Magang

239 16 1
                                    

Magang adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia kerja. Kata magang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai calon pegawai yang belum diangkat secara tetap serta belum menerima gaji atau upah karena dianggap masih dalam taraf belajar.

Setiap SMK pasti akan mengadakan event(?) ini setiap tahunnya. Tapi magang di SMK kami ini sistemnya berbeda dengan SMK lain. Pada umumnya magang akan dilakukan saat kelas dua, kelas tiganya nanti tinggal fokus ke ujian nasional.

Tidak dengan kami. Kelas dua adalah saat-saat dimana guru melepas kami untuk mencari tempat magang. Dan dilaksanakan saat kelas tiga. Tolong di garis bawahi, cari sendiri.

Kabar buruknya adalah setiap tempat hanya boleh ditempati oleh 1 murid. Kepala sekolah kami yang memutuskan seperti itu. Oh, aku tahu persis bahwa kepsek ini sedang bercanda. The hell, Pertelevisian itu tidak banyak!! Itupun kalau diterima, kalau tidak?

Jadi kelas kami yang memang dikhususkan di bidang komputer jelas kalang kabut mencari tempat magang. Ada yang lari ke percetakan, toko komputer, dan studio foto. Kebanyakan di percetakan dan beberapa tidak mendapat tempat magang, contohnya Willy.

Pilihan pertama Willy adalah bidang pertelevisian. Namun ditolak setelah di-PHP selama 2 bulan tanpa kepastian. Willy bahkan tidak pernah melihat wujud calon Boss nya itu. Willy selalu berurusan dengan om-om security yang kayaknya berhati Hello Kitty.

Pilihan kedua Willy adalah studio foto. Studio foto ini mau menerima Willy apa adanya sebagai anak magang.

Dengan hati berbunga-bunga Willy langsung lapor kepada kepsek.

"Pak, Studio foto A mau menerima anak magang. Saya akan magang disitu."

"Tidak, kamu tidak boleh magang disitu. Cari tempat lain! Disitu saya jamin kamu tidak akan kerja apa-apa." Sebenarnya yang mau magang disini siapa?

Memang Willy adalah anak yang kurang beruntung akhirnya hanya bisa pasrah. Gimana mau lawan kepsek coba? Yang ada kita yang diancam dikeluarkan dari sekolah.

Willy sudah seperti buronan para guru. Setiap berpapasan dengan guru manapun pasti ia ditanya "Sudah dapat tempat magang belum?" Jika Willy menjawab tidak, maka ia akan diceramah selama 15 menit. Yang bearti tidak ada istirahat!

"Willy, nanti kamu magang dimana?" Tanya salah satu guru.

"Belum dapat, Bu. Studio foto ditolak sama yang maha kuasa (a.k.a kepsek)."

"Ntar kalau Willy magang di studio foto pasti Willy jadi pandai Make-up." Ujar Aby.

"iya, ntar alisnya dicukur lalu di gambar lagi yang tebal." Sahutku.

"Sekalinya selesai magang, Willy jadi artis Korea. Rambutnya sudah warna kuning lalu mukanya pakai semen tiga roda (baca : dempul)." Ujar Stevan tidak mau kalah.

Salah fokus, salah fokus!! Willy sedang bersedih, ngapain coba mereka pada membahas alis nya yang akan dicukur nanti.

Pilihan ketiga Willy adalah Percetakan, sebut saja peretakan B. Kali ini tidak ada hambatan dari berbagai pihak. Sekolah dan percetakan B sudah sama-sama setuju. Dengan begini Willy siap mengikuti kegiatan magang.


Satu minggu setelahnya






"Kasihan Willy.." Ujar Jessica tiba-tiba. Perasaan Willy baik-baik aja. Senyumnya masih indah seperti biasa, tidak ada yang berubah dengan dirinya.


"Memang Willy kenapa?" Tanyaku.



"itu percetakan B bangkrut."




".................."






".................."






"Pftt.... Ahahahahah.." Gawat ini terlalu konyol. Aku tidak bisa menahan tawaku. Sebenarnya Willy ini ada bikin kesalahan apa sama Dewi Fortuna sehingga dia sangat sulit mendapat tempat magang?

"Belum sempat magang saja tempatnya sudah bangkrut."

"ini sudah berita lama loh, masa kau ngak tahu."

"Aku baru dengar hari ini. Jadi percetakan B masih percetakan atau beralih profesi?" Tanyaku. Jika tempatnya masih percetakan Willy masih cukup beruntung.

"Ngak, percetakannya berubah jadi toko ikan."




"................."




Gawat, Willy benar-benar miris sekali.
Sebenarnya Willy tergolong cukup beruntung. Jika Percetakan B bangkrut saat Willy sedang magang, mau dikemanakan Willy ini?

Pada akhirnya Willy dilarikan ke toko komputer. Semoga kali ini tidak ada insiden lagi. Pftt...






Kami juga mendapat nasihat dari guru IPA kami untuk menghadapi magang yang akan kami laksanakan.

"Kalian kalau sudah magang nanti, jangan menampakkan kebodohan kalian!" ujar nya.

"Maksud bapak?"

"Iya, jika mereka bertanya sesuatu, jangan jawab tidak tahu."

"Jadi jawab apa, Pak?"

"Begini caranya jika kalian memang tidak tahu tapi tidak mau nampak bodoh. Kalau ditanya benda/mesin ini disebut apa, kalian jawab saja 'anu pak/bu, ini saya kurang ingat apa namanya, kalau tidak salah namanya eeeeee...' begitu." Jelas sang guru dengan wajah yang sangat meyakinkan.

"Pak, kalau bosnya menunggu sampai kita jawab bagaimana?" Tanya Al.

"Tidak mungkin, dia pasti akan menjawabnya sendiri." Jawab guru kami dengan semangat '45

"Kalau bosnya benar-benar tunggu jawaban kita sampai pulang bagaimana pak?" Tanya Richard yang jelas tidak yakin dengan nasihat yang diberikan.

"Sudah kalian coba saja." Jawab Bapak tersebut sambil nyengir. Oh, aku yakin sekali tidak akan ada yang mencoba cara yang beresiko tinggi tersebut.







Selain itu, kami peserta magang diwajibkan untuk membuat laporan harian dan laporan akhir. Kami bahkan diberi seminar khusus untuk pembuatan laporan. Jessica menamakannya masa pra-skripsi. Disini mental kami tidak akan ada bedanya dengan mental mahasiswa semester akhir yang sangat sensitive mendengar kata skripsi bearti dalam kasus kami adalah laporan akhir

Jangan coba-coba bertanya "Laporanmu sampai mana S'Vie?" Aku bisa jadi human tiger jika ditanya seperti itu.




Ingat! Laporan itu hanya mitos!







~SaeSelvia~

Crazy But Elite !?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang