Perecehan

90 7 2
                                    

Bukannya sombong, tapi faktanya aku memang memegang salah satu jabatan penting didalam struktur organisasi didalam kelas, yaitu bendahara. Iya, mama lampir yang suka menjerit menangih hutang yang tidak tau malu asal utangnya lunas.

Tantangan berat yang menghadang berbagai macam bendahara selalu sama, yang pertama adalah menagih uang kas bulanan yang tidak lancar seperti sembelit dan tidak tanggung-tanggung ngutang sampai hitugan tahun tidak lupa disertai dengan berbagai lapisan alasan.

Cukup dengan tepuk tangannya, tidak ada yang patut dicontoh dari peristiwa sejenis ini.

Tantangan yang kedua adalah ketika uang kas sudah kandas dan yang setor hampir tidak ada, kemudian ada fotokopian menumpuk, disitulah posisi bendahara mulai pening. Apalagi semenjak menginjakan kaki dikelas 3 ini banyak sekali jenis fotokopian, mulai dari materi, modul ngak jelas, soal-soal UN dari tahun 2013-2016, dan masih banyak lagi.

Tantangan ketiga adalah ketika uang kas kandas dan fotokopian yang semakin dituntut untuk diperbanyak, bendahara mulai memikirkan beberapa solusi :
1. Ngutang sama om-om tukang fotokopi.
2. Ngutang sama emak.
3. Rampas uang saku adik.
4. Ngepet.

Sebagai generasi bangsa yang baik, nomor 4 jelas haram dilakukan. Nomor 1 juga bertentangan dengan prinsip dan pendirian hidupku. Nomor 3 mungkin tidak, karena akan mengundang drama sabun dadakan dan pilihan terakhir jatuh kepada nomor 2 yang diberi tambahan ceramah plus-plus.

Kalian harus menyembah bendahara atas pengorbanannya.

Tantangan keempat adalah ketika bendahara menagih kembali uang hasil ngutang sama emak. Syukur kali ini tidak sesusah yang dibayangkan. Namun yang menjadi tantangan yang sebenarnya adalah uang receh. Biasa disebut sen oleh paman toko sebelah, disebut uang logam dalam tuliasan karya ilmiah, dan apapun itu panggilannya uang kecil nan bundar itu menyebalkan.

Berat didalam saku dan berisik didalam saku. Kita semua pasti paham akan hal itu, saking pahamnya uang yang diserahkan kepada bendahara juga banyak yang berbentuk bulat dan berbahan logam dengan modus tidak ada uang kertas

Dasar penjahat!

Tapi ada cara untuk mengatasinya yaitu dengan menjadikan "Sang Pembayar Uang Kertas" sebagai tumbal. Caranya adalah mengembalikan uang dengan pecahan besar dengan uang receh, mudah toh.

Tapi hanya bekerja pada beberapa orang karena Sang Pembayar Uang Kertas akan membalas dendam dengan cara menukar uang kertasnya menjadi uang receh. Berujung kas kembali dipenuhi uang-uang kecil, bulat, berisik pada hari itu.

Tantangan yang kelima yaitu bagaimana cara untuk membayar emak dengan uang receh. Didalam ekspetasi bendahara pasti emak akan berteriak, " Tadi kuberi uang kertas dan kembalinya uang receh bengini banyaknya!? Sebagai hukuman kau mendapat bunga 50% dan harus lunas besok!"

Hati bendahara mulai gentar. Bunga 0.1% saja sudah susah apalagi 50%?

Mustahil.

Mari kita melihat kejadian setelah itu.

.
.
.

Akhir bulan Februari, namun masih banyak yang mngutang dari bulan November. Tahun memang telah berganti, namun utang tetap utang tidak seperti kenangan yang mudah dilupakan. Saatnya menangih!

"Aby, punyamu Rp10.000 untuk lunas sampai January."

"Apa?! Kau belum bayar?" Ujar Kim kepada Aby dengan tatapan tidak percaya.

"Bryan, punyamu Rp16.000 sampai bulan January."

"Kau juga belum!?" Ujar Kim masih mengedarkan tatapan tidak percayanya.

"Willy, punyamu Rp8.000."

"Kau juga!? Kalian ini bagaimana sih?"

"Kau Rp4.000 untuk lunas bulan January."

"Siapa? Aku?" Tanya Kim sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya," ujarku mengabaikan tatapan maut teman-teman dibelakang Kim.

"Rupanya kau juga belum!"

"Ngapain ngatain orang kalau punya sendiri belum lunas!?"

"Dasar tak tau diri, "dan masih banyak caci-maki lainnya.

Kim digebukin.

"Ya sudah, sini aku bayar lunas," ujarnya sambil meraba saku celananya dan berjalan kemari.

Aku mendengar suara yag mencurigakan.

Dan benar saja, dia mengeluarkan uang logam bukan pecahan seribuan atau limaratusan tapi duaratusan dan seratusan.

Bendahara menciut.

"Kau tidak harus melunasinya sekarang."

"Tidak apa, ini ambilah," ujar Kim sambil menyodorkan uang-uang itu.

"Tolong mengertilah."

"Kau juga tolong mengertilah."

Setelah melalui perdebatan melelahkan yang tidak berujung, bendahara mengalah.

Toh bisa dikasih ke orang lain.

"Woi! Jangan bayar uang kas hari ini! Bendahara lagi banyak uang logam!" Teriak Kim keseluruh penjuru kelas.

Sialan!

Dia menggagalkan rencanaku. Pada akhirnya aku pulang membawa uang receh.

Serius, ini namanya perecehan.





##############

Maaf ngaret, sebenarnya udah banyak corat-coret dikertas dan buku. Seharusnya sudah banyak chapter yang terbit. Namun apa daya, penulis jadi sangat malas saat berpikir untuk mengetik kedalam wattpad. Pada akhirnya UAS da UN pun dijadikan alasan. 😄😅

Maaf, sungguh.

26-3-2017

~SaeSelvia~

Crazy But Elite !?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang