Siapa bilang anak-anak liar ini ngak bisa jatuh cinta? Contoh kasusnya ialah Bryan. Seorang pemuda dengan tinggi badan diatas rata-rata yang terobsesi dengan ketamvanan namun wajah pas-pasan. Tidak ada yang special dalam dirinya kecuali ayahnya yang sanggar.
Menurut gosip dan desas-desus yang beredar, setiap Jessica berkunjung ke kediaman Bryan, maka Ibunya Bryan akan merasakan suatu kesenangan tersendiri saat melihat Jessica berkunjung setiap kerja kelompok. Tentu saja kelas dimana hanya berisikan 4 orang cewek membuat para guru untuk memasukan masing-masing setiap kelompok 1 cewek dengan harapan tugas yang dikerjakan masih layak dikumpul.
Bagaimana reaksi Ibu Bryan jika Jessica tidak muncul dalam kelompok?
Maka sang Ibu tentu merasa sebuah perasaan yang menyesakkan dimana kita menamainya kekecewaan dan kalimat ini akan terlontarkan "Dimana Jessica? Kok dia ngak ikut kerja kelompok?" Super ngode kan?
Ada gosip lain yang mengatakan bahwa tanggal 14 Februari yang lalu, terlihat penampakan seorang laki-laki jakung yang memberikan coklat kepada seorang gadis ponytail dengan tinggi badan yang ekhem dibawah rata-rata ekhem. Namun penampakan itu terjadi 3 hari setelah hari keramat tersebut.
Jessica sempat mengaku bahwa ia mendapat white choco yang dijual sekitar Rp.50000 an di pasaran yang langsung mrndapat komentar dariku, "Gila 50 rebu berat rasanya buat dimakan."
"Jangankan yang 50 rebuan, coklat Silver Que*n yang cuma belasan rebu saja sudah berat buat dimakan." Komentar Richard dengan tatapan miris.
"Kalau aku mah santai makannya." Jawab Jessica dengan bangganya. Ya iyalah nyantai, barang gratisan itu bagai oasis di padang pasir. Betapa beruntungnya gadis satu ini. Lihat kami, Cuma dapat coklat belas kasihan yang 500 perak dapat 2 buah.
Namun apa daya, Jessica memiliki selera gebetan yang terlalu tinggi. Dia mau yang lebih tamvan, lebih kekar, lebih tinggi, punya kembaran, lebih tamvan, lebih macho, dan lebih-lebih lainnya.
Aku hanya bercanda. Dia tidak memiliki selera yang terlalu super seperti itu, dia hanya tidak ingin terikat dalam sebuah hubungan.
Suatu hari saat berada dalam lab komputer. That means Girls Talk, babe. Masih dengan posisi seperti 2 tahun yang lalu. Jessica berada di kiri dan Nael disebelah kanan.
"Jadi bagaimana hubungan kau dengan Bryan? Apa ada yang kita lewatkan?"
"ih, apaan sih." Ujar Jessica dengan raut wajah sok binggung. Halah, mau pura-pura bego dia. Hohoho, dia pikir dia bisa lolos dari ratu-ratu gosip yang duduk disebelah dia ini? Kau terlalu muda 10 tahun untuk itu, anak muda.
"Masa kau ngak ngerti sih, sudah di 'dor' belum?" Tanya Nael dengan wajah kelewat mesumnya.
"Apaan itu 'dor'?" Kali ini aku yang bertanya, istilah 'dor' masih belum masuk dalam kamus bahasa gaul aku.
"Aduh, 'dor' itu istilah buat nembak. Gimana sih kalian ini."
"Ya belomlah. Dianya ngak berani nembak." Ujar Jessica dengan tidak nyantainya.
"Iya, dia pasti takut ditolak." Ujarku sembarangan nyeplos. Anak baik yang ada dirumah jangan tiru adengan ini karena mungkin saja dapat membahayakan jiwa dan keselamatan kalian.
"Ngomong-ngomong kalian bias tidak bantuin aku?" Tanya Jessica dengan raut wajah yang mencurigakan dan mesum seperti milik Nael barusan. Jelas ada rencana buruk yang terlintas dijidatnya.
"Bantu apa?"
"Tolong kalian berduan, terserah siapa. Bantu aku buat godain cowok itu. Jadi dengan begitu dia akan berhenti mengejar-mengejar aku."
What? Godain dia bilang? Gila ini anak. Aku ini Sexy, Free, and Single. Kalau aku punya pacar, bearti tinggal Sexy nya doang dong. Sudah tidak perfect lagi.
Tidak bisa dibiarkan!
"Tapi apa kau tidak memikirkan perasaan Ibu Bryan?" Ujarku mencoba untuk membuka mata hatinya.
"Memangnya ada apa dengan Ibunya."
"Ibunya selalu mencari dirimu jika ada kerja kelompok dia pasti akan bertanya 'Loh, Jessicanya mana? Kok dia ngak ikutan sih?' " Ujarku dengan semangat '45 meniru logat bicara Ibu Bryan yang bahkan belum pernah aku temui. Padahal belum tentu gaya bicara Ibu Bryan meyek-meyek gitu. Hohoho...
"Hei, kau tahu itu dari mana?"
"Ada dong~" Nama sang informan harus disamarkan. Kalau kata guru IPA kami, tidak etis memberikan nama orang lain tanpa sepengetahuannya.
"Iya, masa kamu tega lihat Ibunya sedih karena kamu tolak anaknya." Aku-kamu mode on by Nael. Nice one.
"Iya, kamu ngak kasihan? Ibunya sudah berharap banyak padamu."
"Nanti apa jadinya jika Ibunya tahu kamu tolak anaknya?"
"Iya, bayangkan betapa hancurnya dia." Duo NaelVie Combie mulai beraksi tanpa peduli betapa kesalnya Jessica dicuekin. Wajar dong kalau orang lagi imajinasi plus ngarang, seluruh dunia serasa milik mereka.
"Tidak apa jika kamu sakiti anaknya. Tapi setidaknya pikirkanlah sedikit perasaan Ibunya yang baik hati dan pengertian seperti dirinya. Kamu tega? Kamu tega?!"
"Tunggu dulu! Memangnya kalian pernah berkunjung kerumah Bryan?"
"Tidak." Jawab kami entah bagaimana caranya bisa kompak.
"Kalian kenal Ibunya?"
"Tidak." Jawab kami sambil cekikikan. Ini mulai lucu.
"Jadi dapat darimana kesimpulan bahwa Ibunya bakal bersikap seperti itu?"
"Hehehe.."
Jessica terdiam dan tidak tahu harus berkata apa lagi. Namun Nampak jelas dari wajahnya ia pasti berpikir 'mengapa aku punya kawan model mereka.'
Ckckck, ini baru 2 loh Jess. Bayangkan situasi terburuk seperti kau punya 10 teman perempuan seperti kami yang lucu, imut, dan unik ini. Di jamin kau bakal hidup bahagia./eh
Entahlah, mungkin dengan kegigihan dan perjuangan Bryan dapat membuahkan hasil. Mungkin 10-20 tahun kedepan. Tapi aku doa kan yang tercepat saja, yaitu 10 tahun.
Bryan, Fighting!
~SaeSelvia~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy But Elite !?
HumorHanyalah sebuah catatan hati dari penulis pemula dengan minim pengalaman menulis tapi sejuta pengalaman ketidakwarasan sekolah.