9

203 82 10
                                    

dedicated to all vommenters, hope you enjoy it!

wohooo


Dirgan atau Dimas sengaja membawa motor hitamnya karena dengan ini penyamarannya akan lancar. Selama sekolah, Dirgan jarang memakai motor hitamnya ini, ia lebih suka memakai motor satunya.

"Ara, Eh maksud gue Laras" ucap Dimas malu. Kenapa gue ganti namanya? Aduh gue takut dianya baper, parah masalahnya pikir Dimas.

"santai aja, kenapa?" Dimas menggeleng dan menaiki motor besarnya itu.

"rumah lo dimana?" Tanya Dimas saat Laras duduk di belakangnya untuk kedua kalinya setelah kejadian ia menyerempet Laras hingga terjatuh.

"lo jalan aja, entar gue kasi tau jalannya. Btw makasi ya" Dimas tersenyum mendengarnya. Sial gue kenapa?

Mereka terhanyut dalam pikirannya masing-masing. Laras sibuk dengan doa-doa yang ia panjatkan agar sampai di rumah dengan selamat mengingat Dimas yang mengendarai motor terlalu cepat sedangkan Dimas fokus pada jalanan di hadapannya hingga lupa tujuannya.

"DIMAS, JALAN RUMAH GUE KELEWATAN" teriak Laras refleks karena Dimas tak mendengar ucapan Laras untuk berbelok ke kiri. Anjir telinga gue aja gak kuat deket-deket ama cewe ini, dasar toa batin Dirgan.

"maaf" dimas memutar balik arahnya menuju rumah Laras berada.

"makasih Dim, maaf gue udah teriak di telinga lo tadi" ujarnya cengengesan saat kakinya sudah menyentuh tanah dengan selamat.

"santai aja kali, gue pulang ya" Laras mengangguk dan berjalan menuju gerbang rumah bibinya.

"Laras pulangg" ia melepas kedua sepatunya dan berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.


Matahari berganti tugas dengan bulan, terang berganti gelap. Dirgantara Adimas Putra menaiki motornya menuju tempat nongkrong bersama kedua sahabatnya. Ia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Tak lebih dari 10 menit, ia tiba di café itu.

"gimana hari pertama lo Dir eh Dimas" goda Kevin sambil memanggil seorang pelayan. Dirgan mendengus kesal mendengarnya.

"lo mau pesen apa?" Tanya Gilang pada mereka berdua.

"kaya biasa aja" pelayan tersebut langsung mengerti karena tiga bersahabat itu menjadi pelanggan tetap café tersebut.

"gimana Laras, Dir? Gue liat pas lo nganter Laras pulang. co cwuittt" Kevin dihadiahi getakan dari Dirgan.

"lo gak salah milih kan?" Dirgan hanya terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu, gue takut gue salah milih dan berakhir dengan yang engga gue harapin pikir Dirgan cemas.

"idk" gue takut gue salah milih dan berakhir dengan yang engga gue harapin pikir Dirgan cemas.

"eh makanannya udah dateng"

Dirgan menyelesaikan makanannya dengan cepat karena ia terlanjur lapar. Ia mengambil pematik api dan menghidupkan rokoknya kemudian menghembuskan asap itu. Ia terseyum kecut karena suatu keadaan yang membentuknya menjadi Dirgan yang tak peduli terhadap apapun.



Sampai tengah malam, Laras belum juga tertidur. Ia sibuk mengetikan sebuah cerpen yang akan ia gunakan untuk majalah sekolah.

"Laras, lo belum tidur?" ia terlompat dari kursinya.

"Bang, lo kagetin gue. Belum masi buat cerita nanggung lagi dikit" Bang Ricky hanya ber-oh ria.

"jangan tidur kemaleman, besok gak bisa bangun pagi" dengan itu Bang Ricky meninggalkannya pergi.

Laras pun melihat jam dinding yang bergambar beruang telah menunjukan pukul 12 malam. Buset dah, cepet amat. Ia segera merebahkan dirinya di kasur, ia tak ingin kejadian beberapa minggu lalu terulang untuk kedua kalinya.


jangan bosen baca ya! vomments ditunggu.


Behind the FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang