12

3.3K 199 0
                                    

Author

Yusuf mengerutkan dahinya saat melihat nama pasien yang akan dia visit pagi ini, nn. Diandra fadera hutama. Yusuf merasa familiar dengan nama itu. Dia membuka rekam medis milik diandra mencari tau penyebab dia masuk rs dan terkejut bahwa tertulis karna hiperemesis, bukannya ini hanya berlaku untuk ibu hamil, apa mungkin diandra hamil, batin yusuf bertanya.

"dok tau gak ternyata mbk diandra sekarang lagi hamil, dan kita gak ada yang tau siapa suaminya" ucap salah seorang perawat yang tau bahwa selama ini yusuf mengagumi diandra. Yusuf nampak terkejut mendengar kabar itu tetapi langsung menguasai keadaan.

"jangan sembarang nyebar gosip, siapa tau dia sudah menikah tapi kita gak tau, dan kalaupun benar seperti apa yang tadi suster bilang, jangan dibicarakan didepan umum, gak baik buka aib orang" jelas yusuf sambil tersenyum. Sementara suster yang dimaksud mengangguk sambil tersenyum malu.

Yusuf membuka pintu kamar inap diandra perlahan, dan mendapati diandra sedang duduk disofa melamun, dia tidak menyadari jika ada orang yang masuk kekamarnya. "selamat pagi mbk diandra, wah pasti anda merasa pegal karna harus tinggal dikamar dan tidak boleh bekerja" sapa yusuf ramah.

Diandra tidak menjawab dia hanya tersenyum, sambil berdiri hendak berjalan ke tempat tidur, dengan sigap yusuf memeluk diandra dari samping untuk membantunya berjalan, melihat kondisi diandra yang masih lemah, yusuf khawatir diandra terjatuh. Diandra yang baru pertama kalinya dipeluk seperti itu sempat merasa salah tingkah, sekalipun diandra tau yusuf melakukannya karna menganggap diandra sebagai pasien. Sementara yusuf yang menyadari diandra salah tingkah hanya tersenyum. Yusuf tidak banyak berbicara dia serius memeriksa, sesekali bertanya, tapi diandra tidak menjawab dia hanya menggeleng atau mengangguk.

Yusuf menuliskan perkembangan diandra pada rekam medis dan menyuruh suster yang mendampinginya untuk keluar duluan. "selamat untuk kehamilannya" ucap yusuf ramah, sekalipun diandra tidak memandang kearahnya. Bagi yusuf dia sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh diandra, tiga tahun mengenal diandra sapaan yang yusuf berikan hanya dibalas dengan senyum, pertanyaan yang diajukan akan dijawab dengan anggukan atau gelengan kepala, terkadang dengan kalimat pendek. Kecuali jika sudah berdiskusi baru yusuf bisa melihat diandra berbicara panjang. Diandra akan terlihat hidup jika sedang berdiskusi dan makan.

"kehamilan ini bukan suatu yang menggembirakan, jadi gak perlu repot-repot mengucapkan selamat"

"disaat diluar sana banyak orang yang mengusahakan berbagai macam cara dengan biaya yang tak terhitung, maka suatu anugrah yang patut disyukuri jika kamu bisa mengandung tanpa harus melakukan semua itu bukan?" Diandra hanya terdiam membenarkan ucapan dokter ganteng nan mapan yang kini ada disampingnya.

"diandra" panggil karin saat memasuki kamar, karin tidak tau jika ada yusuf didalam. "eh ada dokter yusuf, pagi dok" sapa karin.

"pagi dokter karin, iya nih tadi habis visit mbk diandra, dan sekalian jenguk"

"gimana kondisinya dok"

"masih lemah dan perlu istirahat beberapa hari lagi, dan yang pasti harus memperhatikan asupan makan untuk kandungannya" jelas yusuf sambil tersenyum ke karin, dan mengkode karin agar mengikutinya keluar.

"karin anggaplah aku berbicara disini sebagai orang dokter yang bertanggung jawab pada diandra, bukan sebagai orang yang peduli atas diandra"

"..."

"aku tau kamu adalah ahlinya dalam hal ini, tolong perhatikan dengan benar emosi diandra, aku khawatir jika emosinya tidak terjaga dengan baik, berakibat buruk pada kandungannya" ucap yusuf.

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang