Kali ini kita akan membahas kebodohan lain yang terjadi didalam kelas.
Yaitu mengadakan kompetisi adu panco.
Berikut peserta kompetisinya :
Rachel sang kung fu master sekaligus sebagai juara bertahan yang bisep nya seperti disumpal 1 ekor tikus seukuran kucing.
Kemudian ada Kim yang fitness nya sambil narsis namun tetap lemah. (Selfie saat fitness)
Ada juga Willy yang mengaku masih fitness ketika demam tinggi.
Kemudian Doni yang bahkan belum tentu bisa mengalahkan cewek.
Disisi lain ada Mercellino sang peserta abal-abal yang terkenal dengan teknik panco dua tangan.
Tidak ketinggalan Fredo dengan jimat keberuntungan dan jimat kesialannya.
Adu panco pun dimulai. Demi mengalahkan sang juara bertahan, cara seperti apapun dihalalkan dan tidak akan mendapat protes dari pihak manapun.
Cara pertama adalah menggunakan teknik panco dua tangan yang dicetuskan oleh Marcellino.
Gagal!
Cara kedua adalah teknik panco 2 lawan 1.
Gagal!
Cara ketiga adalah menggelitik.
Gagal!
Rachel masih menjadi juara bertahan sejauh ini.
Kehabisan cara dan akal, akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan cara mistis yaitu jimat.
"Ini aku punya jimat keberuntungan." Kata Fredo sambil memegang kantong kresek warna hijau. Syukur tidak ada logo indoma*et nya.
"Efeknya adalah orang yang menggunakannya pasti menang!"
"Oke, aku yang akan pakai."
Kim memegang kantong itu sambil panco dengan Rachel.
Masih kalah!
"Cara pakainya salah! Harusnya jimat itu diletakan digenggaman tangan antara kau dan Rachel."
Kalah Telak!
"Oh, lupa aku sebutkan bahwa jimat ini hanya yang kuat yang bisa memakainya. Karena kau lemah, maka aku akan memberimu jimat baru." Ujar Fredo kemudian mengisi kantong tersebut dengan udara dan mengikatnya.
"Ini jimat yang diberi nama jimat kesialan."
"Apa efeknya?" Tanyaku. Dimana ada kompetisi pasti ada tim soraknya dan itulah kami (aku dan Nael).
"Hanya satu orang yang bisa kalah setelah memakainya. Entah sang pemakai atau yang dilawannya." Jelas Fredo dan memaksa Kim memegang kantong yang masih belum jelas ia temukan darimana.
"Nah, yang kalah hanya bisa 1 orang antara kau atau Rachel."
Kim masih kalah!
"Eh, aku punya ide." Kata Kim kepada Rachel.
"Kata Fredo efek dari jimat ini adalah hanya salah satu dari kita yang bisa kalah. Bagaimana kalau kita membuktikan bahwa jimat ini bisa membuat 2 orang kalah bersamaan."
Aku berani bertaruh, kompetisi panco di belahan dunia manapun pasti hanya bisa menangkan oleh satu orang dan satu yang pasti kalah. Sekarang mereka mau merubah peraturan permainan atau bagaimana?
Dan benar saja, entah bagaimana mereka melakukannya, yang pasti mereka berhasil membuat kedua pemain kalah disaat bersamaan.
Tapi Fredo masih belum gentar. "Kalian ini tidak mengerti tentang nilai estetika. Sudah aku katakan sebelumnya bahwa kantong ini bisa tahu siapa yang akan kalah. Ketika ia jatuh kekanan, maka pemenangnya adalah kiri. Sedangkan jika ia jatuh ke kiri, maka yang menang adalah kanan." Itu juga anak TK tahu, tidak perlu dipertegas lagi ini mah.
"Asal kalian tahu, semua jimat itu adalah peninggalan nenek moyangku. Dia adalah sang legenda panco yang tak terkalahkan." Aku akan menyebutnya sebagai bagian dari imajinasi Fredo.
"Oh, apakah itu nenek moyang yang telah mengalahkan nenek moyang Neo yang katanya memiliki tinggi 5 meter?" Tanya Al.
"Iya, benar sekali. Aku heran, padahal nenek moyang aku tingginya hanya 1,5 meter, tapi mampu mengalahkan yang 5 meter. Nenek moyang ku memang seorang legenda."
Daya imajinasi semakin memuncak. Soal nenek moyang Neo yang tingginya 5 meter itu juga termasuk imajinasi yang sudah diketahui khalayak umum. Karena dilihat dari postur tubuh Neo yang menjanjikan.
"Karena kalian belum paham apa itu nilai estetika, maka aku akan mengeluarkan 1 jimat lag-"
Tettttt......
Tettttttt.....
Tttteeeettt......
(Maafkan bunyi suara bell yang gaje ini.)"Woi balek, balek!" dan akhirnya satu kelas gempar membereskan peralatan belajar yang tentu saja membuyarkan imajinasi yang sedang memuncak.
Ngomong-ngomong, kompetisi ini dilakukan saat jam pelajaran terakhir dimana bukan jam kosong.
Dengan kata lain, sang guru menyaksikan apa yang telah kami perbuat.
~SaeSelvia~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy But Elite !?
HumorHanyalah sebuah catatan hati dari penulis pemula dengan minim pengalaman menulis tapi sejuta pengalaman ketidakwarasan sekolah.