Bel pulang baru saja berbunyi, Laras dengan sigap merapikan buku-bukunya. Untuk beberapa minggu ke depan, ia sangat disibukkan dengan ekskul yang ia geluti.
"Ras, bareng ke ruangan yuk" ajak Dimas yang sudah menunggu Laras di depan kelas Laras. Kan jantung gue bermasalah lagi, masa gue suka sama Dimas??? batin Laras.
"ay-ayo" dengan enaknya tangan Dimas melingkar di pundak Laras dan Laras tidak melarangnya. Sedangkan para cewe-cewe sekolah memerhatikan mereka berdua tak henti-henti.
"Dim, coba lo cari sumber artikel yang ini terus coba lo revisi beberapa artikelnya, gue mau ke toilet" perintah Laras sambil memberikan macbook-nya.
"siap boss" wah gue dapet kesempatan emas. Dimas memindahkan seluruh foto saat ia bertanding basket waktu itu ke ponselnya.
Hari beranjak sore, Dimas mengajak Laras untuk pulang bareng.
"lo gak bawa jaket, Ras?" Tanya Dimas saat melihat Laras tidak membawa jaket marun kesayangannya.
"jaket gue masih dicuci" balas Laras dan berjalan menuju parkiran.
"pake hoodie gue aja" Dimas menyodorkan hoodie abu-abunya pada Laras.
"serius? Terus lo pake apa?"
"santai aja, udah yuk naik" dengan cepat Laras memakai hoodie tersebut. Wih baunya enak banget komentar Laras dalam hati.
"makasih ya Dim, ni hoodie lo"
"besok aja kembaliinya, inget mulai sekarang lo harus berangkat-pulang bareng gue, daaah" Laras tersenyum, okay gue akui kalo gue suka sama Dimas.
"daah hati-hati Dim" sesaat Dimas menghilang, Laras langsung berjingkrak-jingkrak kesenangan. You drive me crazy.
Loving him is like driving a new Maserati down a dead-end street
Faster than the wind, passionate as sin, ending so suddenly
Loving him is like trying to change your mind once you're already flying through the free fall
Like the colors in autumn, so bright just before they lose it allLantunan lagu Taylor Swift terdengar di seluruh kamar Laras. Lagu yang sangat tepat dengan suasana hatinya yang sedang berbunga-bunga. Semua ritual malam harinya sudah ia kerjakan dari mulai mandi hingga makan malam. Waktunya tidur untuk Laras. Wah lagi bentar UN tapi gue belum belajar pikir Laras. Ia segera mengambil buku biologi, salah satu mapel favorit-nya. Diikuti dengan latihan soal-soal kimia hingga pukul 12 malam. Baru saja ia ingin memejamkan mata, bunyi ponsel menganggunya. Dimas? Ngapain coba malem-malem nge-line gue?
Adimas Putra: udah tidur ya? Maaf ganggu
D. Laras: belum, gak ganggu kok
Adimas Putra: tidur ya, ini udah malem nanti diculik mbak kunti
D. Laras: yang ada mbak kunti takut duluan, lo juga tidur Dim.
Adimas Putra: lo duluan tidur
D. Laras: ELOO
Adimas Putra: oke gue ngalah, have a nice dream, Dear
D. Laras: sok gombal
Adimas Putra: biarin, udah sono tidur
Dirgan tersenyum-senyum menatap ponselnya menghiraukan keramaian dentuman musik di sekitarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Fault
किशोर उपन्यास"Is it a fault if am I love with you?" Entah mereka harus senang atau sebaliknya. Senang karena orang yang dihindari menjauh dan sedih karena orang yang selama ini berada di sampingnya menghilang dari kehidupan. Inilah cerita dibalik sebuah kesala...