∆9

166 21 0
                                    

  Setelah pulang sekolah alan tidak mampir kemana-mana dulu, bahkan alan juga bilang kepada dio kalo hari ini dia tidak bisa untuk kumpul ditempat biasa bersama teman-temannya.
  Alan menjalankan motornya dengan santai dan pelan, nampaknya alan menikmati jalanan hari ini.

  Setelah menghabiskan banyak waktu dijalan nan panas ini, alan sampai dirumahnya yang masih saja terasa penuh kesedihan baginya. Karena bagi alan dulu rumahnya adalah tempat dimana dia selalu membawa banyak cerita lalu akan dicurahkan kepada malaikat cantiknya. Ibu.
  Tapi alan harus bisa menerima keadaan bahwa semua tidak lagi sama, memang sulit tapi ini lah adanya. Ibu yang selama ini alan rindukan tak pernah menyapa lagi dirinya sejak hari dimana keluarganya berada dalam keretakan, dan yang bisa alan lakukan hanyalah melihat dari atas rumahnya, menyaksikan kata-kata yang keluar dari mulut sang ayah bahwa dirinya ingin menyudahi semuanya.
  Alan juga menyaksikan ketika punggung ibunya melangkah jauh lalu pergi menghilang, mereka tidak pernah sadar bahwa ada seorang bocah laki-laki kesayangan mereka sedang menangis dibalik pintu. Seorang laki-laki yang kuat tiba-tiba terpuruk, meresa sudah dikecewakan. Mau sebenci apapun alan kepada sang ibu tapi tetaplah, hanya dia tempat alan pulang.
  Hanya ibunya lah yang selalu alan rindukan di dalam hatinya, alan tau tempat dimana keberadaan perempuan tercintanya itu. Namun kakinya lah yang tak sanggup untuk melangkah menemui ibu nya dan melihat sang ibu bersama laki-laki yang memang bukan ayah kandungnya. Masih sulit untuk alan menerima semuanya.

**

Alan melangkah menuju kamarnya, namun langkahnya terhenti ketika alan mendengar alunan piano.

Kayanya ini bukan si ali, mana bisa tuh anak main kek gini batinnya

Rasa penasaran alan kuat, alan berjalan menuju arah suara itu. Lalu langkah alan terhenti lagi di dekat pintu ruangan yang terbuka, alan tidak berani untuk masuk dia hanya ingin memandanginya dari jauh. Alan kini sedang merasakan suasana dimana alan merasa ada yang bisa membuat hatinya nyaman kembali, merasa bahwa hidup ini masih indah.

Alan melihat perempuan dengan rambutnya yang terurai rapih, matanya yang terpejam meresapi setiap alunan piano yang disentuhnya, dia memainkan alat itu dengan penuh perasaan. Alan terus memperhatikan gadis itu.

"Lo ngapain disitu?" ketika suara dari piano itu berhenti seorang gadis langsung memberi pertanyaan kepada alan.

Alan hanya tetap berdiri dengan kedua tangannya yang dimasukan ke saku celana, lalu dia menyender di dekat pintu.

Alan tetap diam melihat bia yang mukanya sedikit memerah, pikir alan bia mungkin sedang malu karena alan melihatnya saat memainkan piano. Alan tidak membalas pertanyaan dari bia dia hanya melengos pergi dari ruangan itu dengan ekspresi yang... FLAT!

"Itu kaka gue ka" ucap ali

"Ya! Gue tau ko, kaka lo tuh arrghh nyebelin!" bia masih melihat ke arah pintu itu padahal alan sudah pergi, bia mengepal tangannya kesal ketika alan melihat dia memainkan piano lalu alan tidak menjawab pertanyaan bia dan dia pergi seenaknya kaya gitu, kan ga sopan.

"Ko tau?"

"Iyah lah! Gue kan satu sekolah sama kaka lo itu si alan! ya siAlan banget tau ga"

Bia menggibas-gibas tangannya didepan muka bia yang sedikit panas dan memerah.

"Hehe. Kaka gue ga suka loh dipanggil alan" si ali malah tertawa geli

"Iyah gue tau gue tau. Gue tuh manggil alan kalo gue lagi kesel aja"

Si ali hanya ber-Oh ria, dan mengangguk-ngangguk

"Eh ali, ngomong-ngomong kakak lo kenapa sih gamau di panggil alan. Kan alan itu namanya dia, lagian bagus ko namanya gue suka"

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang