5

4.3K 187 6
                                    

Diandra Fadera Hutama

from: mas Jaya

subject: kita semua khawatir

kamu dimana? Jangan buat orang khawatir, hubungi kami secepatnya atau mas bakal lapor polisi.

Aku tersenyum miris membaca email dari mas sepupuku tersebut, yah semua orang pasti menghawatirkanku, lima hari sejak kejadian malam itu aku memilih menghilang dari lingkunganku, aku menonaktifkan ponsel, aku menghindari kontak dengan mereka. Aku mengasingkan diri didaerah pegunungan yang ada dipropinsi Jogja. Selama disana aku tidak pernah keluar aku hanya berada dikamar dan menghabiskan hariku dibawah shower, berharap ingatan akan kejadian malam itu bisa musnah, dan berharap agar tubuhku bisa suci lagi, tapi itu mustahil bukan?Kecuali jika malam itu adalah mimpi buruk dan aku berharap dapat segera terbangun dari semua ini, tapi ini adalah realita, aku telah ternoda yah saat ini aku bukan lagi perawan aku tidak lagi suci, mungkin bagi sebagian orang itu tidak masalah, tapi bagiku ini adalah petaka.

Sore tadi aku memutuskan untuk kembali ke Jakarta, aku tidak boleh menjadi pengecut, jika kalian tanya bagaimana kondisiku, aku sudah tidak bisa lagi menggambarkan kepada kalian, aku mengaktifkan ponsel ku dan benar saja banyak miscall dan sms dari mbk karin juga alina. Aku mengirim pesan ke alina, tidak lama kemudian telfonku berdering

"janganteriak-teriak, aku masih bisa denger"

"..."

"yah aku baik-baik aja kok, sory udah buat kalian semua khawatir"

"..."

"iya bebz aku gak apa-apa, emm sory untuk proyek yang waktu itu kamu jelasin ke, aku cuma bisa minta maaf"

"..."

"maaf, aku gak maksud ngilang kayak gini tapi aku cuma butuh waktu, besok aku bisa kembali kerja kok, tenang aja"

"..."

Aku menghembuskan nafas kasar sambil terduduk melipat lutut dan bersandar didinding, aku tidak bisa menahan tangisku, aku sebenarnya masih ingin mengobrol dengan alina, tapi aku tidak bisa berbohong dengan mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Aku sebenarnya masih ragu apakah aku siap untuk masuk kerja besok. Aku melangkah ke kamar mandi dan mulai masuk ke bak mandi besar ini, kontrakanku adalah kontrakan sederhana, jangan harap ada shower atau bathup seperti kamar mandi pada umumnya, ukuran bak mandi itu cukup besar sampai bisa memuat aku didalamnya, aku menenggelamkan tubuhku. Mungkin mulai hari ini dan entah sampai kapan, hal aneh ini akan aku lakukan, aku hanya bisa berdoa dan berharap besok akan baik-baik saja.

Aku memandang diriku dicermin, mata pandaku ini benar-benar sedikit merusak penampilan, ingat hanya sedikit. Hari ini aku memilih rok kerja pensil tidak ketat 10 cm dibawah lutut, dengan atasan lengan panjang berwarna cream, yang aku tekuk pada bagian tangan menjadi tiga perempat. Yah selalu seperti ini penampilanku saat kerja. Khusus hari ini aku menggunakan aksesoris kaca mata untuk menutupi mata pandaku ini. Sementara rambut panjangku aku biarkan terurai, akuberusaha untuk tersenyum, yah beberapa hari ini aku nyaris tak tersenyum, terkesan anggun, smart dan formal utuk penampilanku saat ini.

Semoga hari ini adalah hari yang baik, aku tidak boleh terus terpuruk, aku harus bangkit, anggaplah kejadian kemarin tidak pernah ada, sekalipun sulit. Aku menunduk sedikit sambil tersenyum saat orang-orang menyapaku. Aku merindukan lingkungan kerjaku, yah aku adalah wanita gila kerja yang akan dengan senang hati menghabiskan waktu libur untuk bekerja, yang akan dengan ikhlas menghabiskan sepanjang malam untuk duduk diruang kerja mengerjakan segala macam proyek-proyek yang ada kaitannya dengan bidangku.

Saat aku membuka pintu ruang kerja aku mendapati alina sedang duduk dikursiku sambil melipatkan tangannya didada, dengan tatapan tajam "selamat pagi ibu alina yang terhormat" ucapku sambil menaruh tas dimeja dan duduk dihadapannya.  Alina mengangkat bibir kanan atasnya sambil mendesis seperti ular

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang