Lemon Tycoon
Salah satu game dari game hause yang sedang marak dimainkan oleh kelas ini. Bahkan gurunya juga.
Dengan ajaibnya mereka menemukan resep legendaris yang bisa digunakan dan tetap laris saat musim apapun.
4
4
3Isi saja seperti itu. Dan aku sudah membuktikannya.
Suatu hari yang penuh dengan persaingan pendapatan, guru yang bersangkutan meminta Al untuk menggantikannya ber'bisnis' karena dia kebelet.
Al pun mulai berbisnis.
Namun sayangnya kemampuan berbisnis Al sangat jelek. Skillnya terlalu rendah untuk itu.
Akibatnya dia rugi 100 dollar. Ketika orang-orang mendapat laba yang banyak, hanya dia yang entah bagaimana caranya bisa rugi sebanyak itu.
Saat istirahat, entah apa yang mengilhami Kim, ia memulai wawancara dengan kru-kru yang lengkap pastinya. Nicholas dan Fredo sebagai kameramen, Kim sebagai reporter, Rachel sebagai assistant reporter, dan Bryan sebagai jurnalis.
"Bagaimana perasaan anda ketika bisnis anda bangkrut?"
"Saya merasa aneh, padahal semua orang bisa sukses mengapa diriku tidak?"
"Apa yang membuat bisnis anda sampai bangkrut?"
"Saya tidak tahu. Tiba-tiba saja saya bangkrut dalam sekejap."
"Apakah menurut anda, anda masih bisa bangkit?"
"Tentu saja bisa."
"Dengan apakah anda akan membangkitkan bisnis anda?"
"Dengan sebongkah batu es!"
"Wow... Apakah anda yakin anda benar-benar bisa bangkit lagi?"
"Saya sangat yakin, karena saya adalah calon pengusaha lemon yang sukses."
Dan dari tangga utara Willy datang sambil memakan snack dengan santainya. Bermaksud untuk menghampiri lokasi wawancara.
"WOII... ADA MALINGGG!!" Jerit Rachel tiba-tiba.
"DIMANA!!" entah bagaimana caranya seluruh kru wawancara dengan kompaknya mencari dimana maling yang dimaksud. Bahkan Nicholas yang terkenal bolot juga bisa dengan alaminya mengikuti acting teman-temannya.
"ITU YANG ADA DI TANGGA UTARA!!"
"KEJAR WOI.. KEJARRR!!"
"WOII.."
akhirnya Willy dikejar semua kru wawancara. Tidak hanya kru wawancara, tetapi beberapa orang yang sedang menyaksikan wawancara juga dengan spontan ikut mengejar Willy. Willy bahkan tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi insting untuk bertahan hidup begitu tinggi layaknya seekor harimau membuatnya berlari kemana saja yang penting lari.
Ya, wawancara tersebut berakhir dengan lari-larian di koridor lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 untuk mengejar maling tentunya. Aku yakin kegiatan sehat tersebut sudah lama ditinggalkan oleh anak-anak sekalipun. Tenang saja, gedung belajar kami lumayan jauh dengan kantor guru. Jadi mereka berani bahkan untuk merobohkan seluruh gedung belajar.
"Apa sih maksud mereka ada maling gitu?" Tanyaku.
Serius, kalian pasti bingung. Lagi asik-asiknya meliput wawancara tapi tiba-tiba hampir seluruh kelas lari tidak jelas mengejar Willy. Ya ampun. Aku benar-benar tidak mengarang, mereka melakukan itu secara spontan. Tidak ada aba-aba selain jeritan "ada maling!" Dan dengan kompaknya mereka bisa mengikuti yang menurutku itu acting. Emang kalau udah sableng pasti naluri gilanya tidak jauh kemana-mana.
"Kau pernah lihat orang shooting berita lalu tiba-tiba ada maling yang tak sengaja nyopet di depan kamera?" Tanya Jessica berusaha menjelaskan.
Aku tidak pernah liat secara live. Tapi aku memang pernah nonton satu kali di youtu*e.
"Iya, aku tahu."
"Itu mereka sedang merealisasikan kejadiannya."
#####################
Jangan lupa tinggalkan jejak, oke? *kedip-kedip elit*
~SaeSelvia~
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy But Elite !?
HumorHanyalah sebuah catatan hati dari penulis pemula dengan minim pengalaman menulis tapi sejuta pengalaman ketidakwarasan sekolah.