Banyak yang belum tahu satu fakta ini. Berhubung diriku ini cantik, baik hati, dan dermawan, akan kubeberkan rahasia ini.
Dibalik sikap kekanak-kanakan anak-anak kelas ini, ternyata tersembunyi jiwa teroris. Biar kutebak, pasti yang kalian bayangkan adalah teroris diluar sana yang membom gedung-gedung besar lalu menyandra orang-orang yang tidak bersalah.
Bukan, tolong hentikan imajinasi liar kalian. Disini imajinasi klise tidak akan mempan.
Teroris disini bearti memprovokasi dan mematikan orang dengan kata-kata yang 'jleb'.
Sungguh elite sekali. *tepuk tangan bangga*Awalnya tidak ada satupun teroris yang bergabung dalam kelas ini. Namun seseorang telah menaburkan benih teroris pada kami. Dia adalah.....
Jeng...
Jeng.. jeng....
Jeng... jeng.. jeng...
Okay, mari kita hentikan sound efect yang tidak mengena ini. Ayah dari teroris-teroris ini adalah guru matematika kami. Sebut saja dia Sir Bet. (Bukan serbet untuk mengelap meja loh ya..)
Kata sebagian pelajar didunia, mtk adalah salah satu pelajaran yang killer. Sama saja disini. Pelajarannya tetap killer, namun gurunya itu loh.
Guanteng banget.. tak tahan kokoro ini... Saking gantengnya....
Sulit didefinsikan.
Hal pertama yang dia lakukan pada kami ketika bertemu pas kelas 1 adalah menghukum anak-anak yang tidak menghafal perkalian. Parahnya adalah hampir seluruh kelas ini TIDAK hafal perkalian.
Yang menghafal akan mendapat point plus, yang tidak hafal akan dihukum berdiri. Tapi syukurlah aku tidak terpanggil.
Gawat, jika teman-temanku membaca chapter ini mereka akan membuatku maju kedepan untuk melantunkan perkalian. Sialnya kebanyakan dari mereka membaca cerita ini.
Ampun teman-temannnn....
Balik lagi ke tema awal.
"Sir, tugasnya sudah saya kumpul diatas meja Sir." Ujar seseorang, aku lupa.
" ngak ada kok" jawab Sir Bet.
"Ada.. saya baru saja kumpulkan, mana mungkin langsung hilang"
"Ngak mungkin kamu bisa kumpulkan ke atas meja Sir."
" lah, kenapa?"
"Kalian dengar ya, kalau kalian mau mengumpulkan tugas, jangan diatas meja Sir, tetapi diatas permukaan meja. Mengerti? Diatas meja bearti kalian menggantungkan buku kalian dilangit-lagit."
"............................"Kami yang terkena serangan itu benar-benar tidak berkutik, pasalnya baru pertama kali ini ada guru yang seperti ini.
Dilain hari
Ser--Sir Bet maksudku, menuliskan rumus phytagoras di papan tulis menggunakan spidol hitam.
"Fredo, dari tadi kamu main saja. Ini apa?" Tanya Sir Bet sambil menunjuk rumus itu.
"Rumus phytagoras, Sir."
"Salah!"
"Lah kok?" Satu kelas benar-benar tercengang.
"Ini Sir lagi nunjuk papan tulis, bagaimana sih kamu ini."
"....................."Apa yang Sir lakukan pada Fredo itu benar-benar kejam.
Setelah sekian lama diserang seperti itu, tentu saja anak-anak mulai berevolusi. Yang paling signifikan adalah Fredo.
"Apa ada yang tahu ini disebut apa?" Tanya Sir Bet saat membahas soal dipapan tulis putih.
"Papan tulis, Sir." Fredo benar-benar sudah menjadi teroris profesional. Ayahmu pasti bangga nak.
"Sir serius disini, apa jawabannya Fed?"
"Papan tulis itu mah Sir."
"Ayolah, seriuslah sedikit. Siapa yang mengajari kalian bersikap seperti itu?"
"Sir yang ngajarin!" Jerit seluruh kelas. Dan Serb--Sir Bet maksudku, hanya bisa nyengir.Dan kemudian perkembangan bakat ini disusul oleh Kim dan Aby.
Setelah 1 tahun berlalu, banyak sekali teroris-teroris baru meletek. Termasuk juga diriku.
Mungkin juga faktor tempat duduk yang posisinya berada dalam lingkaran teroris.
Para teroris ini jelas punya rank dan tingkatannya. Tingkatan paling tinggi (profesional) ada Fredo, Kim (ketua kelas loh.), Marcellino, Richard, Stevan(jarang keluar iblisnya), dan Aby. Sisanya baru meletek dan segelintir ngak kebagian ilmu.
Ada suatu kejadian yang langka dan mungkin hanya akan terjadi seribu tahun sekali. Aku mengalahkan salah satu The Great Terrorist. Muahahahahaha...
Kim lah orang itu. Aku tahu waktu itu maksudnya baik, aku juga tahu bahwa apa yang kulakukan padanya itu sungguh kejam, namun aku tidak pernah menyesal. Muahahaha...
Penasaran apa yang terjadi?
Kita tunggu kelanjutannya minggu depan.
Well, aku hanya bercanda. Tidak mungkin diriku ini tega membuat kalian mati penasaran. Aku terlalu baik untuk itu.
Pada saat pelajaran agama(aku masih ingat persis peristiwa kemenangan itu) sang guru sedang sibuk mengawasi murid-murid yang sedang mengambil nilai didepan kelas.
Kemudian Kim berkata padaku bahwa kancing bajuku terbuka. Tentu saja aku panik. Apa yang terjadi jika seandainya kacing itu terbuka dari siang hari? Jadi kuperiksa dengan teliti kancing bajuku.
Dan nihil.
Masih ada 5 disitu dan terkancing.
Tidak ada yang copot, tidak ada yang hilang.
Aku kesal. Merasa dipermainkan.
Jadi dengan penuh perasaan aku menjerit "Kancingku baik-baik saja, apaan kau nih. GETEK BENAR."
Seketika suasana kelas menjadi hening.
Wow.. kuyakin suaraku itu pasti badai sekali sampai seluruh kelas tercengang.
Bapak guru juga.
Kim juga tercengang hingga pulang sekolah, tanpa mengutarakan sepatah katapun. Padahal biasanya dia banyak ngomong.
Apakah akan berefek sampai ia tua nanti?
Sayangnya tidak.
Besoknya dia malah mencoba untuk balas dendam. Coba, lelaki macam apa dia. Dia mempermalukan seluruh umat jantan. Ok, aku hanya berhiperbola.
Balas dendamnya gentle kok, dia akan meneriaki kata 'GETEK' ke setiap kaum adam yang mencoba untuk berbicara dan meminjam barang padaku.
Pfftt.. Usahanya tentu sia-sia karena yang sering ia teriaki adalah Doni. Kita bahkan belum tahu dia jantan atau betina. Belum ada yang mencoba untuk membuka celananya sampai sekarang.
Siapa tahu dia adalah cewek yang menyamar menjadi cowok dan masuk ke sekolah ini seperti drama-drama Korea gitu loh.
Jadi sia-sia saja.
Sungguh.
Sia-sia.
######################
Aku mau berbagi cerita mengenai sehari setelah aku mempublish chapter sebelumnya(chapter 5).
Saat aku sampai dibase camp --sebut saja itu-- hampir separuh kelas sudah duduk melingkar disitu. Aku duduk bergabung dengan mereka. Lalu Fredo mulai menunjukan aksi nya
"Woi, yang kemarin post chapter 5 orang nya uda dateng."
"Wah, ayo kita tatap dia" Al mulai penyakitnya(ngompor)
"Tatap, tatap!" Ujar teman-teman lain.
"Well, kalau kalian mau natap orang cantik itu biasanya bayar." Please deh, aku tahu aku cantik tapi kan ngak harus ditatap penuh cinta seperti itu.Mendengar deklarasi ku, mereka akhirnya memutuskan untuk bubar. Itu adalah jurus pamungkas ku jika ada yang adu melotot. Haha...
Seperti biasa, tinggalkan voment jika cerita ini berkenan dihati para pembaca. Sampai jumpa di chapter berikutnya.
~SaeSelvia~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy But Elite !?
HumorHanyalah sebuah catatan hati dari penulis pemula dengan minim pengalaman menulis tapi sejuta pengalaman ketidakwarasan sekolah.