Pagi-pagi sekali gadis dengan rambut indah bergelombang miliknya berangkat menuju sekolah. Ada beberapa hal penting yang membuatnya harus bergegas menuju sekolah.
"bi, Laras pergi dulu ya" ia menyalami tangan bibinya.
"pagi banget? Yaudah hati-hati" Laras hanya tersenyum simpul dan melanjutkan langkahnya menuju pagar rumah.
Suasana sekolah masih sunyi, hanya ada beberapa murid yang telah menginjakkan kakinya di halaman sekolah begitupun dengan Laras. Ia menyusuri lorong-lorong yang sunyi hingga ia tiba di depan ruang jurnalistik.
"maaf gue telat, udah semua dateng kan?" Tanya Laras saat ia memasuki ruangan eksulnya tersebut.
"sudah kak" jawab mereka semua. Laras memimpin rapat tim jurnalistik dan fotografi yang akan membahas mengenai majalah sekolah yang akan terbit setiap 2 bulan sekali.
"sudah ngerti kan tugasnya?" mereka semua mengangguk. Tak terasa bel sekolah berbunyi yang menandakan bahwa seluruh siswa diharapkan memasuki kelasnya.
---
"Ras, lo kenapa sih? Melamun mulu" omel Tyas teman duduknya.
"eh? Gapapa kok" ucap Laras dibarengi dengan senyumannya.
"Ras, entar lo ikut nonton DBL kan? Ikut ya, please" pinta Tyas.
"pastinya, gue juga sekalian mau ngeliput buat majalah nanti. Lo semangat ya jogednya entar" Tyas mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Laras.
"enak aja, lo kira gue mau dangdutan apa" laras hanya terkikik mendengar ucapan Tyas.
Bel istirahat pun berbunyi, Laras dan Tyas seperti biasa menuju kantin yang dipenuhi lautan manusia yang sedang kelaparan.
"Tyas, pesenin gue bakso dong. Gue cari tempat duduk nih" Tyas mengangguk.
"nah itu dia" Laras menuju bangku kosong itu dan mendaratkan bokongnya diatas bangku itu.
"eh tempat ini udah gue booking, awas" ujar seseorang sambil menepuk meja.
"oh ya? Apa buktinya? Main booking aja, lo kira café apa" balas Laras cuek dan kembali berkutan pada ponselnya.
"gue gak mau tau, pergi gak?" Laras mengendikkan bahunya tanpa mempedulikan cowo yang berapi-api di sebelahnya.
"Ras, ini baksonya. Eh Dirgan duduk sini aja" ucap Tyas sambil menaruh mangkuk bakso milik Laras.
Cowo yang bernama Dirgan tersebut tersenyum penuh kemenangan.
"maaf, tapi gue gak sudi duduk ama temen lo itu" tunjuk Dirgan pada Laras kemudian melenggang pergi.
"cih, emang dia siapa sih? Jijik banget" cibir Laras kesal.
Dirgan, cowo yang paling diagung-agungkan di sekolah. Prestasi akademis dan non akademisnya gemilang, ia sangat pintar di bidang hitung-menghitung dan sangat jago mengendalikan bola berwarna orange atau basket. Maka tak salah, hampir seluruh perempuan mengidolakannya. Namun dibalik itu, aura negatif terpancar dari diri Dirgan. Ia terkenal dengan kenakalan dan keberandalannya yang membuat siapapun menggeleng-geleng melihat tingkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Fault
Teen Fiction"Is it a fault if am I love with you?" Entah mereka harus senang atau sebaliknya. Senang karena orang yang dihindari menjauh dan sedih karena orang yang selama ini berada di sampingnya menghilang dari kehidupan. Inilah cerita dibalik sebuah kesala...