Jam telah menunjukan pukul 2 malam, after party telah selesai daritadi. Namun Dirgan dan kawan-kawannya masih berkumpul di dalam club.
"Dir, gue gak habis pikir. Lo kira dengan cara ini bisa ngatasin masalah?" bentak Gilang yang kewalahan dengan kebiasaan minum dan sifat yang ada pada sahabatnya ini.
"bener kata Gilang, nyokap lo pasti gak suka ngeliat lo kayak gini" tambah Kevin.
"gak peduli, mending lo pulang deh" usir Dirgan yang duduk diantara dua perempuan nakal.
Saking kesalnya, Gilang memilih untuk pulang ke rumahnya begitu pula dengan Kevin.
"Gil, gue ada cara untuk ngatasin sifat Dirgan" usul Kevin yang duduk di passanger seat, sebelah Gilang.
"apaan?" Tanya Gilang emosi.
"santai Bro, gini caranya.... Setuju gak lo?" Gilang mengangguk setuju. Semoga saja rencana ini berjalan lancar, gue udah gila dengan sikap Dirgan itu, batin Gilang berkata.
Di jam yang sama, Laras baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Sudah beberapa minggu belakangan ini, Laras selalu saja dihantui oleh mimpi buruknya.
"sial" umpat Laras setelah meneguk air dingin yang biasa ia taruh di nakas. Jika ia habis bermimpi buruk, ia akan tak bisa tidur untuk beberapa jam ke depan.
---
"kak Laras,kak bangun" ujar Leo, adik laki-lakinya.
"duh Leo, 5 menit lagi" Laras menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut biru miliknya. Leo menaruh alarm weker di samping kepala kakaknya.
"terserah, kalo telat gak nanggung" Leo memilih untuk menyerah dan keluar dari sarang kakaknya.
'beep-beep-beep-beep-beep-be' Laras memukul keras alarm yang berbunyi tepat di telinganya itu.
"bikin kaget aja" ia mengerjapkan matanya. Ia tersentak kaget karena kamarnya dipenuhi oleh cahaya terang yang menyilaukan.
"JAM 7.30??" mati gue, batin Laras berteriak. Ia segera membasuh mukanya, menyikat giginya, mengganti pyama dan menyemprotkan banyak parfum.
"duh, gue gak sempet mandi nih" ia menatap dirinya di cermin. Not really bad, gapapa lah sekali gak mandi, pikir Laras.
"Ras, gak sarapan dulu?" Tanya bibinya melihat Laras yang terburu-buru
"enggak sempat bi, duluan ya" setelah memakai sepatunya, Laras berlari menuju halte bus kota. Dengan langkah yang cepat ia memasuki bus yang akan berangkat itu. Duh, 12 menit lagi pintu gerbang sekolah ditutup, semoga gue gak telat. Ia terlihat sangat gugup dan tak henti-hentinya berdoa.
Laras segera turun dari bus kota dan berlari menyebrangi jalanan. Ia tak melihat bahwa ada sebuah motor yang melaju cepat. Bruukk. Laras terjatuh karena motor tersebut menyerempetnya.
"kalo nyebrang liat-liat dulu dong" semprot lelaki yang mengendarai motor gedenya itu sedangkan Laras hanya dapat meringis.
"lo juga ngebut-ngebut. Liat ini lutut gue kegores" Laras berdiri seraya menahan sakit pada lututnya itu.
"gak peduli, gue udah telat" lelaki itu mulai menghidupkan motornya.
"gue juga telat gara-gara lo nabrak gue, argh. Gak mau tau, lo anter gue ke sekolah" pinta Laras, ia tak mungkin jalan menuju sekolah apalagi kakinya yang terluka.
"gue kan gak ada nabrak lo. Elo sih jalan gak liat-liat" lelaki itu membuka helmnya dan memperlihatkan tampangnya yang mempesona, Dirgan.
"lo juga satu sekolah kan sama gue? Lo harus tanggung jawab" Dirgan menghela nafas panjang dan memperbolehkan Laras untuk ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Fault
Teen Fiction"Is it a fault if am I love with you?" Entah mereka harus senang atau sebaliknya. Senang karena orang yang dihindari menjauh dan sedih karena orang yang selama ini berada di sampingnya menghilang dari kehidupan. Inilah cerita dibalik sebuah kesala...