"Ras, gue harus ijin ya mau latihan cheers nih" Laras hanya mengangguk dan memasuki kelas 12 IPA-2.
"yah gue sendiri" Laras mengambil note miliknya dan melanjutkan cerpen yang ia buat.
"guys, hari ini free class sampe pulang sekolah. Gak ada yang bolos" kata Dio ketua kelas 12 IPA-2. Satu kelas bersorak gembira.
"Ras, lo gak keluar? Yang lain pada ngeliat Dirgan dkk main basket loh" ujar Mia teman satu kelasnya yang selalu heboh jika ada Dirgan dan gengnya.
"ogah, gak tertarik gue" cih, orang kaya gitu diidolain satu sekolah komentar Laras dalam hati.
"yah, kalo gitu lo harus temenin gue" Mia menarik tangan Laras dengan sekuat tenaga. Mau tak mau, Laras mengikuti kemauan teman gilanya ini.
Semua cewe satu sekolah memenuhi lapangan basket yang berada tepat di tengah-tengah sekolah. Apalagi kalau tidak melihat pertandingan basket Dirgan, Gilang, Kevin, dan beberapa cowo lainnya.
"ya tuhan Dirgan lo ganteng abiss" teriak banyak cewe yang menyemangatinya.
"GILA LO KEV, GUE MATI"
"anjir itu anak siapa sih? Ganteng amat"
"duh, Dir keringet lo itu"
"GANTENG BANGET LO DIRR, JADI PACAR GUE YAA"
"ayoo Dir, kejar aku juga dong jangan bolanya aja lo kejar"
"Dir, ini ambil minum gue. Lo keliatan haus banget"
"DIRGANN AYOOO" teriak Mia ikut heboh
Dan masih banyak teriakan yang lainnya. Laras hanya terbengong-bengong melihat kaum wanita di sekolahnya yang mulai gila akibat ulah seorang yang menurutnya tidak pantas diidolakan.
"Mi, gue pergi ya. Sakit nih telinga gue" bisik Laras menutup kedua telinganya dan pergi meninggalkan lapangan sekolah. Ia memilih untuk menuju perpustakaan.
"siang, bu" salam Laras saat memasuki perpustakaan.
"eh Laras, kok gak nonton basket?" Tanya ibu penjaga perpustakaan ini.
"lagi enggak pingin aja, bu" Laras permisi dan membawa satu buku besar sebelum akhirnya menempatkan dirinya di sofa pojok yang empuk tepat di bawah AC yang berhembus. Ini sudah menjadi kebiasaan Laras jika ia sedang bosan, ya tertidur di perpustakaan sekolah. Karena hanya perpustakaan yang memiliki suhu lebih dingin daripada ruangan lainnya.
'ya tuhan, ini bau apa? Aneh sekali' pikir Laras yang setengah sadar. Perlahan ia mengerjapkan matanya dan meletakan buku yang menutupi wajahnya.
"sialan, lo ganggu tidur gue aja" rutuk Laras pada orang yang berada di hadapannya.
"gak peduli" ujar Dirgan yang masih pada posisinya yaitu menaikkan kedua tangannya. Ya ia sedang mengeringkan keringatnya setelah bermain basket tadi.
"lo orang terjorok yang gue temui" Laras pergi dari tempat nyamannya untuk menghidari Dirgan tetapi Dirgan menarik lengan Laras dan mengapit wajah Laras dengan ketiaknya.
"diem lo" Dirgan dengan tawanya masih mengapit Laras dengan ketiaknya sedangkan Laras meronta-ronta.
"DIRGAANN STOOP, HIDUNG GUE MATI RASA" teriak Laras menggema di lorong buku perpustakaan.
"makanya lo jangan sok-sokkan gitu" balas Dirgan yang masih dalam posisinya.
"LEPASIN DIR, HIDUNG GUE UDAH GAK SUCI. LEPASIN"
"ANJIR, LEPASIN BEGO. KERINGET LO NETES. AAHH ASIN" Dirgan hanya tertawa menganggapi ucapan Laras hingga penjaga perpustakaan menghampiri mereka. Sontak Dirgan melepas Laras yang hampir saja pingsan karena ketiak Dirgan.
"apa yang kalian lakukan berdua? Kalian membuat keributan" Penjaga perpustakaan sudah dibuat geram oleh tingkah mereka berdua.
"ini bu, saya diketekin" ujar Laras yang masih menggap-menggap menghirup oksigen.
"saya gak mau tau, sekarang kalian harus merapikan semua buku disana" tunjuknya pada tumpukan buku yang bejibun.
"ta-tapi bu, saya nanti ada DBL. jadi saya harus istirahat dulu di rumah biar saya bisa menang terus kalo menang kan dapet uang. Nah uangnya bisa disumbangin untuk beli buku. Tapi kalo ibu nyuruh saya beresin buku yang ada saya kecapean terus kalah deh" ucap Dirgan sok sedih.
"iya bu, saya juga. Abis ini saya mau nge-charge baterai kamera saya buat motret acara DBL. saya kan ketua jurnalis jadi saya harus bertanggung jawab, kalo ketinggalan bisa-bisa saya dipecat" tambah Laras membuat penjaga perpustakaan naik pitam.
"alasan saja kalian, BESOK ISTIRAHAT KALIAN KESINI" teriaknya.
"lah ibu juga teriak. Saya juga bisa nge-hukum ibu" ujar Dirgan dengan cengirannya.
"PERGI KALIAN" dengan langkah kilat, Laras dan Dirgan meninggalkan perpustakaan.
---
Seperti yang direncanakan, Laras dan Mia menonton pertandingan DBL. Stadion basket seketika penuh karena ini puncak final DBL yang dinanti-nantikan. Pertandingan antara sekolah mereka dan sekolah swasta yang menjadi rival-nya saat ini.
Jika bukan karena ekskul yang digeluti, Laras tidak akan berada di tempat ramai nan penuh ini. Para cheers termasuk Tyas menyemangati pertandingan panas ini.
"Mi, gue gak bisa ngambil gambar kalo kaya gini. Kagak keliatan" rutuk Laras. Coba saja ia datang lebih awal pasti akan mendapatkan tempat di depan.
"duh, bilang aja lo tim jurnalis" Laras menepuk dahinya, ia baru ingat.
"hehe bener juga, Mi ikut gue" mereka melewati beberap row sampai akhirnya mereka tiba di first row.
Laras sibuk dengan kameranya, menghiraukan teriakan dari teman-teman sekolahnya. Siapa lagi kalo bukan untuk Dirgan sang kapten dan anak buahnya. Tapi detik-detik terakhir Laras mengikuti alur pertandingan. Ayo Dir, lo pasti bisa.
"YAAYYY" teriak seluruh supporter karena Dirgan berhasil mencetak point dari hasil lay up shoot-nya.
Dan pas sekali, Laras mendapatkan foto yang menurutnya terbaik diantara lainnya. Dirgan ganteng juga ya di foto ini, suka gue liatnya ujar batin Laras. Elah, gue kenapa coba.
Kemenangan pun diraih oleh sekolah mereka.
"Ras, gak ikut after party?" Tanya Tyas saat pertandingan berakhir.
"enggak ah, lo aja Yas. Duluan ya" Laras berjalan menuju halte bus, yang akan mengantarkannya menuju rumah bibinya.
jangan lupa vomment ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Fault
Teen Fiction"Is it a fault if am I love with you?" Entah mereka harus senang atau sebaliknya. Senang karena orang yang dihindari menjauh dan sedih karena orang yang selama ini berada di sampingnya menghilang dari kehidupan. Inilah cerita dibalik sebuah kesala...