2

6K 285 0
                                    

DiandraFadera Hutama

Aku menyusuri lorong hotel ini gontai dengan tangan kanan memijat tengkuk, merasakan kaku disekitar leher, tidak hanya sebatas leher tapi seluruh badanku benar-benar seperti akan patah, acara perjamuan malam ini benar- benar ingin aku hindari, aku tidak suka dan nyaman dengan acara seperti ini, bagiku acara perjamuan seperti ini tak lebih seperti ajang pamer dan bergosip, bagi kaum wanita terutama, tapi atas nama etika bisnis dan profesionalitas aku mau tak mau harus menghadirinya. Lorong hotel ini seperti terowongan casablanca bagiku saat ini, tunggu kenapa juga aku harus menyamakannya dengan tempat yang katanya horor itu? ingat "katanya". Kamarku berada diujung lorong lantai 5 hotel ini, cih andai saja kamarku terletak di dekat lift pasti saat ini aku sudah bisa menikmati kasur empuk itu. Dalam rangka tugas dinas aku sudah hampir 4 hari ini kehilangan waktu istirahat terutama tidurku karena padatnya jadwal acara disini, jadi sah-sah saja jika aku membayangkan tidur dikasur yang empuk dengan selimut tebal dalam udara dingin seperti ini, tolong hapus fikiran kalian jika menganggap aku ini muka bantal ya.

Aku berhenti memijat tengkuk dan menarik gaun hitam panjang yang aku kenakan saat ini agar langkahku bisa semakin cepat, aku sudah benar-benar lelah, kalau saja aku tidak tahu malu mungkin aku sudahmelepas high hells q membawanya dengan tangan kiri sambil tangan kananku mengangkat gaun dan berlari untuk bisa cepat sampai ke kamar, tapi itu hanya ada dalam fikiranku, setidaknya aku harus terlihat anggun dan elegant agar seimbang dengan wajah cantik yang kumiliki, aku tersenyum saat memuji diri sendiri seperti ini.

Terdengar pintu terbuka, saat aku perhatikan ah tetangga kamar hotel, seorang pria dengan usia sekitar 35an keatas, akupun meletakkan tangan didada untuk menghindari jangan sampai ada pemandangan eksotis saat aku memberi hormat pada sang penghuni kamar, sambil menunduk sedikit danmemberi senyum. Apakah aku kenal dengan sang penghuni kamar itu?Tentu saja jawabannya tidak, tapi yang aku tau dia pasti salah satu peserta sama sepertiku, karena lantai 5 sampai dengan 8 di hotel ini memang dikhususkan untuk peserta pertemuan. Lalu kenapa aku harus memberi hormat jika aku tidak mengenalnya? tolong ganti kata memberi hormat dengan istilah menyapa secara sopan, hanya sekedar etika saja agar aku tidak dicap sombong atau angkuh seperti penilaianorang-orang selama ini.

Baru hendak melangkah tiba-tiba saja tangan kiriku ditarik dengan kuat oleh pria tersebut, aku sangat terkejut dengan apa yang terjadi barusan, entah bagaimana pria ini sudah menutup pintu kamar dan aku berada didalamnya. Aku tersandar didinding, pria tersebut menempelkan kedua tangannya sejajar dengan bahuku, oke katakanlah bahwa aku sekarang terkunci, tidak hanya terkunci pintu tetapi juga terkunci oleh badan pria ini, aku mencium bau alkohol dan nafasnya terdengar berat.

"maaf,sir anda sedang mabuk, sepertinya anda salah orang" oke entahlah apa yang ada dalam fikiranku sampai akhirnya aku hanya bisa mengucapkan kalimat tersebut.

Boleh aku jujur, aku sangat takut saat ini, aku berusaha untuk mendorong tubuh pria tersebut, tapi apa daya, kekuatanku tak sebanding dengan mahluk yang ada dihadapanku saat ini. Tangan kiri pria itu mengelus perlahan pipiku, sementara tangan kanannya menelusup ke leher jenjangku.

"kamu sangat cantik, aku merindukanmu" ucapnya serak.

Aku hanya bisa terdiam, oke aku mengaku aku gemetar ketakutan saat ini,aku mulai berfikir bahwa jangan-jangan dia menderita kelainan jiwa,dan saat ini aku terancam, sangat amat terancam, baiklah aku perbaiki sangat amat amat sangat terancam, entah kekuatan darimana tangan kananku aku gunakan memukul perutnya, mungkin aku terlalu bertenaga atau mungkin karena dia sedang dalam kondisi tidak siap, dia mundur hanya selangkah, baiklah hanya selangkah, aku fikir saat memukul perutnya dia akan mundur beberapa langkah sambil memegang perutnya sehingga aku memiliki kesempatan untuk kabur dari keadaan ini. Setidaknya itu yang sering aku lihat dari film-film action yang pernah aku tonton, tapi sekarang, ini kenyataan dan bukan film, adegan dalam film tersebut tidak bisa aku terapkan dalam kondisiku saat ini, hanya kondisinya yang sama tapi efeknya berbeda, ah kenapa malah jadi berbicara ngelantur seperti ini.

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang