20

3.6K 180 5
                                    

Diandra Fadera Hutama

Aku asik menonton drama korea terbaru yang diberikan alina sebagai kenang-kenangan selama dia mengikuti PPDS. Ini sudah minggu kelima dia PPDS. Kandunganku sudah memasuki bulan ke empat, dan tentu saja semakin besar melebihi usia kandungan pada biasanya, dan berat, berjalan sepuluh langkah saja aku sudah kelelahan.

Hubunganku dengan deo sudah membaik. Mungkin kami tidak seperti suami istri pada umumnya tapi kami seperti teman, dan itu membuat hubungan kami lebih nyaman dibanding saat awal dulu menikah. Kami tidak pernah lagi bertengkar, kalau ada perdebatan kecil maka deo akan mengalah dan pergi masuk kekamar menghindariku, tetapi tidak berapa lama dia akan baik kembali dan kembali mengobrol seperti biasanya.

Aku dengan mama riska juga semakin akrab, sempat keluar beberapa kali, menemani mama belanja, dan berakhir pada kemarahan deo, karna mendapati aku yang kelelahan dan selalu saat malam merasakan sakit diperut, efek terlalu banyak berjalan. Tapi aku senang melakukannya dengan mama riska, aku seperti mempunyai bunda baru.

"de, kamu gak nengok alina di tempat prakteknya?" tanyaku pada deo yang sedang meminum kopi disampingku. Aku sudah tau dari alina bahwa hubunganya dengan deo sedang tidak baik sejak alina marah ke deo atas perbuatan deo terhadapku.

"aku masih takut dia nyuekin aku di, kamu tau sendirilah kalau dia marah gimana"

"dia cuma perlu dukungan kamu de, coba kamu kasih perhatian sama dia, jenguk dia, dan motivasi dia, gimanapun juga kamu kakaknya, dan dia kayak gini juga karna kamu kan" ucapku sambil tetap menatap tv tanpa berpaling.

"ok, besok sabtu kita ke tempat prakteknya" ucapnya sambil mengelus kepalaku. Aku juga sudah terbiasa dielus kepalanya atau sekedar mencium keningku, malah bisa dibilang aku mulai menikmati setiap sentuhan yang dia berikan. Bahkan terkadang hasratku naik, wajar kan hormon ibu hamil itu sangat tinggi. Tapi tentu saja aku menutupinya dan tidak ingin sampai deo tau.

"habis itu kita jenguk kak dea ya, semenjak hamil aku belum jenguk dia, dan lagi katanya kak dea sudah ada kemajuan, aku kemarin sempat ngobrol lewat telfon sama dia" ucapku bersemangat. Aku bahagia, karna sepertinya kak deanty sudah banyak kemajuan. Apa ini karna seseorang yang sering datang berkunjung menemuinya. Aku tidak sabar untuk melihat perkembangannya.

"ok, aku juga pingin ketemu sama kakak ipar" ucap deo sambil mengecup keningku dan beranjak pergi, karna ponselnya berbunyi.

****

Deo Tama Putra

Aku menatap diandra yang sedang asik menonton. Hubunganku dengannya jauh lebih baik dibanding saat pertama dulu. Kami sudah terbiasa untuk berbagi cerita tentang kegiatan keseharian kami, permasalahan apa yang kami hadapi. Kami tidak seperti suami istri, tapi seperti teman. Kami akan berangkat kerja bersama kemudian juga pulang bersama, jika dia ada aktifitas mengajar aku akan menemaninya, pulangnya dia selalu memasak untukku, sekalipun aku melarangnya. Aku menikmati peranku sebagai suami. Jika dia sedang libur maka dia akan membuat makanan spesial dan dia akan menyambutku saat pulang kerumah kemudian memakan masakan olahannya. Dia menyadarkanku bahwa kehidupan berkeluarga seperti apa yang kami lakukan selama beberapa bulan ini.

Jika kalian tanya bagaimana perasaanku, entahlah aku bingung menjabarkannya, sempat beberapa kali dia menginap dirumah mama, tentu saja itu atas paksaan dari mama, atau dia menginap dirumah karin, dan aku merasa kehilangan dan kesepian. Apa itu yang dinamakan cinta? Hubunganku dengan sabrina tetap berjalan, hanya saja tidak diketahui oleh orang, kami saling berkomunikasi, sekalipun tidak rutin, yah masih sama seperti saat kami menikah dulu, hanya jika sempat untuk berbagi kabar. Barusan aku menerima telfon dari sabrina, dia mengatakan ingin bertemu denganku, kebetulan dia sedang diindonesia. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya, ada rasa bahagia, tapi aneh, tidak sebahagia saat aku bertemu dengan diandra setelah pulang bekerja.

The Third PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang