Luka di wajah alan tidak bisa disembunyikan kembali, alan pergi ikut campur dengan tauran tersebut. Ardio terkapar entah dimana, namun ardio lebih parah dari alan. Tanpa menunggu lama alan pergi kembali menuju kelasnya, luka di bibir dan wajahnya yang nampak membiru dibeberapa bagian sangat jelas terlihat. Baju seragamnya berantakan namun masih bisa alan tutup oleh jaket hitam miliknya.
Alan menuju kelas seseorang yang sedari tadi di pikirkan olehnya, aneh. Alan aneh sama otaknya sendiri kenapa juga harus memikirkan orang itu? Apa alan merasa bersalah?hm
"Asyabia ada?" seseorang keluar dari kelas XI-2
alan melihat perempuan itu masuk ke dalam untuk memanggil orang yang sedang dicarinya, alan menyenderkan badannya di tembok belakang pintu kelas XI-2.
Ketika bia keluar dari kelas, alan langsung membenarkan posisinya lalu menatap bia terang-terangan. Alan melihat bia seperti mengalihkan pandangannya dari alan
"saya mau ke kantin, kamu mau ikut?" ucap alan langsung
"Ga." jawab bia singkat
Bia langsung berbalik untuk menuju kelasnya. Tadi aja dipikirin sekarang udah ada orangnya jual mahal, cewe dasar! Hfft.
Alan menahan lengan bia lalu menariknya secara paksa.
"Lo apaan sih! Ihh lepasin ga?"
Bia memukul tangan alan yang sedang menariknya.
"Alan!!!"
Alan tidak mendengarkan bia yang sedari tadi berteriak, mata orang-orang tertuju kepada alan dan bia. Bia kepaksa berhenti karena semakin dia berteriak semakin banyak arah mata yang memandangnya.
"Gatau malu yah lo!"
Bia kini sudah berada di kantin, bia duduk berhadapan dengan alan.
"Kamu ga cape ngomong terus?nih"
Alan menyodorkan minuman kepada bia yang wajahnya sudah merah karena kesal. Bia langsung mengambil minum itu dan meneguknya hingga air itu tinggal setengah lagi
"Sorry, aus gue!" si bia masih aja nyolot
Mereka berdua larut dalam keheningan, bia tidak mau mulai pembicaraan. bia tidak mau sampe salah ngomong dan malah memancing alan untuk membuat hati bia sakit karena ucapannya.
"Saya minta maaf"
Bia menatap alan
"Saya cuman gasuka diatur" lanjut alan lagi
Bia menampilkan wajah terherannya karena alan berbicara seperti itu, lalu bia mulai membalas ucapan alan.
"Gue tuh bukan ngatur ge, gue peduli sama lo gue khawatir sama lo. Gue ga suka tauran! apasih motiv kalian kaya gitu?hah?!"
Alan masih menatap bia dalam diam
"Udah ngerasa HEBAT? Udah ngerasa JAGOAN? Atau, udah ngerasa KEBAL makanya rela dipukulin kapanpun?! Iya?!"
"Kamu ga akan ngerti urusan laki-laki, kamu enteng bilang gitu tapi tetep aja kamu itu cewe ga bisa bantu apa-apa" jawab alan
"Iyah, Gue ga pernah ngerti urusan cowo. Mereka lebih memilih otot dibanding otak mereka. Bisanya kekerasan ga bisa ngeberesin dengan baik!"
Bia berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan alan
"Bi..bi, bia tunggu"
Alan menahan tangannya.
"Saya ajak kamu kesini ada hal yang mau saya tanyain"
Bia tidak menjawab, bia melepaskan tangan alan tidak berniat untuk meneruskan pembicaraan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIANGLE
Teen FictionMereka berbeda juga Bertolak belakang. Sedingin es dan Sepanas api. Sama-sama punya cinta. Tapi ini cinta yang salah. Mereka sama-sama mencintai satu malaikat cantik yang sama. . . Gadis ini tidak suka keseriusan. Gadis ini punya satu cinta. Memili...