34

4.1K 228 4
                                    

Author

Semua seperti mimpi saat mereka mendapati diandra tidak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan, farhan yang menangis memeluk putri yang selama 25 tahun kehidupannya tak ia harapkan, wildan yang berusaha untuk memberikan kekuatan untuk farhan sekalipun ia sendiri merasa kehilangan karna bagaimanapun juga diandra sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, wijaya dan karin yang menangis sambil memegang kaki diandra, fajar dan sabrina yang menangis sambil berpelukan untuk saling menguatkan, karna mereka belum memiliki kesempatan untuk meminta maaf secara langsung dan mengenal kakak tiri mereka. Alina dan deo yang menangis sambil berpelukan terpisah dari ranjang diandra, alina yang merasa bukan sebagai sahabat yang baik karna gagal menyelamatkan nyawa diandra dan deo yang merasa bersalah dan bertindak jahat didetik terakhir hidup diandra.

Para tim medis yang berada diruangan juga larut dalam suasana duka. Mereka mengenal diandra dan tau bagaimana diandra selama hidup. Mereka saling pandang kemudian sepakat untuk menunda melepas segala alat medis yang masih menempel pada tubuh diandra dan memilih untuk keluar dari ruangan memberikan waktu bagi para keluarga untuk merelakan kepergian diandra.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittiiiit tiiit tiiiit

Semua saling pandang saat mendengar suara detak jantung kembali berirama dan layar monitor yang menunjukkan garis lurus itu kembali bergelombang, alina yang melihat itu melepas pelukan dari deo dan segera berlari ke arah diandra, begitu juga para tim medis yang sudah sampai diujung pintu, para dokter segera memeriksa diandra kembali,sementara para suster mengarahkan yang lain diruangan tersebut untuk menyingkir dan memberikan ruang bagi dokter untuk memeriksa.

Setelah sekian menit para dokter memeriksa, alina tertawa sambil menangis dan berlutut ditepi ranjang diandra sambil memegang tangan diandra, ada rasa syukur dan gembira saat mengetahui bahwa sahabatnya itu telah kembali. Sementara yang lain mendekati diandra dan menatap dengan tidak percaya apa yang baru saja lihat.

"ini keajaiban, diandara kembali" isak alina sambil terisak menangis bahagia. Yang lain lantas bersyukur dan tersenyum bahagia. Farhan mencium kening diandra lama "terimakasih nak, untuk kesempatan yang telah diberikan pada ayah" lirihnya.

"haus"

Semua yang ada diruangan saling pandang seakan mencari siapa yang baru saja bersuara dan tatapan mereka secara serempak mengarah kediandra,diandra membuka mata dan saat ini menatap bingung kearah mereka yang berkumpul mengelilingi ranjang diandra.

****

Seminggu setelah diandra sadar, tidak banyak yang berubah, semua masih sering berkumpul, farhan selalu menyempatkan diri untuk menjenguk diandra siang dan malam hari, wildan akan selalu mendampingi farhan ketika menemui anaknya. Karna farhan bilang belum berani untuk menemui diandra sendiri, terlebih sejak kesadarannya diandra seperti patung,dia hanya diam dan tidak ada respon apapun ketika mereka mengajak diandra berbicara.

Berdasar pemeriksaan klinis diandra telah dinyatakan sembuh dan hanya perlu menjalani beberapa terapi untuk membiasakan otot-otot tubuhnya beraktifitas setelah satu bulan lebih tertidur. Tekanan psikis sebelum kejadian inilah yang membuat diandra menjadi seperti patung.Mekanisme pertahan diri yang selama beberapa tahun ini dia bangun ditambah peristiwa beberapa bulan terakhir yang membuat dia begitu tertekan. Selama ini diandra sebenarnya mengalami trauma tetapi jiwanya mendorong tubuhnya untuk melakukan perlindungan diri karna rasa trauma yang sulit dihadapi oleh diandra.

Kekecewaan yang mendalam juga menjadi salah satu penyebab kondisi diandra saat ini. Pola fikir dan didikan yang dilakukan bunda diandra membuat diandra selama ini menutupi kondisi sebenarnya. Saat dia kecewa dan merasakan kesal biasanya seseorang akan menangis tetapi diandra berfikir jika dia menangis maka apa yang selama ini dituduhkan padanya adalah sebuah kebenaran. Jadi sekalipun segala macam tuduhan dan omongan membuat dia amat kesal dan marah dia tidak akan menangis karna tuduhan itu tidak benar, tetapi diandra melupakan kondisi psikis yang terus menerus lari dan memupuk rasa kesal dan marah,sehingga pada suatu titik jika jiwanya sudah tidak mampu lagi maka akan membuat jiwanya kehilangan kemampuan mengendalikan emosi.

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang