merupakan kamar sang tuan, tanpa berkata pun pintu itu sudah dibukakan oleh pengawal yang selalu setia berdiri di samping pintu, pengawal itu mungkin tau kalau Zedria akan mengantarkan makanan yang diminta oleh tuannya itu.
Zedria pun melangkah kedalam dengan perasaan yang menenggangkan seolah-olah dia akan menghadapi sebuah hukuman.
"Tuan ini sarapan anda," ucap Zedria dengan aksen formal.
"Letakkan saja di meja yang ada di sampingmu itu," balas Arga tak kalah dingin dan angkuhnya.
Zedria pun menurut dengan patuh apa yang di perintahkan oleh tuannya itu, berusaha secepat mungkin menyelesaikan tugasnya ini dan segera keluar dari ruangan yang entah kenapa membuatnya merasakan atmosfir yang aneh, membuat jantungnya tak bekerja dengan semestinya.
"Makanannya sudah siap tuan," ucap Zedria memberitahu pada Arga yang terlihat masih saja terfokus pada lembaran kertas yang beterbaran di meja kerjanya yang berada di sisi sudut ruangan.
"Baiklah kau boleh pergi," Arga berucap sambil menegakkan kepalanya melihat ke arah Zedria.
Zedria pun membungkukkan badannya pertanda izin keluar dari ruangan itu, namun disaat Zedria menegakkan kembali kepalanya, ada sesuatu yang membuat Arga menatap tajam padanya.
"Tunggu, kenapa dengan dahimu itu?" Arga bertanya dingin, setelah dia melihat ada memar biru pada dahi Zedria.
Zedria reflek langsung memegang memar yang ada di dahinya dengan ringisin yang masih dapat di dengar oleh Arga.
"Tak apa tuan, tadi saya yang ceroboh, sampai terjatuh," ucap Zedria sedikit berbohong. Karna memar yang ada di dahinya itu dia dapatkan karna ketika dia hendak pergi ke ruang makan untuk menyiapkan meja makan, tiba-tiba saja dari arah luar pintu dapur ada yang hendak masuk dan Zedria tak dapat menghindar ketika pintu yang di dorong sedikit kuat itu, mengenai dahinya, dan menciptakan memar yang saat ini di pertanyakan oleh tuannya yang aneh ini.
"Kemari." Perintah Arga lugas.
Zedria yang bingung dengan perintah Arga itu masih terpaku di tempatnya, tak tau harus apa.
"Kemari." Ulang Arga dengan nada yang lebih tegas dari sebelumnya.
Zedria pun kebingungan, dengan melangkahkan kakinya mendekat ke arah Arga, dan sekarang dia sudah berdiri di depan Arga, dekat sekali jarak mereka saat ini.
Zedria merutuki keadaan saat ini, yang membuat kerja jantungnya semakin tak terkendali.
Dan tanpa di duga-duga Arga tiba tiba saja menarik kedua lengan Zedria, membuat tubuh Zedria sedikit lebih membungkuk di depan Arga, dan Arga langsung saja mengarahkan wajahnya ke depan wajah Zedria, sekarang jarak mereka memang sangat-sangat dekat sekali.
Arga pun mengarahkan bibirnya ke dahi Zedria yang memar, mengecup lembut dahi itu dengan memejamkan matanya. Cukup lama bibir Arga berada di dahi Zedria.
Zedria terbelalak kaget dengan apa yang dilakukan oleh Arga, dia hendak menarik wajahnya, tapi seolah olah ada daya magnet yang membuatnya tak dapat melakukan itu.
Setelah Arga membuka matanya kembali, Arga pun memberi sedikit jarak antara wajahnya dengan wajah Zedria.
Zedria menatap Arga dengan bingung sementara yang ditatap itu balas menatap dengan tatapan yang menyiratkan rasa sayang dan rasa melindungi.
Zedria pun tersadar dari keterpanaannya pada tatapan Arga dan langsung menegakkan tubuhnya kembali.
Zedria kebingungan sekarang, "Saya mohon pamit tuan." Ucap Zedria memilih pergi dari ruangan itu dengan membungkukkan badannya, dan berbalik melangkah ke arah pintu.
"Jangan terluka lagi."
Kata kata yang di ucapkan Arga itu reflek membuat langkah Zedria terhenti, setelah menghembuskan nafasnya, mengatur kerja jantungnya kembali, Zedria melanjutkan langkahnya kembali tanpa menoleh kebelakang lagi.
*****
Yuuhuu........
Olan nongol, maaf baru update ^^
Mohon vote dan comment ya....
Semoga suka sama part ini ya
Terima kasih.
Olan (^°^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT MAID
RomansaAku tak tau apakah aku harus bersyukur atau merutuki keadaan ini, tapi yang aku tau dia sangat manis -Zedria Dia datang dengan tiba tiba dan merubah semua ny -Argatha